STUDILMU Career Advice - 4 Tren Marketing dari Kebiasaan Milenial yang Perlu Diterapkan

4 Tren Marketing dari Kebiasaan Milenial yang Perlu Diterapkan


by STUDiLMU Editor
Posted on Sep 03, 2019

Tren Marketing dan Generasi Milenial

Pertama-tama, akankah jauh lebih baik jika kita mengetahui definisi dari marketing atau pemasaran terlebih dahulu. Pengertian pemasaran menurut para ahli cukup beragam, namun tentunya tetap mengandung intisari yang sama. Menurut Philp Kotler, pemasaran atau marketing adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh individu (bisa juga dalam bentuk kelompok), yang mana kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi segala kebutuhan manusia melalui proses pertukaran barang dengan uang. Definisi pemasaran yang disampaikan oleh Kotler memang sangat umum.  Dalam hal ini, William J. Stanton pun juga memberikan definisinya tentang marketing atau pemasaran yang lebih spesifik dari yang disampaikan oleh Kotler. 
 
Menurutnya, pemasaran adalah suatu sistem yang secara keseluruhan mengatur berbagai kegiatan bisnis dengan merencanakan, menentukan harga barang atau layanan jasa, mempromosikan dan mendistribusikannya kepada konsumen demi memenuhi dan memuaskan para konsumen. Meskipun Stanton memberikan definisi yang lebih spesifik tentang marketing daripada yang disampaikan oleh Kotler, namun kita bisa memahami apa yang menjadi fungsi pemasaran dari definisi Kotler, yaitu fungsi pertukaran. 
 
Bagaimana dengan tren marketing? Tren marketing adalah strategi pemasaran yang telah berhasil menjadi sebuah tren, namun dapat berubah dalam jangka waktu tertentu. Tren marketing bisa membantu para pengusaha dan pebisnis untuk merancang konsep pemasaran yang sedang booming atau ngetren di target pasar mereka, sehingga mereka bisa memilih tren marketing yang ada dan disesuaikan dengan tujuan pemasaran yang mereka miliki. 
 
Semakin berkembang tren pemasaran yang ada, maka semakin banyak jenis-jenis pemasaran yang mungkin akan muncul di dunia bisnis. Contoh pemasaran yang menjadi tren di kalangan anak milenial adalah pemasaran yang dilakukan secara online. Generasi milenial adalah angkatan anak-anak muda yang mungkin pada tahun ini berusia sekitar 21 hingga 38 tahun. Melalui internet, para milenial bisa bermain dengan jempol dan telunjuknya dan membeli produk atau layanan jasa yang mereka perlukan. Sekarang ini, strategi pemasaran generasi milenial juga sedang menjadi pusat perhatian para pebisnis loh. 
 
Dilansir dari website e-content mag dot com, ada 4 tren marketing yang diambil dari kebiasaan para milenial yang bisa diterapkan pada strategi pemasaran saat ini, terutama di tahun 2019. Tren marketing ini bisa dikatakan seperti strategi pemasaran era milenial yang patut dicontoh oleh banyak perusahaan dan bisnis yang ingin berkembang. Saat ini, generasi milenial dinominasikan sebagai konsumen yang paling kuat di dunia. Bahkan, konsumen milenial diprediksi dapat melebihi jumlah konsumen Baby Boomers. Pernyataan ini didukung oleh sebuah studi dari Grup UBS Millennials yang menyatakan bahwa daya beli kolektif secara tahunan yang dihasilkan oleh generasi milenial akan mencapai $ 24 triliun pada tahun 2020. Wah, banyak juga ya?!
 
Realita ini membuat kita perlu memikirkan dan memperhatikan tentang bagaimana sikap dan perilaku generasi milenial dalam membeli dan menggunakan barang dan jasa, yang nantinya penelitian ini akan sangat berpengaruh pada strategi pemasaran yang kita miliki dan menjadi tren marketing terbaru yang bisa diterapkan oleh banyak orang.  
 

Tren Marketing dari Kebiasaan Milenial yang Perlu Diterapkan

Ada satu fakta penting yang perlu diketahui oleh kita semua bahwa generasi milenial adalah para pemuda dan pemudi yang tumbuh selama revolusi teknologi, jadi strategi marketing yang ampuh untuk generasi ini adalah ‘berteman akrab dengan teknologi’, yang artinya menggunakan teknologi dalam menciptakan strategi pemasaran dan nantinya akan tercipta tren marketing terbaru yang bisa diterapkan oleh banyak pengusaha dan pebisnis. Langsung saja yuk kita simak 4 tren marketing yang diambil dari kebiasaan para generasi milenial. 
 

Tren Marketing Pertama: Gunakan Kecerdasan Buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang Lebih Banyak untuk Memudahkan Generasi Milenial.

Generasi milenial sangat suka kehidupan yang penuh dengan kemudahan. Terlebih lagi, mereka beranjak dewasa ketika teknologi sedang menaikkan ‘roket’ perkembangannya. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pengusaha. Banyak para pebisnis yang saling bersaing satu sama lain demi bisa memberikan kepuasan yang lebih tinggi pada konsumen milenial, terutama ketika mereka menggunakan digital dalam berbelanja. 
 
Nah dengan melihat kebiasaan milenial yang seperti ini, para pebisnis perlu membuat tren marketing yang menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence yang lebih mutakhir. Hebatnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence ini dapat mengubah konten yang biasanya ada di dalam spam, menjadi suatu konten yang merangsang pemikiran konsumen milenial untuk membeli sebuah produk atau layanan jasa. 
 
Coba deh kita ingat-ingat konten promosi produk di zaman sebelum AI berkembang, kebanyakan konten promosi hanya masuk ke dalam kotak spam di email kita. Namun dengan perkembangan AI di era digital ini, kecerdasan buatan atau artificial intelligence bisa membuat konten yang biasanya hanya ada di kotak spam, menjadi suatu konten yang sering dilihat oleh konsumen dimana-mana, bahkan di setiap sudut halaman website atau aplikasi sosial. Jadi, sekarang adalah saatnya para pebisnis mendorong segala kreativitas yang mereka miliki dan memperkuat tekad mereka dalam mengimplementasikan ide-ide pemasaran baru. Bagaimana, apakah rekan pembaca tertarik dengan tren marketing yang pertama ini? 
 

Tren Marketing Kedua: Gunakan Strategi Visual yang Dapat Menarik Perhatian Generasi Milenial. 

Sebagai generasi yang tumbuh di era perkembangan teknologi, kehidupan generasi milenial memang sering terganggu atau teralihkan dengan gadget dan teknologi. Namun, bukan berarti mereka bisa mudah tertarik dengan produk dan layanan jasa yang kita tawarkan loh! Tren marketing kedua ini mengharuskan kita untuk berusaha lebih dalam menarik perhatian para generasi milenial. 
 
Kita bisa menggunakan warna, bentuk atau desain yang bagi mereka itu “berbeda namun menarik”. Nah contohnya seperti yang dilakukan oleh Fyre Festival nih, rekan-rekan. Fyre Festival adalah sebuah festival musik yang telah berhasil meraup jutaan dolar dari tren marketing ini. 
 
Kira-kira apa yang dilakukan oleh Fyre Festival ya sampai sesukses itu? Hebatnya, mereka hanya menggunakan “kotak oranye” untuk menarik perhatian para milenial agar mau membeli dan datang ke festival musik yang mereka adakan. Singkatnya, Fyre Festival memasang iklan kotak oranye tersebut di berbagai media sosial yang telah menjadi ‘rumah nyaman’ bagi para milenial. Mereka juga menyewa beberapa agensi untuk membantu menarik perhatian milenial dengan menyebarkan kotak oranye tersebut. 
 
