Self Improvement
6 Cara Transfer Pelatihan Kerja ke Praktek Kerja Lapangan
by
STUDiLMU Editor
Posted on
Apr 18, 2019
Transfer pelatihan kerja. Apakah rekan-rekan Career Advice pernah mendengar istilah ini sebelumnya? Ini merupakan istilah yang penting khususnya bagi para HRD, yang mana ini merupakan kelanjutan dari pelatihan kerja yang diberikan oleh perusahaan kepada para karyawan. Proses kelanjutan ini dapat membantu karyawan menerapkan atau memindahkan ilmu-ilmu yang sudah didapatkan oleh para karyawan dari
pelatihan kerja kepada praktek kerja lapangan yang mereka lalui setiap harinya.
Kami yakin semua HRD dan Perusahaan di seluruh Indonesia sangat menginginkan para peserta pelatihan kerjanya semakin merasa tertarik untuk mengikuti pelatihan kerja berikutnya, mendapatkan kemajuan dari kinerja karyawannya dari waktu ke waktu, serta energi dan uang yang diinvestasikan untuk pelatihan kerja tidak terbuang sia-sia.
Pertanyaannya, “apakah kita bisa melakukan suatu hal untuk mentransfer ilmu-ilmu dari pelatihan kerja ke praktek kerja lapangan, sehingga segala yang diberikan pada pelatihan kerja tidak sia-sia?”
Jawabannya, tentu saja bisa! Rekan-rekan Career Advice hanya perlu memperhatikan beberapa faktor yang menjadi kunci utama untuk mentransfer ilmu pelatihan kerja karyawan ke dalam praktek kerja lapangan mereka. Tiga faktor kunci yang perlu kita pikirkan adalah, “apa yang mempresentasikan pelatihan kerja?” “bagaimana pelatihan kerja disajikan?” “apa peran yang kita harapkan dari para peserta?”.
Nyatanya, apa yang dilakukan oleh peserta (karyawan) selama mereka menghadiri sesi pelatihan kerja adalah titik awal yang dapat membuat perbedaan, apakah pelatihan kerja benar-benar ditransfer ke praktek kerja lapangan mereka atau tidak.
Nah rekan pembaca tidak perlu pusing-pusing memikirkan hal ini karena pada artikel kali ini kami akan membahas 6 tips ampuh untuk mentransfer ilmu-ilmu yang karyawan dapatkan di pelatihan kerja kepada praktek kerja mereka.
6 Tips untuk Transfer Pelatihan
1. Pelatih Handal akan Memudahkan Transfer Pelatihan Kerja.
Salah satu ciri bahwa pelatihan kerja yang telah dibuat berjalan dengan efektif adalah sesi pelatihan kerja yang dihadiri oleh wajah-wajah para peserta pelatihan kerja yang penuh dengan aura semangat. Mereka benar-benar menikmati jalannya pelatihan yang diberikan oleh perusahaan atau HRD kepada mereka.
Nah, bagaimana caranya agar pelatihan kerja yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi praktek kerja mereka? Bagaimana caranya bisa melihat wajah-wajah sumringah dari para karyawan yang mengikuti pelatihan kerja seperti yang dibahas di atas?
Faktor utamanya adalah instruktur. Seorang instruktur yang handal (mungkin dapat juga diundang dari luar) dapat memberikan harapan yang berbeda kepada para peserta pelatihan kerja. Apalagi jika instruktur yang memberikan pelatihan benar-benar terlihat kredibel. Wah, ini akan semakin
meningkatkan semangat para peserta. Kemampuan untuk melatih orang lain adalah salah satu indikator paling penting dari retensi pelatihan. Apalagi tidak semua manajer, bos atau pimpinan perusahaan yang dapat melatih orang lain secara efektif.
Dalam kata lain, peserta pelatihan juga akan memiliki reaksi yang lebih positif terhadap pelatih yang memiliki pengalaman lebih dalam industri mereka. Para peserta akan lebih menghargai dan bersemangat untuk belajar banyak dari para instruktur yang sudah sering mengalami dan mengatasi masalah serta situasi yang ditekankan dalam pelatihan kerja.
Hasilnya? semakin dekat instruktur dapat menghubungkan pelatihan dengan pengalaman kehidupan nyata para peserta, maka para peserta akan semakin baik untuk dapat mentransfer ilmu pelatihan dan penerapan informasi di tempat kerja mereka.
2. Hadirkan Interkoneksi yang Kuat.
Jangan sampai pelatihan kerja yang dibuat hanya sebagai bentuk formalitas dari program bulanan atau tahunan yang perusahaan buat. Pelatihan kerja yang dibuat harus memiliki interkoneksi yang kuat. Mengapa? Karena ketika tidak ada interkoneksi antar sesi pelatihan, maka perusahaan dapat kehilangan peluang besar untuk memperkuat keterampilan, pendekatan, dan nilai-nilai penting yang dibagikan di dalam pelatihan kerja.
Pelatihan kerja yang kuat dan tepat harus merujuk pada sesi pelatihan sebelumnya, sehingga pelatihan kerja tersebut dapat memperkuat konten-konten yang sebelumnya sudah disampaikan.
Sebagai contoh, suatu perusahaan menghadirkan pelatihan kerja yang memperkenalkan proses
umpan balik yang efektif dalam kelas komunikasi. Kemudian, model pelatihan ini diperkuat dengan beberapa sesi pelatihan berikutnya seperti, sesi resolusi konflik, sesi manajemen kinerja dan sesi motivasi. Sehingga, semua peserta pelatihan kerja bisa mendapatkan pendekatan yang konsisten. Sesi-sesi lanjutan tersebut diberikan untuk memastikan transfer informasi dari semua pelatihan kerja yang diberikan bisa didapatkan dengan baik oleh para peserta.
3. Manajer perlu Ikut Menghadiri Sesi Pelatihan Kerja dengan Staf Mereka.
Ini adalah ide yang sangat bagus! Ketika tim manajemen dari suatu organisasi juga mengikuti sesi pelatihan kerja dengan semua karyawan mereka, maka ini akan membuat semua peserta pelatihan kerja menjadi semakin bersemangat. Mengapa? Karena ini menunjukkan bahwa pelatihan kerja yang perusahaan buat bukan hanya untuk para karyawan semata, namun juga untuk para tim manajemen.
Peserta pelatihan mungkin akan lebih bersedia untuk mencoba ide-ide baru yang dipelajari dalam pelatihan bersama pimpinannya. Apalagi saat para peserta melihat manajer mereka juga mencoba keterampilan baru tersebut. Wah, pastinya ini akan semakin seru! Karena pada kenyataannya, para staf cenderung meniru tindakan manajer mereka, sehingga ketika mereka melihat para manajer juga menerapkan informasi-informasi baru pada pekerjaan, ini menjadi sebuah stimulus bagi mereka.
4. Berikan Pelatihan Kecil secara Rutin.
Tahukah rekan-rekan Career Advice bahwa kebanyakan orang akan memahami sebuah informasi atau pelajaran dengan lebih cepat jika materi-materi pelatihan kerja diberikan dalam “bongkahan kecil” namun rutin. Tidak perlu memberikan sesi pelatihan secara banyak dan berkepanjangan, cukup singkat, padat dan jelas, namun secara rutin (pada jangka periode tertentu). Sehingga, semua peserta pelatihan kerja akan lebih mudah menyerap semua informasi dan keterampilan baru yang mereka dapatkan di sesi pelatihan, dan mereka akan lebih mudah untuk mentransfer semua itu kepada praktek kerja sehari-hari.
5. Berikan Keterampilan dan Informasi yang Langsung Berlaku di Tempat Kerja.
Tidak perlu memberikan informasi dan keterampilan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pekerjaan para karyawan. Agar transfer ilmu pelatihan kerja berjalan dengan baik, maka kita perlu memberikan informasi serta keterampilan yang tepat sasaran dengan apa yang kita tuju dari awal. Jangan membuang-buang energi dan budget untuk hal-hal yang kurang tepat dengan tujuan pelatihan kerja kita.
6. Membuka Pelatihan Kerja dengan Nada yang Positif dan Produktif.
Ini juga merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Pembukaan dari pelatihan kerja yang disambut dengan nada yang positif dan produktif pastinya akan membuat para peserta pelatihan menjadi semakin bersemangat untuk mengikuti sesi pelatihan berikutnya.
Nah, jika rekan-rekan Career Advice termasuk ke dalam bagian tim manajemen atau HRD, apakah rekan pembaca sudah mendapatkan inspirasi untuk menerapkan 6 tips di atas ke dalam pelatihan kerja yang dibuat? Jika ya, Yuk kita bersama-sama terapkan. Selamat mencoba ya, rekan-rekan Career Advice.