Leadership
4 Cara Membangun Kepercayaan Tim
by
STUDiLMU Editor
Posted on
Jul 17, 2018
Kita telah membicarakan tentang Employee Engagement, dimana salah satu statement sebuah survey tentang
engagement kurang lebih menyatakan bahwa “Employees don’t leave company, but they leave bad bosses.”. Tapi tunggu dulu. Bad boss yang seperti apa? Ga mungkin semuanya mutlak salah atasan dong? Pernyataan tersebut memang tidak sepenuhnya keliru. Namun ternyata salah satu alasan utama penyebab hal itu terjadi adalah rendahnya rasa percaya karyawan terhadap atasannya.
Carolyn O’Hara dalam Harvard Business Review menuliskan, ada beberapa cara untuk meraih rasa percaya dari para karyawannya, antara lain :
1. Transparan
Seorang pemimpin diharapkan dapat bersikap setransparan mungkin kepada para pekerjanya. Misalnya pemimpin harus jujur mengenai tujuan perusahaan,
performa kerja dan evaluasi kinerja para karyawan. Hal ini dapat meningkatkan kepercayaan anggota tim terhadap Anda sebagai pemimpin mereka. Sebab hal-hal berkaitan dengan kinerja karyawan – termasuk di dalamnya
feedback, merupakan informasi penting bagi karyawan. Ketika hal tersebut dikomunikasikan secara transparan dan tepat, bukan hanya kepercayaan yang meningkat. Tetapi juga membuat karyawan tahu mana yang harus diperbaiki dari kinerjanya. Akan lebih baik lagi bila seorang atasan membagi informasi tersebut bahkan sebelum bawahannya bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai atasan, Anda mempercayai anggota tim, membuat mereka merasa “dianggap” dan diperhitungkan.
Anda tentu masih ingat bagaimana di awal kemunculan Presiden Jokowi saat menjabat sebagai walikota dan gubernur mencuri perhatian dengan sikap transparannya, untuk segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Siapa saja yang tidak menunjukkan performa baik, harus siap memperbaiki diri, atau mundur dan digantikan sosok yang dinilai lebih mampu dan kompeten. Pun mereka yang menunjukkan kinerja baik, tidak akan luput dari pengakuan dan penghargaan. Walau banyak pihak yang mencibir sinis langkah yang beliau ambil sebagai “pencitraan”, tetapi terbukti hal ini menjadi contoh luar biasa yang akhirnya diikuti oleh banyak pemimpin dalam berbagai skala.
2. Mendorong, bukan Menyuruh
Seorang pemimpin memang merupakan pihak yang bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dalam tim mereka. Namun ada kalanya seorang pemimpin tidak dapat membedakan bagaimana caranya mendorong dan menyuruh. Salah satu fungsi pemimpin adalah mengarahkan. Akan lebih baik bila seorang pemimpin membiarkan bawahannya untuk bebas menyelesaikan suatu tugas / masalah dengan cara mereka sendiri daripada harus menuntun meraka dan mengarahkan bagaimana harus menyelesaikan tugas. Sebagai pemimpin juga ingatlah untuk selalu menyamakan persepsi terlebih dahulu sehingga hasilnya tidak diluar ekspektasi.
Jangan lupakan
komunikasi yang efektif lewat bahasa asertif, dan penerapan prinsip coaching saat memberi dorongan atau semangat bagi team member. Karena kita telah sama-sama belajar, bahwa hal yang baik jika disampaikan dengan cara yang salah akan memberikan hasil yang salah.
3. Mengaku jika salah
Terkadang seorang pemimpin tidak mengakui dirinya jika salah, malah melimpahkannya pada anggota timnya. Padahal seorang pemimpin harus dapat bertanggung jawab dan salah satu caranya adalah dengan mengakui kesalahan yang dilakukannya. Bahkan, apabila seorang pemimpin melakukan hal ini, maka anggota timnya pun akan mempercayainya. Selain itu hal ini juga akan mendorong anggota tim lainnya untuk tidak melakukan kesalahan yang sama seperti pemimpinnya.
Toh pemimpin juga manusia, dan manusia tidak ada yang luput dari kesalahan. Mengakui kesalahan justru membuat team member akan lebih menghargai Anda, karena melihat bahwa Anda adalah seorang fair player. Bukan seorang bos yang maunya selalu benar. Ingat joke tentang rules about your boss? “Rule #1, boss is always right. Rule #2, when the boss is wrong, refer to Rule #1.”. Now you get where the joke came from?
4. Tidak Membicarakan Orang Lain
Ini mungkin salah satu cara yang agak sulit untuk dilakukan. Bagaimanapun juga, jangan sampai seorang pemimpin membicarakan, terutama, keburukan anak bawahannya pada orang lain. Hal ini sangat sering dilakukan tanpa disadari oleh seorang pemimpin. Dampaknya sangat signifikan apabila yang dibicarakan mungkin didengar dari pihak ke tiga, apalagi dengan kronologis yang bisa jadi tidak sama lagi dengan aslinya.
Jika sampai terdengar oleh team member tentang penilaian buruk yang Anda beberkan pada orang lain, apa yang menurut Anda akan ia pikirkan? Hal yang sama yang akan Anda pikirkan, jika si objek penderita adalah Anda.
Terlepas dari keempat cara tersebut, untuk meningkatkan kepercayaan, setiap pemimpin harus memiliki kredibilitas dari sisi karakter maupun
kompetensi. Sebuah penelitian menyebutkan, tingkat turn over karyawan organisasi yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi adalah 3 kali lebih rendah dari organisasi yang memiliki tingkat kepercayaan rendah. Jadi, maukah Anda mempertahankan tim yang solid dengan membangun kepercayaan yang
positif?