Entrepreneurship
Asumsi adalah Penyebab Kegagalan Wirausaha
by
STUDiLMU Editor
Posted on
Jul 19, 2019
Definisi Asumsi secara Singkat
Asumsi adalah dugaan-dugaan yang sering kita pikirkan dan terkadang menjadi dasar pemikiran kita dalam menilai suatu hal atau peristiwa. Asumsi akan menjadi hal yang berbahaya jika asumsi dijadikan sebagai landasan berpikir yang dianggap benar. Padahal, asumsi-asumsi yang kita miliki bisa saja salah total atau tidak memiliki keterkaitan apapun dengan apa yang kita pikirkan.
Asumsi bertolak-belakang dengan fakta, yang mana fakta adalah suatu kenyataan atau segala sesuatu yang benar-benar terjadi dan nyata. Bahkan, fakta juga memiliki bukti-bukti yang pasti. Sedangkan, asumsi hanya dugaan dari
pemikiran kita atau pemikiran orang lain tanpa disertai bukti yang valid.
Apakah Asumsi bisa Menjadi Penyebab Kegagalan Wirausaha?
Kami meyakini bahwa asumsi dapat menjadi suatu ancaman bagi
bisnis atau wirausaha yang sedang kita jalankan. Akan tetapi, terkadang kita tidak menyadari bahwa kita sedang memiliki pemikiran yang mengarah pada asumsi. Kesibukan tiada henti yang kita hadapi sebagai pebisnis telah membuat kita sedikit melupakan hal-hal yang ada di sekitar kita. Selain itu, kita juga tidak akan tertarik untuk mendengarkan apapun yang tidak menarik perhatian kita. Akibatnya, ketika kita harus menilai sesuatu hal, seringkali kita menilainya dengan modal asumsi saja.
Pola pikir seperti ini berisiko menciptakan pola ketidaktahuan yang disengaja. Pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang 4 peristiwa yang membuktikan bahwa asumsi adalah penyebab kegagalan wirausaha. Beberapa peristiwa ini telah kami rangkum berdasarkan website entrepreneur. Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini.
Asumsi Pertama: Bisnis Saya adalah yang Paling Terbaik.
Hampir semua pengusaha dan pebisnis akan merasa bahwa produk dan layanan jasa yang mereka miliki adalah yang paling terbaik dibandingkan produk kompetitor lainnya. Ini merupakan hal yang wajar, akan tetapi pertanyaannya adalah “apakah asumsi ini baik untuk wirausaha kita?”
Jika kita merasa bahwa bisnis kita adalah yang paling terbaik dan sempurna, ini menandakan bahwa tidak ada hal yang perlu diperbaiki dari bisnis kita. Padahal tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk bisnis kita.
Asumsi seperti ini memang akan menciptakan perspektif yang aman bagi kita, namun semakin kita merasa nyaman, semakin para kompetitor akan menggunakan kondisi ini untuk menyaingi bisnis kita. Kita bisa saja merasa lebih unggul dari para pesaing lainnya. Akan tetapi, secara perlahan tapi pasti, para pesaing sedang
menjalankan inovasi mereka dan membuat dirinya semakin terdepan dibandingkan bisnis kita. Hasilnya? bisnis kita hanya unggul bagi kita sendiri, bukan di mata orang lain, terutama para pelanggan.
Asumsi Kedua: Bisnis Saya Paling Terkenal di Bidangnya.
Ketika kita mendirikan bisnis, seringkali kita merasa terlalu percaya diri bahwa semua orang disekitar kita telah mengenal bisnis kita dengan baik. Kenyataannya, orang-orang di sekitar kita bisa saja tidak menyadari bisnis yang kita miliki. Misalnya, di awal perjalanan bisnis, saya menganggap bahwa kedai kopi yang saya bangun adalah
kedai kopi yang paling terkenal di komplek tersebut. Ketika saya bertemu dan berkenalan dengan salah satu pemilik toko lain, saya mencoba untuk memperkenalkan bisnis saya, namun dengan nada yang agak sombong.
Ya, bagaimana tidak? Saat itu, saya berasumsi bahwa semua orang di komplek tersebut pasti sudah mengenal kedai kopi saya dengan sangat baik. Saya terkejut ketika orang tersebut mengatakan, “kedai kopi yang mana ya? Memangnya di sekitaran sini ada kedai kopi ya?” Sontak saya merasa terkejut dan sedih, dari situ saya sadar bahwa tidak semua orang sudah menyadari kehadiran kedai kopi saya.
Ternyata, berasumsi bahwa wirausaha kita sudah dikenal dengan baik adalah hal yang salah. Terus bergerak maju untuk mempromosikan bisnis kita adalah solusi yang tepat dalam masalah ini. Jangan mudah merasa puas dan sombong sebelum orang lain menyadari bisnis kita terlebih dahulu.
Asumsi Ketiga: Semua Karyawan di dalam Bisnis Saya harus Memberikan Pengorbanan yang Setara dengan Saya.
Asumsi ketiga ini sangat berbahaya bagi kelangsungan bisnis kita secara internal. Memang benar bahwa ketika menjadi pemilik bisnis, visi dan misi dari bisnis kita benar-benar akan menjadi tujuan hidup yang selalu kita pegang secara teguh. Namun, bukan berarti kita harus memaksa para karyawan kita juga melakukan hal yang sama.
Kita tidak bisa memaksa para karyawan untuk memiliki tingkat akuntabilitas yang sama dengan diri kita sendiri. Apapun itu, kita adalah pemilik dari bisnis yang kita dirikan. Sedangkan, mereka adalah orang-orang yang ikut membantu menjalankan visi misi bisnis kita. Akan tetapi, kita tidak bisa memaksa mereka untuk memberikan pengorbanan yang setara dengan apa yang kita berikan.
Daripada terus-menerus mencoba untuk mengaitkan visi bisnis kita dengan visi pribadi mereka, lebih baik kita mensejajarkan tujuan bersama yang membuat mereka merasa nyaman untuk melangkah ke depan bersama bisnis kita.
Asumsi Keempat: Bisnis Saya telah Melayani Semua Orang.
Kesalahan keempat dari sebuah asumsi adalah kita menganggap bahwa kita telah melayani semua orang melalui bisnis kita. Kita selalu berusaha untuk menjadi bisnis yang berarti untuk semua orang. Semakin kita mencari pelanggan yang tidak berkaitan dengan bisnis kita, maka kita akan semakin banyak mendapatkan keluhan dan kritikan dari para pelanggan.
Bisnis yang baik adalah bisnis yang spesifik. Dengan menjadi bisnis yang spesifik, target pelanggan kita pun juga akan semakin spesifik, sehingga kita bisa menjadi penjual yang ekspert di bidang yang kita pilih. Hasil lainnya? Tentu saja bisnis yang spesifik akan memberikan keuntungan yang lebih banyak daripada bisnis yang terlalu umum.
Dari keempat asumsi di atas, apakah rekan pembaca pernah memiliki satu di antaranya? Jika “ya”, sekarang adalah waktu yang tepat bagi rekan-rekan Career Advice untuk menghindari asumsi-asumsi di atas beserta penyebabnya, semuanya dilakukan demi kebaikan bisnis kita di masa kini dan di masa mendatang. Selamat mencoba ya, rekan-rekan Career Advice.