Ini mungkin terdengar simpel, namun tren marketing seperti ini berhasil membuat para milenial menjadi penasaran, “sebenarnya apa yang ada di dalam kotak oranye tersebut? Dan apa maksudnya?” sampai akhirnya boom! Kotak oranye tersebut mengumumkan peluncuran festival musik yang diadakan oleh Fyre Festival. Sederhana namun sangat menarik, bukan? 
 

Tren Marketing Ketiga: Gunakan Strategi Influencer karena Generasi Milenial Suka Mendengar Pendapat Para Influencer. 

Dari dulu, kita hidup di zaman yang mana kita akan lebih percaya dengan saran dari orang lain untuk membeli suatu barang tertentu. “Kamu coba deh pakai produk A, itu bagus banget, harganya juga murah bla… bla… bla…” seketika keesokan harinya kita akan membeli produk yang disarankan oleh kerabat kita. Hal ini masih terjadi, namun dalam konteks yang lebih canggih karena kehadiran internet dan kemajuan teknologi yang membuat banyak orang terhubung dengan sangat cepat. 
 
Seorang beauty vlogger dari Amerika bisa saja menjadi panutan para konsumen milenial di Indonesia untuk membeli peralatan make up yang dirasa bagus, cocok dan berkualitas. Para milenial memang sangat suka dengan pesan dan informasi apapun yang disampaikan oleh para influencer. Mereka akan sangat tertarik membeli suatu produk atau menggunakan layanan jasa yang disarankan oleh para influencer. Bagi mereka, pengalaman produk yang dirasakan oleh influencer akan menghasilkan informasi yang valid dan patut untuk diikuti. Para konsumen milenial mulai mengesampingkan pengalaman pribadi mereka terhadap sebuah produk yang seharusnya dapat mereka rasakan secara pribadi, lalu bisa mengambil kesimpulan dari kualitas produk tersebut. 
 
Nah, kondisi ini telah menciptakan tren marketing baru yang perlu diikuti para pengusaha dan pebisnis zaman sekarang. Dengan bantuan para influencer, produk dan layanan jasa mereka akan lebih terkenal di mata konsumen milenial. 

Tren Marketing Keempat: Buat Promosi Produk yang Penuh dengan Transparansi. 

Konsumen milenial sudah sangat capek melihat tipuan iklan-iklan di televisi yang mempromosikan suatu produk, namun nyatanya produk tersebut tidak berkualitas baik. Untuk mencegah penipuan marketing ini, para milenial suka bergabung dengan komunitas-komunitas yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka. Sehingga, mereka bisa mendapatkan informasi terbaru yang bagi mereka valid untuk diikuti. 
 
Sebenarnya, poin keempat ini hampir sama dengan poin ketiga karena konsumen milenial jauh lebih percaya informasi, pesan dan pendapat dari orang lain dibandingkan harus merasakannya sendiri. Oh ya, realita ini juga didukung oleh hasil studi yang dilakukan oleh Olapic. Menurut hasil riset Olapic, 56% konsumen milenial akan lebih memilih untuk membeli produk yang disarankan oleh komunitas mereka. Mengapa demikian? Karena mereka merasa “komunitas” dapat memberikan koneksi yang kuat bagi mereka. 
 
Jadi, apa yang perlu dilakukan para pengusaha dan pebisnis? Tren marketing keempat ini menyarankan pengusaha untuk berinteraksi lebih dan membangun koneksi yang lebih dalam dengan setiap konsumen mereka, karena setiap individu yang mendapatkan pengalaman terbaik dari produk dan layanan jasa yang mereka pilih akan menceritakan pengalaman terbaik mereka kepada komunitas yang mereka miliki. 
 
Nah dari 4 tren marketing di atas, tren mana yang paling menarik hati Anda? Kami harap artikel ini bisa membantu rekan-rekan pembaca dalam mengembangkan bisnis Anda menjadi semakin melejit, ya. Selamat mencoba ya, rekan-rekan Career Advice.
Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini