STUDILMU Career Advice - 6 Kebiasaan Buruk yang Harus Dihindari

6 Kebiasaan Buruk yang Harus Dihindari


by STUDiLMU Editor
Posted on Feb 11, 2019

 
Beberapa perubahan kecil pada pola pikir saya dan para pembaca Career Advice dapat membuat perbedaan yang sangat besar.
 
Sebagian besar dari kita telah belajar untuk membayangkan masa depan yang ingin kita capai dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai masa depan itu, mencapai beberapa disiplin diri yang membantu kita menyelesaikan tugas secara efisien dan baik, belajar empati dan keterampilan sosial yang memungkinkan kita untuk melakukan hal yang efektif dan mendapatkan dukungan dari orang lain ketika kita membutuhkannya.
 
Tetapi tanpa kita sadari, kita semua juga memiliki bias kognitif, yaitu kepercayaan yang salah dan menahan kita dari mencapai apa yang kita inginkan dan terkadang membuat kita tidak bahagia dari yang seharusnya. Nah, ini juga dapat diartikan sebagai kebiasaan buruk yang harus kita hindari, jika kita benar-benar serius ingin mencapai kesuksesan.

1. Berpikir untuk Jangka Pendek 

Untuk memahami poin ini, saya ingin bertanya kepada pembaca Career Advice, jika ada seseorang yang menawarkan untuk memberikan Anda uang tunai Rp. 20 juta besok atau sebuah investasi senilai Rp. 10 juta satu tahun dari sekarang, mana yang akan Anda pilih?.
 
Mungkin kebanyakan pembaca akan memilih uang tunai Rp. 20 juta yang akan diberikan besok, bukan? tapi, kita tahu bahwa uang akan cepat habis jika digunakan tanpa kontrol yang baik. Sedangkan, investasi senilai Rp. 10 juta memang nilainya lebih kecil, namun apabila dihitung satu tahun dari sekarang, nilainya bisa saja meningkat. Anda mungkin akan mendapatkan lebih banyak dari Rp. 20 juta di masa depan. 
 
Contoh di atas hanya satu indikasi bahwa kebanyakan dari kita, biasanya secara tidak sadar, menempatkan nilai yang lebih tinggi pada kepuasan langsung daripada menempatkan manfaatnya di masa depan. Setiap kali kita makan sesuatu yang kita tahu buruk bagi kita, atau menunda tugas sampai tepat sebelum tenggat waktu, kita melakukan tawar-menawar yang sama, lebih menyukai keadaan diri kita saat ini daripada keadaan yang jauh lebih baik, yang dapat kita miliki di masa depan. 
 
Mari pembaca Career Advice meluangkan sedikit waktu untuk memvisualisasikan diri. Lima atau sepuluh tahun dari sekarang, dimana Anda akan tinggal, apa yang akan Anda lakukan, dan dengan siapa Anda akan tinggal?
 
Jadikan ini suatu kebiasaan, dan kita akan menjadi lebih mudah untuk membuat pilihan yang mungkin tidak menyenangkan bagi kita saat ini, tetapi akan membuat hidup kita menjadi lebih baik di masa depan.
 

2. Tidak Belajar dari Kesalahan di Masa Lalu

Masa lalu memang perlu dilupakan, apalagi jika itu dapat mengganggu fokus kita di masa sekarang dan masa depan. Namun, tidak semua masa lalu perlu kita abaikan begitu saja. Contohnya, masa lalu yang dibuat menjadi peristiwa-peristiwa yang bersejarah. Kita semua perlu ingat bahwa sejarah akan selalu terulang kembali, entah kapan peristiwa tersebut akan terjadi. 
 

3. Terlalu Memikirkan Informasi Negatif 

Sebagai contoh, rekan pembaca sudah berhasil memberikan pidato terbaik yang belum pernah Anda berikan sebelumnya. Setelah itu, 14 orang datang untuk menjabat tangan Anda dan memberitahu betapa mereka menyukai pidato Anda. Kemudian, datang orang ke-15 memberitahu rekan pembaca bahwa apa yang Anda katakan tidak benar dan gaya penyampaian Anda sangat amatir. 
 
Jika skenario di atas terjadi di dalam kehidupan kita, bagaimana reaksi kita saat pulang ke rumah? Informasi mana yang akan lebih kita dengarkan, informasi yang positif atau yang negatif? Saya begitu yakin bahwa sebagian besar dari kita akan bertanya-tanya sepanjang malam, “mengapa pendengar saya mengatakan hal yang buruk seperti itu ya?” “apa penyampaian pidato saya benar-benar buruk, atau dia hanya membenci saya?” 
 
Bias negatif sebenarnya terprogram dalam otak kita sebagai mekanisme bertahan hidup. Memperhatikan apa yang salah dan apa yang benar akan membantu kita tetap hidup. Tetapi dalam kehidupan kita sehari-hari, itu hanya membuat kita merasa down. Mengubah kecenderungan pada fokus yang negatif itu tidak mudah, dan karena kecenderungan mental kita untuk yang negatif, perlu kewaspadaan seumur hidup untuk mengubah kebiasaan ini. Tapi, itu tetap bisa dilakukan.
 
Daripada terus memikirkan hal-hal yang negatif, coba pikirkan hal positif yang dapat kita ambil dari komen yang tidak mengenakkan tersebut. Misalnya, terus berlatih dan berlatih, juga bersyukur atas pujian yang diberikan oleh pendengar lainnya. 
 
Jangan menyerah dan putus asa hanya karena ada orang lain yang tidak suka pada kita, tetap tersenyum dan terus melangkah ke depan, oke!

4. Mudah Mempercayai Informasi yang Salah

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang cepat memerhatikan dan meyakini masukan yang mendukung pendapat dan keyakinan yang telah mereka miliki. Selain itu, mereka juga cenderung mengabaikan atau tidak mempercayai informasi yang tidak sesuai dengan keyakinan itu.
 
Setiap kali kita dihadapkan dengan informasi yang tampaknya mengejutkan atau tidak mungkin, tanyakan pada diri sendiri “apakah saya meyakini informasi ini karena mendukung perspektif yang saya yakini atau memang ini suatu kenyataan yang didukung oleh fakta?” 
 
Cobalah untuk melihat informasi secara objektif, mempertimbangkan sumbernya, dan kemudian membuat keputusan yang bijaksana tentang apa yang harus dipercaya dan apa yang harus diragukan.
 

5. Terlalu Mudah Terbawa “Arus Mayoritas”

Hal ini sering disebut sebagai "ikut-ikutan", mereka percaya bahwa sesuatu yang banyak dilakukan oleh banyak orang, itu adalah benar dan harus diikuti. 
 
Ini adalah kebiasaan mental lain yang terprogram dalam diri kita. Selama ribuan tahun, kelangsungan hidup kita bergantung pada penerimaan, termasuk dalam kelompok keluarga, suku, atau desa kita. Tetapi, penting untuk melawan dampak ikut-ikutan ini, terlebih lagi jika yang kita ikuti bukanlah hal yang benar. 
 
Jika rekan kerja Anda terjun ke dalam jurang, apakah Anda harus mengikutinya?
 
Untuk melawan efek ikut-ikutan ini, cobalah berbicara dengan orang-orang yang memiliki pendapat dan sudut pandang yang bertentangan dengan Anda. Sebelum melompat pada tren terbaru, tanyakan pada diri sendiri apakah kita hanya melakukannya untuk mengikuti orang lain, atau kita benar-benar percaya itu adalah ide yang baik untuk diikuti. 
 

6. Mengakui bahwa Kita Tidak Memiliki Semua Kebiasaan Mental Di Atas

Dari semua kebiasaan mental buruk di atas, akan jauh lebih parah jika kita tidak merasa memiliki satupun kebiasaan di atas. Mengapa demikian? Karena setiap dari kita pasti memiliki setidaknya beberapa mental buruk seperti di atas, dan beberapa di antaranya ada dalam pemrograman genetik kita.
 
Luangkan waktu untuk mempertimbangkan keputusan yang kita buat, dan asumsi yang mendasari keputusan itu. Jika kita jujur ??pada diri sendiri, kita akan melihat bias diri kita sendiri. Jika tidak, minta teman atau kolega untuk masukan yang jujur ??tentang bias dan asumsi kita. Orang lain mungkin bisa melihat pola mental kita lebih baik daripada diri kita sendiri.
 
Jika kita baru sadar bahwa kebiasaan-kebiasaan di atas buruk untuk dilakukan, tidak apa. Sekarang adalah saatnya saya dan semua pembaca Career Advice mengubah kebiasaan buruk ini dan meraih kesuksesan di masa depan.
Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini