Apakah yang Dimaksud dengan Otak?
Setiap makhluk hidup terutama manusia dan hewan pasti dianugerahi otak oleh Tuhan. Lantas, apa sih yang dimaksud dengan otak manusia? Otak manusia adalah sebuah struktur yang ada di dalam tubuh manusia dan menjadi bagian sangat penting untuk menghasilkan akan dan pikiran. Otak memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Berbicara tentang fungsi otak, otak manusia memiliki fungsi dalam mengatur dan menggerakkan perilaku dan tubuh kita.
Pada dasarnya, otak besar kita terbagi menjadi dua bagian yaitu, otak kanan dan otak kiri. Tentunya, kedua bagian otak kita memiliki struktur yang sangat kompleks dan fungsi yang berbeda antara satu dan lainnya. Selama hidup, kita mungkin sering mendengar beberapa mitos yang ada pada kedua bagian otak besar tersebut. Nah pada artikel kali ini, kita akan membahas beberapa mitos yang tersebar terkait otak kanan dan otak kiri. Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini.
Mitos Ke-1: Percaya bahwa kita adalah orang “otak kanan dan otak kiri”
Saya yakin bahwa rekan-rekan Career Advice pernah berdiskusi dengan teman-teman terdekat Anda bahwa seseorang yang menggunakan otak kiri biasanya berpikir berdasarkan fakta logis. Sedangkan, mereka yang berpikir secara intuitif, menyukai seni dan imajinasi, adalah orang-orang yang menggunakan otak kanan. Apakah itu benar? No, nyatanya itu tidak benar loh rekan-rekan Career Advice.
Faktanya, otak kita adalah suatu organ tubuh yang memiliki kerumitan dan kompleksitas yang luar biasa. Meskipun penelitian terkait otak manusia sudah banyak dilakukan, namun penelitian tentang otak masih relatif sedikit informasinya. Gagasan tentang otak kanan dan otak kiri disampaikan oleh Roger W. Sperry dari tahun 1960-an. Memang benar bahwa otak terbagi menjadi dua, namun kita tidak bisa sesederhana itu dalam mengelompokkan manusia ke dalam kategori manusia otak kanan dan otak kiri. Selain itu, menurut Dr. Jeff Anderson, orang-orang tidak cenderung memiliki jaringan otak kiri atau kanan yang lebih kuat.
Apa intinya? Kita tidak boleh membatasi pemikiran dan kemampuan yang kita miliki dengan meyakini mitos ini. Kita perlu berusaha memberikan upaya terbaik pada setiap pekerjaan, tanpa berdalih kita
bekerja dengan otak kanan atau kiri.
Mitos Ke-2: Percaya bahwa ini menentukan sifat kepribadian kita
Kenyataannya, kita memang memiliki beberapa kepribadian khas yang telah kita miliki sejak kecil. Masalahnya, kita cenderung berpikir bahwa beberapa kepribadian (biasanya kepribadian buruk), tidak dapat diubah karena memang setelannya sudah seperti itu, sehingga kita tidak bisa melakukan apapun pada hal tersebut. Namun, faktanya kita masih bisa loh mengubahnya!
Tindakan yang perlu kita lakukan adalah berusaha keras untuk
mengubah kepribadian kita, terutama kepribadian negatif. Secara realistis, kebanyakan orang tidak ingin mengubah kepribadian mereka karena dua faktor yaitu, pertama, mereka sangat menyukai zona aman yang ada sekarang. Kedua, mereka tidak tahu bahwa mereka masih bisa berubah.
Teori umum menyatakan bahwa kepribadian kita ini sudah terbentuk bertahun-tahun lamanya dan berjalan stabil dari waktu ke waktu. Maksudnya, kepribadian itu terus dilakukan secara terus-menerus. Itulah mengapa, mengubah kepribadian adalah suatu tantangan yang tidak mudah untuk dilakukan.
Selain itu juga, terdapat teori yang dikenal “Five Factor Model”. Ini menyatakan bahwa ada lima ciri kepribadian dasar yang mendefinisikan kita yaitu, keterbukaan, hati nurani, ekstraversi, kesesuaian dan neurotisme. Nah, ciri-ciri kepribadian tersebut memengaruhi bagaimana cara kita bereaksi terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di dalam hidup kita.
Apa intinya? Kepribadian kita memang sudah terbentuk selama bertahun-tahun. Anggap saja bahwa kepribadian kita seperti cetakan tanah liat, yang sudah dibentuk dan mengeras seiring waktu. Namun, kita tetap dapat mengubahnya menjadi lebih cantik dan baik. Misalnya, dengan memberikannya warna yang indah atau hiasan lainnya.
Mitos Ke-3: Percaya bahwa kepintaran memengaruhi ukuran otak seseorang
Banyak orang yang percaya bahwa orang pintar cenderung memiliki otak yang lebih besar. Opini ini membuat kebanyakan orang meyakini bahwa yang lebih besar, maka lebih baik. Jika ukuran otak kita besar, maka kita adalah seorang yang cerdas dan pemikir berat.
Faktanya, tidak ada kaitan apapun antara ukuran otak dengan
kecerdasan (level IQ). Tidak percaya? Mari kita lihat ukuran otak sapi. Apakah rekan pembaca pernah melihat ukuran otak sapi? Besar bukan?
Dengan ukuran otak yang besar seperti itu, apakah sapi memiliki kepintaran yang lebih baik dari kita? Jawabannya tidak. Nah, itulah mengapa kita tidak bisa mengatakan seorang yang pintar memiliki ukuran otak yang lebih besar daripada mereka yang tidak.
Apa intinya? Bukan ukuran otak yang terpenting, namun yang penting adalah seberapa baik kita menggunakan otak kita dalam berpikir, berkomunikasi, bersikap dan lain sebagainya. Kita perlu melatih otak kita untuk menghubungkan berbagai ide, indera dan kecerdasan untuk memiliki harmoni setiap harinya.
Mitos Ke-4: Percaya bahwa wanita dan pria memiliki otak yang berbeda
Dari semua mitos yang tersebar tentang otak kanan dan otak kiri, mitos inilah yang paling merusak fakta tentang otak yang sesungguhnya. Mitos ini membuat kebanyakan orang berperilaku sesuai dengan gender mereka masing-masing. Padahal kembali lagi ke pembahasan kita di awal, kepribadian kita yang telah mengakar selama bertahun-tahun lamanya masih bisa diubah, dan ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan gender.
Memang benar bahwa ada beberapa perbedaan anatomi yang sangat kecil antara otak pria dan wanita. Namun, perbedaan yang ada ini tidak pernah memiliki kaitan apapun dengan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita. Segala perbedaan yang kita miliki sebagian besar ditentukan oleh pengkondisian budaya kita sendiri. Apabila ada perbedaan atau ketidaksetaraan, semua itu diciptakan oleh masyarakat kita sendiri.
Kesalahpahaman mengatakan bahwa wanita lebih baik dalam kecerdasan emosi dan empati, namun ternyata anatomi otak mengatakan hal sebaliknya. Hippocampus, yang terkait dengan ingatan, biasanya lebih besar pada wanita, sedangkan amigdala, yang terlibat dalam emosi, lebih besar pada pria, dan yap! Ini sangat bertentangan dengan mitos yang ada, bukan?
Apa intinya? Nyatanya, gender tidak menentukan apa yang ditakdirkan untuk kita, entah itu adalah hal yang baik atau buruk. Perbedaan dan ketidaksetaraan yang terjadi seringkali merupakan hasil dari pengkondisian budaya kita.
Mitos Ke-5: Percaya bahwa kita akan kehilangan kekuatan mental seiring waktu
Beberapa orang percaya bahwa anak muda akan lebih berani dalam mengambil risiko. Namun, seiring bertambahnya usia, kita cenderung mencari kenyamanan dalam setiap rutinitas kita. Hasilnya? kita memiliki pola rutinitas yang sama dari hari ke hari, dan ini cukup membelenggu kita.
Saya ingin rekan-rekan Career Advice menyadari sesuatu. Kenyataannya, otak dan kecerdasan kita bisa menjadi lebih baik seiring bertambahnya usia. Itulah mengapa kita perlu semakin bersemangat, meskipun umur kita semakin bertambah. Tentu saja ada beberapa kemampuan kognitif yang menurun dalam efisiensi seiring bertambahnya usia. Contohnya, mempelajari bahasa baru, menghafal daftar kata-kata acak dan menghitung mundur angka. Namun, bukan berarti secara keseluruhan kita akan kehilangan kekuatan mental.
Apa intinya? Kita bisa menjaga kekuatan mental dengan meluangkan 10 hingga 15 menit setiap harinya untuk mengasah ingatan kita, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
Yap, itulah 5 mitos tentang otak kanan dan otak kiri yang sering terdengar di masyarakat kita. Sekarang, rekan-rekan Career Advice sudah tahu kan apa saja mitos dari otak kanan dan otak kiri?