Self Improvement
4 Cara Meredakan Amarah
by
STUDiLMU Editor
Posted on
May 21, 2019
Halo, rekan pembaca Career Advice, bagaimana biasanya Anda meredakan amarah? Berdasarkan ahli saraf, cara terbaik untuk meredakan amarah adalah dengan berteriak. Tetapi, kita tahu bahwa itu bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan.
Lalu, apa yang dapat dilakukan untuk meredakan amarah? Mari kita simak penjelasan dibawah ini, 4 cara meredakan kemarahan. Sehingga, rekan pembaca Career Advice dapat melakukan cara yang tepat untuk
meredakan amarah dan Anda dapat menjadi lebih bahagia.
1. Jangan menahan amarah.
Ketika permasalahan datang, kita mungkin akan menggertakkan gigi dan menahannya, kita bersikap seolah-olah semuanya baik-baik saja. Tetapi ini adalah cara yang salah. Kita mungkin saja dapat menutupi kemarahan tersebut. Namun, semakin kita melawan amarah tersebut, maka amarah tersebut akan semakin kuat.
Pernahkah rekan pembaca mencoba untuk menghentikan tangis? Ketika kita mencoba untuk menghentikan tangis, air mata kita akan berhenti mengalir dengan derasnya, tetapi percayalah bahwa kita tidak akan merasa lebih baik setelahnya. Begitu juga dengan kemarahan. Semakin kita berusaha melawan kemarahan tersebut, semakin kita memiliki perasaan yang buruk.
Ini juga akan
meningkatkan level stres kita. Kita akan mengalami penurunan perasaan positif. Tentu saja, akan sulit rasanya untuk menghasilkan hal-hal yang positif ketika kita mengalami stres. Dan ketika sedang marah, kita mungkin saja memperburuk pertemuan yang kita miliki dengan orang lain. Tentu saja, dalam jangka panjang hal ini dapat menyebabkan hubungan buruk yang tidak bermanfaat.
Orang yang suka menahan amarah biasanya menghindari hubungan dekat dan memiliki hubungan yang kurang positif dengan orang lain. Melawan perasaan menggunakan banyak kekuatan. Inilah yang menyebabkan kita kurang memiliki kendali dan cenderung melakukan hal-hal yang akan kita sesali setelah kita marah.
Suasana hati yang buruk cenderung membuat kita melakukan hal-hal berisiko tinggi. Jadi, saat kita marah, jangan pernah mencoba untuk menekan dan melawan emosi tersebut.
2. Jangan melampiaskan amarah.
Ketika kita marah, kita mungkin saja akan meninju bantal atau berteriak dan mengeluarkan kata-kata kasar. Sungguh, ini bukanlah cara yang tepat untuk dilakukan. Melampiaskan kemarahan hanya akan meningkatkan emosi.
Lalu apa yang harus dilakukan? Mengalihkan perhatian kita. Ini merupakan hal yang dapat membantu kita karena otak kita memiliki sumber daya yang terbatas. Ketika kita mengalihkan pikiran dengan hal lain, kita mengurangi peluang untuk memikirkan
hal-hal buruk.
Ketika kita berfokus pada emosi negatif, ini hanya akan membuat kita semakin merasakan emosi itu dan membuat regulasi yang lebih sulit. Ini akan mengurangi kesejahteraan diri kita. Namun, ketika kita mampu untuk mengalihkan perhatian, kita sedang mencoba untuk
mendinginkan konflik dan tekanan yang kita alami.
Penelitian menunjukkan hal itu disebabkan karena kedua tugas kognitif dan respon emosional memanfaatkan sumber daya mental yang terbatas yang sama. Artinya, sumber daya yang digunakan untuk melakukan tugas kognitif adalah tidak lagi tersedia untuk proses emosional. Oleh karena itu, seseorang dapat melepaskan diri dari perasaan yang tidak diinginkan dengan melakukan aktivitas kognitif, seperti melakukan persamaan matematika, memainkan permainan Tetris.
3. Meninjau ulang.
Mari kita ambil sebuah skenario. Ketika seorang berteriak di hadapan kita, kita pasti rasanya ingin membalas dengan berteriak juga atau bahkan memukulnya. Tetapi bagaimana jika ternyata ia melakukan hal itu karena ia baru saja ditinggal ibunya? Kita pasti akan membiarkannya melakukan itu dan bahkan mungkin merasa iba dengannya. Apakah situasinya berubah? Tidak, yang berubah adalah pandangan yang kita terapkan dalam diri. Albert Ellis pernah mengucapkan: seseorang tidak frustasi karena peristiwa, tetapi karena kepercayaannya. Meninjau ulang situasi berarti menggunakan pikiran kita untuk menahan amarah.
Jika kita dilatih untuk meninjau ulang, kita mengubah keyakinan kita tentang suatu situasi. Inilah yang membuat otak kita mengubah emosi yang dirasakan. Ini juga berfungsi untuk
mengatasi kecemasan. Menginterpretasikan ulang stres yang dialami sebagai suatu hal yang menggembirakan, dapat meningkatkan kemampuan kita dalam menyelesaikan tes.
Penelitian juga menunjukkan bahwa meninjau ulang amarah kita dapat menyebabkan penurunan tingkat pengalaman emosi negatif dan meningkatan pengalaman emosi positif. Orang-orang yang meninjau ulang juga memiliki hubungan sosial yang positif.
Ketika kita marah dan mulai mengatakan. “Masalah ini akan membuat hidupku sengsara,” itu sama saja bahwa kita mengatakan hal yang buruk bagi diri sendiri. Ketika kita mengatakan ulang hal-hal yang akan terjadi yang jauh lebih buruk disaat kita marah, amarah kita melonjak.
Penelitian telah menunjukkan bahwa meninjau ulang faktor yang membuat terjadinya suatu hal menyebabkan penurunan tingkat pengalaman emosi negatif dan peningkatan pengalaman emosi positif. Jadi, jangan pernah menyatakan kemungkinan terburuk yang dapat dialami.
Meninjau ulang kembali juga membantu kita memiliki kendali diri untuk tidak melakukan hal-hal yang merugikan. Dengan begitu kita tetap dapat bertindak hati-hati dan tidak melakukan hal negatif yang justru dapat merugikan kita nantinya.
4. Mengampuni.
Ketika ada orang yang membuat kita marah dan berkepanjangan, satu-satunya cara yang harus dilakukan adalah mengampuni. Mengampuni dapat menghilangkan kemarahan dalam jangka panjang dan membantu kita
mempertahankan hubungan baik. Itu bukan untuk mereka, itu untuk kita. Pengampunan membuat kita lebih sehat.
Pengampunan merupakan obat yang manjur. Ketika kita memaafkan orang lain, detak jantung kita menjadi lebih rendah. Ini akan membuat perasaan kita menjadi lebih nyaman dan damai. Tentu saja, hubungan kita dengan orang lain juga pasti akan membaik.
Itulah 4 cara meredakan amarah yang dapat menjadi panduan bagi rekan pembaca. Ketika Anda marah, lakukan 4 hal ini dan dapatkan kembali ketenangan yang Anda miliki. Selamat mencoba, rekan pembaca Career Advice.