Self Improvement
4 Hal Ini Tidak Memaksimalkan Potensi Diri Anda
by
STUDiLMU Editor
Posted on
Mar 05, 2019
Salah satu fakta yang menyedihkan adalah banyak orang yang tidak berhasil untuk memaksimalkan potensi diri yang mereka miliki. Beberapa orang memang dilahirkan dengan potensi diri dan keberuntungan yang lebih besar, tetapi apakah ini benar-benar diperlukan jika kita sendiri tidak berusaha untuk mendapatkannya?
Jika kita mampu memahami diri sendiri dengan mendalam, ini adalah awal dari sebuah kebijaksanaan diri. Refleksi diri akan mampu membawa perubahan yang meningkatkan kemajuan dalam perjalanan kita. Nah, ada 4 hal yang dapat dilakukan sehingga setiap rekan pembaca tidak memaksimalkan potensi diri yang dimiliki. Mari kita simak keempat hal tersebut.
1. Selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Manusia merupakan makhluk sosial yang dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, membandingkan diri sendiri dengan orang lain adalah hal yang tak terelakkan. Sekalipun Anda tidak dapat menghindari hal ini sepenuhnya, Anda dapat meminimalisirnya dengan langkah tepat.
Kesuksesan adalah hal personal. Setiap orang memiliki pandangan berbeda akan kesuksesan. Jadi, jika Anda merasa iri dengan teman yang kaya raya, mungkin saja teman tersebut juga iri terhadap Anda karena Anda memiliki hubungan pribadi yang baik dengan pasangan Anda.
Masalah lainnya adalah seringkali Anda membandingkan hal yang tidak setara. Ini dapat merusak harga diri Anda. Jika Anda mendisiplinkan diri dengan berlari sejauh 5K, jangan bandingkan dengan teman Anda yang mengikuti lari maraton setiap 3 bulan sekali. Ini hanya akan membuat Anda bertanya-tanya apakah Anda layak melakukan hal tersebut atau apakah Anda memiliki kemampuan untuk hal tersebut.
Lalu apa yang harus dilakukan? Langkah pertama adalah memperjelas tujuan dan tolak ukur kesuksesan bagi Anda sendiri. Jangan ikuti definisi standar yang ada. Kedua, jika Anda melihat perbandingan yang tidak setara, jadikanlah itu sebagai motivasi diri. Terapkan dalam pikiran bahwa jika orang lain mampu melakukannya, maka Anda juga akan mampu melakukannya.
2. Memiliki kesadaran diri yang rendah.
Rekan pembaca tidak akan dapat meningkatkan diri jika Anda tidak tahu pasti hal-hal yang perlu ditingkatkan. Bagaimana caranya untuk mengatasi rendahnya kesadaran diri yang dimiliki oleh seseorang?. Tanyakanlah pada diri Anda tindakan dan sifat apa yang perlu Anda ubah untuk dapat mencapai tujuan yang Anda inginkan.
Jika Anda tidak dapat menemukannya, mintalah umpan balik dari teman yang Anda percayai. Minta pendapat dan pandangan mereka tentang Anda. Katakanlah pada mereka untuk tidak menahan atau menutupi apapun. Dan, jangan kaget jika apa yang dikatakan tidak sesuai dengan yang Anda harapkan.
3. Mengabaikan umpan balik.
Tidak ada seorang pun yang suka dengan kritikan. Kritik adalah pukulan keras bagi ego dan citra diri kita masing-masing. Dan biasanya, reaksi umum yang timbul adalah kita bersikap defensif. Kita berusaha untuk merasionalkan kesalahan agar mendukung ego kita.
Kita harus belajar untuk menerima umpan balik yang masuk secara objektif. Jika tidak, kita tidak akan pernah memaksimalkan potensi diri yang kita miliki. Umpan balik yang jujur akan mengetahui aspek kehidupan rekan pembaca yang masih memerlukan peningkatan. Terimalah umpan balik sebagai hadiah, bukan hinaan.
Intinya, kritik dan umpan balik adalah hal yang berbeda. Kritik lebih cenderung meremehkan seseorang, sedangkan umpan balik berfokus terhadap cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekurangan yang Anda miliki. Kita pasti akan menemukan banyak kritikan dan umpan balik. Dan kita tidak dapat menghindari hal ini. Jangan bersikap defensif dan jangan mudah tersinggung. Ketika Anda
mendapatkan kritik atau umpan balik, tanyakan diri Anda hal yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan diri dan mencapai tujuan yang Anda miliki.
4. Ketakutan akan kegagalan.
Apakah rekan pembaca pernah mendengar istilah ‘loss aversion’? Secara alami, orang akan lebih menghindari kerugian daripada memperoleh keuntungan. Tetapi, ini tidak berlaku lagi di zaman sekarang ini. Budaya ini menghalangi kita untuk mengambil langkah yang tepat dalam kehidupan kita.
Rasa malu juga terhubung dengan rasa ketakutan akan kegagalan. Ini merupakan emosi klasik yang dimiliki manusia. Ketika kita gagal, kita akan merasa malu, malu karena mengecewakan orang lain, malu karena
mengecewakan diri sendiri dan malu karena tidak berhasil memberikan yang terbaik. Dan bagaimana kita dapat menghindari perasaan ini? Tentu saja dengan menghilangkan beberapa tindakan.
Tidak perlu dipertanyakan lagi bahwa kegagalan akan menahan kita untuk maju. Setiap kita takut untuk mengalami konsekuensi dari sebuah kegagalan. Namun, konsekuensi yang terjadi sebenarnya tidaklah separah yang Anda bayangkan. Konsekuensi tersebut terasa sangat berlebihan karena rasa malu yang kita miliki. Ingatlah perkataan ‘Ketakutan bukanlah apa-apa, tetapi bukti palsu merupakan hal yang nyata’.
Inilah yang membuat para pengusaha sangat diidolakan oleh masyarakat. Kita melihat betapa para pengusaha dapat menghadapi
ketakutan akan kegagalan. Dan tetap dapat menjalankan bisnisnya kembali saat segala sesuatu berjalan dengan tidak baik.
Tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah Anda harus menghindari rasa takut karena konsekuensi nyata yang ada atau itu murni hanya sebuah ketakutan saja. Atau apakah kegagalan yang Anda hadapi sama persis dengan yang Anda bayangkan?
Hal-hal ini memang mudah untuk dijelaskan, tetapi tidaklah mudah untuk memperbaikinya. Namun, saya berharap bahwa rekan pembaca Career Advice dapat menjadi pribadi yang baik dan mendapatkan pencerahan dari artikel ini. Sehingga, setiap rekan pembaca dapat
memaksimalkan potensi diri yang dimiliki dan mencapai kesuksesan yang diimpikan.