STUDILMU Career Advice - 7 Hal dari Ilmu Psikologi untuk Menyusun Strategi Negosiasi

7 Hal dari Ilmu Psikologi untuk Menyusun Strategi Negosiasi


by STUDiLMU Editor
Posted on May 14, 2019

 
Beberapa orang akan merasa ketakutan saat melakukan proses negosiasi dengan orang lain atau pihak lain. Bagi mereka, negosiasi adalah proses yang sangat menakutkan. Mereka takut mengecewakan pihak lain, takut tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan segala ketakutan lainnya yang ada di dalam pikiran mereka. Ketakutan-ketakutan seperti ini hanya akan membawa kita pada kegagalan negosiasi. Jadi sebelum kita melakukan negosiasi, kita perlu mengalahkan pikiran-pikiran negatif terhadap negosiasi yang ada di dalam pikiran kita.  
 
Pikiran setiap manusia memiliki hubungan yang erat dengan ilmu psikologi. Secara tidak langsung, ilmu psikologi dapat membantu kita dalam menyusun berbagai strategi negosiasi yang diperlukan. Lantas, apa saja hal-hal yang bisa diambil dari ilmu psikologi untuk membantu kita dalam menyusun strategi negosiasi? Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini. 

1. Hilangkan Segala Kecemasan yang Dirasakan.

Kecemasan yang kita rasakan akan sangat mengganggu pikiran saat bernegosiasi. Ini akan membuat kita tidak bisa berpikir dengan jernih. Seorang negosiator harus berani untuk menghilangkan segala kecemasan yang mereka rasakan. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan banyak pilihan kepada pihak lain. Pilihan yang banyak akan meningkatkan rasa percaya diri dari setiap individu yang melakukan negosiasi. Mengapa begitu? Karena melalui pilihan yang beragam, negosiator bisa mengarahkan pihak-pihak lain ke titik potensial dimana mereka bisa menyepakati salah satu pilihan yang kita tawarkan. 
 
Coba bayangkan kalau kita hanya memberikan satu pilihan? Sudah pasti rasa cemas akan selalu menggentayangi kita, karena jika pihak lain tidak suka dengan opsi tersebut, maka proses negosiasi tidak akan dilanjutkan. Jadi, rekan pembaca bisa menghilangkan perasaan cemas dengan memikirkan banyak opsi terlebih dahulu, sebelum proses negosiasi dimulai.  
 

2. Menawarkan Negosiasi yang Kecil Terlebih Dahulu. 

Pada poin kedua ini, kami akan menjelaskannya melalui dua skenario ya.
Skenario pertama: “Boleh tolong buatkan secangkir teh hangat, kue-kue sebagai camilan dan ambilkan buku ga?” atau skenario kedua: “Boleh tolong buatkan secangkir teh hangat? (setelah disetujui),  “kalau tidak keberatan boleh bawakan kue-kue sebagai camilan?” (setelah disetujui kembali), “kalau boleh tolong ambilkan buku saya juga ya, terima kasih” (lalu disetujui). 
 
Dari kedua skenario tersebut, kami ingin menjelaskan bahwa dalam bernegosiasi, kita perlu mengajukan hal-hal kecil terlebih dahulu. Sehingga, pihak lain tidak akan merasa keberatan untuk melakukan apa yang kita minta. Meskipun kita sedang bernegosiasi dengan pelanggan yang potensial, namun bukan berarti mereka akan mengatakan “ya” pada setiap poin yang kita tawarkan. 

3. Mendengarkan Pihak Lain dengan Sepenuh Hati. 

Meskipun di dalam proses bernegosiasi kita perlu memperjuangkan apa yang kita inginkan, namun bukan berarti kita tidak mendengarkan permintaan dari orang lain dan menganggapnya tidak penting sama sekali. Kita perlu selalu ingat bahwa di dalam proses negosiasi, untuk mencapai kesepakatan yang “win-win” diperlukan kedua belah pihak yang saling menurunkan ego dan mau saling mendengarkan permintaan masing-masing pihak dengan baik. 
 
Terlebih lagi, kedua pihak pasti memiliki latar belakang, visi, misi dan keinginan yang berbeda-beda, sehingga mendengarkan keinginan masing-masing pihak benar-benar sangat diperlukan.

4. Jadikan Mereka Sebagai “Mitra” bukan “Lawan”. 

Hal lain yang bisa kita ambil dari ilmu psikologi adalah meredakan ego dengan menjadikan pihak lain sebagai seorang “mitra” bukan “lawan”. Secara psikologis, menganggap pihak lain sebagai seorang mitra akan menempatkan masing-masing pihak pada tingkat yang sama, sehingga setiap pihak akan lebih percaya diri dalam bernegosiasi secara profesional.
 
Selain itu, proses bernegosiasi bukanlah sebuah kompetisi, melainkan sebuah proses untuk mencapai kesepakatan yang adil (win-win) bagi setiap pihak, dan masing-masing pihak merasa beruntung dengan adanya kesepakatan tersebut.
 

5. Berpikir secara Eksistensial.

Ketika seorang pengusaha atau negosiator berusaha menempatkan dirinya pada posisi pelanggan (pihak lain), maka dia akan dapat melihat gambaran besar dan lingkungan psikologis yang positif untuk mencapai kesepakatan negosiasi. Mereka akan mengerti tentang apa yang menjadi tuntutan dari pihak lain, sehingga setiap pihak akan lebih mudah mencapai kesepakatan. 
 
Ini merupakan salah satu strategi negosiasi yang baik, yang dapat diambil dari ilmu psikologis, pihak lain akan merasa terhubung dengan proses negosiasi karena sudut pandangnya telah dipertimbangkan. Dengan begitu, akan tercipta kesan yang baik di dalam negosiasi serta kepercayaan yang tumbuh dari masing-masing pihak. 

6. Jangan Egois dan Menutup Diri.

Ilmu psikologi mengajarkan kita untuk tidak egois dan tidak menutup diri untuk mengetahui pihak lain dengan lebih baik. Negosiasi juga bertujuan untuk memperluas koneksi kita dengan orang banyak. Bayangkan jika kita berhasil memiliki kesepakatan yang solid dan kerjasama yang baik dengan pelanggan kita. Kira-kira apa dampak yang akan kita dapatkan? Tentu saja, pelanggan kita akan semakin suka untuk bekerja sama dengan kita. 
 
Tidak hanya itu, record atau rekam jejak kita akan semakin baik di dunia bisnis. Jangan kaget kalau tiba-tiba ada banyak perusahaan lain yang mengajak untuk bekerjasama dengan perusahaan kita. Itu semua bisa terjadi karena hubungan baik yang kita miliki dengan pelanggan kita sebelumnya. 
 

7. Saling Membantu untuk Membentuk Kesepakatan yang Solid. 

Jangan merasa pusing atau mandek jika salah satu pihak merasa putus asa atau sulit untuk menentukan pilihan yang diajukan. Negosiasi adalah proses bersama-sama, bukan hanya satu pihak. Kesepakatan yang ingin diraih pun juga merupakan kesepakatan bersama (win-win), bukan satu pihak semata. Jadi ketika solusi atau kesepakatan belum tercapai, kedua belah pihak harus saling membantu dalam hal ini, agar tercipta sebuah kesepakatan yang solid. 
 
Yap! itu dia 7 hal yang bisa kita pelajari dari ilmu psikologi agar kita dapat menyusun strategi negosiasi yang baik untuk kedua belah pihak yang bernegosiasi. Selamat bernegosiasi ya, rekan-rekan Career Advice.
Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini