STUDILMU Career Advice - 5 Karakter Buruk Generasi Milenial yang Diperlukan dalam Bisnis

5 Karakter Buruk Generasi Milenial yang Diperlukan dalam Bisnis


by STUDiLMU Editor
Posted on Jul 05, 2019

Ada banyak stigma negatif yang melekat pada generasi milenial. Banyak orang mengatakan bahwa mereka tidak tahu bagaimana caranya berterima kasih, pemalas, terlalu mengharapkan hasil kesuksesan yang instan, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan lain sebagainya. 
 
Namun terlepas dari stigma negatif yang melekat pada generasi milenial, kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh kaum milenial sebenarnya sangat diperlukan di dalam dunia bisnis loh. Maksudnya, dengan segala kekurangan tersebut, apabila para generasi milenial ingin mendirikan sebuah bisnis, kekurangan yang mereka miliki akan berubah menjadi keunggulan untuk bisnis mereka. 
 
Menurut website entrepreneur, ada 5 karakter buruk yang melekat pada generasi milenial yang sangat berguna untuk bisnis. Tidak percaya? Kalau begitu langsung saja yuk kita simak penjelasannya berikut ini.
 

1. Sering Merasa Tidak Sabar. 

Seringkali kita merasa “gerah” atau kesal dengan orang-orang yang tidak sabaran. Betul tidak? Faktanya, sikap tidak sabaran memang salah satu karakter buruk yang sangat melekat pada generasi milenial. Itulah mengapa mereka terkenal sebagai generasi yang selalu ingin memiliki hasil yang instan. Ibaratnya, apabila ada tangga cepat menuju kesuksesan, pasti mereka akan berbondong-bondong menaiki tangga tersebut. 
 
Generasi milenial selalu menginginkan segala hal dalam waktu, SEKARANG. Meskipun sikap ini sangat menyebalkan, namun sikap seperti ini sangat penting untuk dimiliki para pengusaha. Terutama para pebisnis atau pengusaha yang baru saja memulai karier mereka. Sikap tidak sabar akan mendorong kita untuk terus maju dan berkembang. 
 
Kita akan merasa gelisah jika tidak ada kemajuan apapun yang kita hasilkan di dalam bisnis. Ini juga akan membantu kita untuk terus berpikir tentang strategi-strategi ampuh yang bisa kita terapkan. Sikap sabar memang baik, ini akan membuat kita menjadi lebih tenang. Namun, sikap tidak sabaran akan membuat otak kita terus berpikir dan tubuh kita terus bekerja. 
 

2. Terlalu Mengejar Ketenaran dan Kekayaan. 

Sebuah kenyataan yang terjadi di realita sosial pada saat ini adalah banyaknya para generasi muda yang sangat mengejar ketenaran dan kekayaan. Bahkan, sudah jarang dari mereka yang ingin mengejar prestasi dan kebahagiaan. Bagi mereka, sebuah prestasi berarti menjadi tenar di masyarakat dan kebahagiaan berarti memperoleh kekayaan yang diinginkan. 
 
Orang-orang mungkin akan mencibir hal ini. Kenyataannya, sikap mengejar ketenaran dan kekayaan sangat penting loh di dalam dunia bisnis. Sebagai pengusaha atau pebisnis, kita harus memiliki mental dimana produk dan layanan jasa yang kita tawarkan kepada konsumen dapat menjadi populer di masyarakat. Sehingga, ketenaran produk atau layanan jasa kita akan menghasilkan keuntungan yang banyak, yang akan membawa kita pada kekayaan. 
 
Kepercayaan diri yang dimiliki para generasi milenial akan memudahkan mereka untuk mendapatkan ketenaran dan kekayaan secepat mungkin. Jadi, mulai sekarang tidak usah mencibir orang-orang yang ingin tenar lagi ya. 
 

3. Tidak Bisa Lepas dari Dunia Online. 

Generasi milenial terkenal dengan para penghuni dunia online atau media sosial. Bahkan, para milenial memiliki lebih dari satu akun media sosial. Mereka juga bisa membuka lebih dari satu media sosial dalam waktu yang bersamaan. Ketika mereka membuka Facebook, bisa jadi mereka juga sedang membuka Twitter, Pinterest, Instagram, LinkedIn dan lain sebagainya. 
 
Bagi sebagian orang, hal ini dianggap sebagai salah satu karakter yang buruk. Mereka menganggap bahwa seharusnya generasi milenial bisa melakukan hal-hal yang jauh lebih positif dibandingkan hanya berkeliaran di dunia online. 
 
Namun, hal ini tidak selamanya merugikan atau buruk loh. Nyatanya, media sosial bisa membantu kita untuk berjejaring atau berkoneksi dengan banyak orang. Saat ini, media sosial juga diwarnai dengan konten-konten berkualitas seperti kursus online. Jadi, meskipun generasi milenial suka berada di dunia online, mereka tetap bisa berkreasi di sana. 

4. Sikap Suka Bermain dan Bereksplorasi seperti Anak yang Berusia 5 Tahun. 

Rasa penasaran dan sikap suka bereksplorasi yang dimiliki oleh para generasi milenial, hampir sama seperti sikap yang dimiliki oleh anak-anak berumur 5 tahun. Ketika kita melarang sesuatu pada anak kecil, mereka tidak akan menjauhi apa yang kita larang. Namun, mereka malah akan merasa lebih tertantang dan penasaran untuk mencobanya. 
 
Sebagian orang akan merasa kesal dengan sikap yang dimiliki kaum milenial ini, tetapi kita tidak bisa memandang negatif secara keseluruhan. Di dalam dunia bisnis, kita akan bertemu dengan banyak orang yang tidak suka melihat perkembangan bisnis kita. Disadari atau tidak, mereka akan mencoba untuk membuat kita menyerah atau mundur untuk tidak mengambil peluang emas
 
Itulah mengapa sikap ini sangat diperlukan di dalam bisnis, sikap penasaran, bereksplorasi dan merasa tertantang, ini semua akan mendorong kita untuk terus maju dan tidak peduli terhadap omongan orang lain.  
 

5. Kurang Pengalaman dan Kurang Dewasa. 

Selalu saja pengalaman menjadi masalah bagi para milenial. Mereka ingin berkarya, namun para generasi sebelumnya selalu meremehkan masa pengalaman yang mereka miliki. Sikap kurang dewasa juga sering menjadi masalah. Mereka dianggap tidak menghargai orang tua dan cenderung bermain-main di dalam kehidupan (tidak serius). 
 
Eits! Tetap tenang ya. Nyatanya, dua karakter buruk ini akan membuat para generasi milenial menjadi para individu yang bersemangat dan penuh ambisi. Mereka akan berambisi untuk melakukan pekerjaan apapun yang membuat mereka semakin berpengalaman dan pengalaman akan membuat mereka semakin dewasa dari waktu ke waktu. 
 
Ambisi yang kuat dan semangat yang berkobar akan menjadi dua faktor penting dalam bisnis. Apalagi jika para milenial membangun startup, wah ini akan sangat penting untuk diterapkan di dalam startup. 
 
Dari artikel ini kita bisa menarik kesimpulan bahwa segala hal yang negatif tidak selamanya dapat dilihat secara negatif. Namun, hal-hal yang terlihat negatif juga memiliki banyak sisi positif. Semuanya tergantung bagaimana kita mengarahkan hal negatif tersebut. Jadi, tetap semangat ya rekan-rekan Career Advice.
Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini