STUDILMU Career Advice - 4 Alasan Kecerdasan Emosional Membuat Wanita Jago Bernegosiasi

4 Alasan Kecerdasan Emosional Membuat Wanita Jago Bernegosiasi


by STUDiLMU Editor
Posted on May 09, 2019

 
Coba deh rekan pembaca pergi ke pasar tanah abang, pasar senen atau mungkin ke mall dan pusat perbelanjaan lainnya. Kira-kira antara pria dan wanita, mana satu yang lebih jago bernegosiasi dengan para pedagang disana? Saya yakin kebanyakan dari rekan-rekan Career Advice pasti menjawab “ya wanita lah!”.
 
Sebuah pepatah lama mengatakan bahwa “Kita akan mendapatkan apa yang kita negosiasikan”, hmm, saya sih sangat setuju dengan pepatah yang satu ini. Seringkali, kesuksesan yang besar berawal dari proses negosiasi yang berhasil. Meskipun di masa lalu, negosiasi dianggap sebagai perang kehendak atau keinginan antara satu orang dengan orang lainnya, atau antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Tak jarang negosiasi berujung pada jalan buntu antara dua belah pihak yang saling agresif dan tidak mau mengalah. Menang itu bagus, namun menemukan solusi yang dapat memuaskan kedua belah pihak adalah hal yang terbaik, dan itu dapat dikatakan sebagai kesepakatan yang adil. 
 
Sekarang mari kita membahas tentang peranan wanita dalam bernegosiasi. Ada 4 alasan utama mengapa wanita memiliki kecerdasan emosional yang lebih baik dan sangat berguna untuk bernegosiasi daripada pria. Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini. 
 

1. Hubungan yang Baik adalah Kunci Keberhasilan Negosiasi.

Setiap kesepakatan yang terjadi pasti akan memerlukan hubungan yang terjalin dengan baik, hubungan baik berperan sebagai fondasi yang kuat untuk mengawali kerjasama antara dua belah pihak. Hampir tidak ada kesepakatan yang terjadi tanpa hubungan yang baik antar sesama
 
Itulah mengapa hubungan yang terjalin dengan baik menjadi sebuah kunci keberhasilan negosiasi. Hubungan ini akan menciptakan rasa kepercayaan antara satu pihak dan lainnya. Sehingga, tidak ada perasaan waspada, khawatir atau saling curiga saat kedua belah pihak ingin melakukan kerjasama melalui proses negosiasi. 
 
Selain itu, masing-masing pihak juga diharapkan tidak memprioritaskan egoisme mereka, karena jika setiap grup hanya memikirkan kebaikan mereka, proses negosiasi tidak akan menciptakan sebuah kesepakatan yang adil. Setiap orang pasti memiliki keinginan dan prioritas mereka masing-masing, itulah mengapa negosiasi terbentuk karena manusia ingin meraih sebuah pencapaian yang lebih dengan menggabungkan hubungan timbal balik dengan manusia lainnya. 
 
Nah dalam hal ini, wanita cenderung memiliki empati emosional yang lebih baik daripada pria. Menurut Dr. Dan Goleman, beliau mengatakan bahwa “orang-orang yang memiliki empati emosional yang baik sangat cocok menjadi penasihat, guru, dan pemimpin kelompok yang baik karena mereka mampu merasakan apa yang orang lain rasakan saat sedang terjadi interaksi”. 
 
Inilah mengapa para wanita memiliki keunggulan yang sangat tinggi dalam kecerdasan emosional mereka karena secara alami, wanita sangat handal dalam membangun hubungan yang berlandaskan simpati dan empati kepada orang-orang disekitarnya. 
 
Dengan kata lain, setelah kita memiliki hubungan yang kuat dengan seseorang, proses negosiasi akan semakin mudah untuk dijalankan.
 

2. Mampu Mengekspresikan Perasaan. 

Apabila kita coba renungkan, ternyata para wanita memiliki keahlian untuk mengekspresikan perasaannya dengan lebih baik dibandingkan para pria. Kemampuan untuk mengekspresikan perasaan adalah elemen terpenting lainnya dari negosiasi. Coba deh kita bayangkan jika ada dua negosiator, dan kedua-duanya saling kaku dan tidak pandai dalam mengekspresikan apa yang mereka inginkan dan harapkan. Hmm, yang ada waktu akan terus berjalan, namun proses negosiasi tidak akan dimulai sampai kapanpun. 
 
Meskipun proses negosiasi sudah terjalin, namun dapat dipastikan bahwa mereka tidak akan berbicara secara langsung kepada poin inti, sehingga proses negosiasi yang terjadi tidak terstruktur dengan baik. 
 
Para wanita memiliki sifat alami yang sangat berbeda dengan para pria, mereka dapat dengan muda mengekspresikan perasaan yang mereka rasakan. Jika mereka merasa sedih, mereka akan menangis dan apabila mereka sedang merasa bahagia, maka mereka tidak akan berhenti berbicara sepanjang hari. 
 
Itulah mengapa jika rekan-rekan Career Advice melihat para wanita yang sedang berbelanja di pusat perbelanjaan, mereka bukan hanya melakukan tawar-menawar harga, namun terkadang juga mengobrol dengan para pedagangnya. Berbeda dengan para pria, mereka cenderung berbicara langsung ke poin yang diinginkan, tanpa basa-basi. Selain itu, para pria juga akan lebih sulit dalam mengekspresikan perasaan mereka, itulah mengapa kebanyakan dari mereka cenderung kaku dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.  
 
Menurut Edward Kelly dan Natalija Kaminskien?, “negosiator atau mediator yang efektif tidak hanya harus memperhitungkan aspek ekonomi, politik dan fisik dari proses tersebut, namun juga perasaan emosional dari diri mereka sendiri dan juga semua pihak”
 
Itulah mengapa ada banyak studi yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosional sangat diperlukan dalam bernegosiasi dan mediasi. Dan yap! kebanyakan para wanita memiliki kriteria ini. Selamat ya, ladies!
 

3. Sebuah ‘Pengaruh’ Sangat Penting dalam Bernegosiasi.  berarti lebih dari sekadar otoritas.

Tidak dapat disangkal lagi bahwa sebuah ‘pengaruh’ juga memiliki peranan yang sangat penting dalam bernegosiasi, bahkan ini jauh lebih penting dari sebuah otoritas. Coba rekan-rekan Career Advice bayangkan skenario tersebut: ada seorang Raja yang memiliki otoritas tertinggi terhadap masyarakatnya. Sayangnya, Raja tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap para rakyatnya. Kira-kira apa yang akan terjadi?
 
Dampaknya, para rakyat mungkin tidak akan mematuhi segala kebijakan yang dibuat oleh rajanya, karena otoritas tanpa sebuah pengaruh, hanyalah tahta yang tidak berguna. Sama halnya dengan proses negosiasi, kita sangat memerlukan pengaruh yang kuat, bukan hanya otoritas. Bahkan, pengaruh tanpa otoritas pun tetap bisa memberikan kita sebuah kemenangan dalam bernegosiasi. 
 
Dalam hal ini, sikap empati yang wanita miliki dapat memberi kemampuan dalam membangun hubungan baik yang memungkinkan mereka dengan cepat membangun pengaruh terhadap orang lain. Para wanita dapat membaca sebuah ruangan dan mengukur apa yang dipikirkan oleh orang-orang disekitarnya tentang sebuah situasi.
 
Kemampuan wanita dalam membaca situasi ini membuat mereka sangat lihai dalam bernegosiasi, sehingga pengaruh yang mereka berikan dapat meningkatkan peluang kompromi yang menguntungkan bagi mereka.

4. Sensitivitas terhadap Umpan Balik Sangat Penting dalam Bernegosiasi. 

Faktanya, para wanita secara signifikan lebih sensitif terhadap umpan balik daripada rekan-rekan pria mereka. Mengapa sensitivitas terhadap umpan balik sangat diperlukan? Hal ini dikarenakan kepekaan terhadap umpan balik dapat menjadi keuntungan luar biasa dalam beberapa situasi, terutama dalam negosiasi. 
 
Ketika kita tidak mendengarkan umpan balik yang diberikan oleh pihak lain dan tidak mengambil posisi mereka dengan serius, maka proses negosiasi akan menjadi rumit. Sebaliknya, wanita dengan kecerdasan emosionalnya sangat lihat dalam memperhatikan setiap umpan balik yang ditujukan kepada mereka, sehingga orang-orang yang bernegosiasi dengan para wanita akan merasa bahwa mereka benar-benar dianggap penting. 
 
Artikel ini sama sekali tidak bermaksud untuk memberi kesan bahwa pria tidak memiliki keterampilan yang baik dalam bernegosiasi. Namun, wanita dengan beberapa kecerdasan emosionalnya dapat dikategorikan sebagai negosiator yang hebat. Kemampuan wanita dalam mengenali dan berbicara tentang perasaan mereka dan perasaan orang lain membuat mereka secara alami cocok untuk menjadi negosiator yang unggul.
Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini