Pengertian Mimpi Besar
Dari kata “mimpi besar” kita bisa melihat bahwa “mimpi” adalah kata utama yang perlu kita tekankan. Mimpi adalah
impian, harapan, sasaran, target atau tujuan yang dimiliki setiap orang dan biasanya bersifat variatif tergantung dengan apa yang diinginkan oleh individu tersebut. Mimpi juga bersifat subjektif, yang artinya setiap manusia pasti memiliki mimpi atau tujuan hidup yang berbeda-beda. Dengan kata lain, mimpi besar adalah impian besar atau tujuan tinggi yang dimiliki oleh seseorang. Contoh mimpi besar bisa seperti mendirikan salah satu perusahaan yang terkenal di Indonesia, menjadi sutradara Hollywood, atau menjadi orang paling terkaya di Indonesia. Dalam kehidupan ini, setiap orang berhak memiliki mimpi besar apapun yang mereka inginkan.
Siapakah Steve Jobs?
OK, siapa sih yang tidak kenal dengan Steve Jobs? Siapakah Steve Jobs itu? Namun, biarkan kami menjelaskan biodata Steve Jobs secara singkat. Steve Jobs adalah mantan CEO Apple Inc. Selain itu, Steve Jobs adalah penemu atau inovator, sekaligus pebisnis yang sangat terkenal dari Amerika. Setiap orang yang menggunakan produk Apple pasti sangat mengenal Steve Jobs dan kesuksesannya dalam membawa Apple sebagai produk teknologi yang banyak dibeli oleh orang-orang di dunia ini. Steve Jobs meninggal semenjak 8 tahun yang lalu, namun namanya masih sangat terkenal dan terkenang di kalangan para pebisnis, penemu dan para pengguna Apple sampai detik ini. Anak-anak Steve Jobs bernama Lisa Brennan-Jobs, Eve Jobs, Erin Siena Jobs dan Reed Jobs. Itulah biografi Steve Jobs singkat, padat dan cukup jelas, bukan? Nah, sekarang mari kita beralih ke pembahasan selanjutnya tentang arti mimpi besar ala Steve Jobs yang telah kami lansir dari website entrepreneur dot com.
Mimpi Besar ala Steve Jobs
Ada satu kalimat bermakna yang sampai sekarang masih terekam jelas di dalam pikiran seorang eksekutif ritel Disney Store yang bertemu Steve Jobs kala itu. Kalimat bermakna dari Steve Jobs yang diucapkan kepadanya adalah “Milikilah mimpi besar!” Kalimat bermakna yang diucapkan oleh Steve Jobs ini mengandung arti yang sangat besar, dalam dan penuh dengan kebijakan. Kalimat ini telah membuat seorang eksekutif ritel Disney Store berpikir secara berbeda dan lebih termotivasi. Disney termotivasi untuk tidak lagi menjadi sebuah usaha yang hanya menyediakan tempat untuk para pelanggannya membeli produk, namun Disney berubah menjadi sebuah manifestasi fisik dari pengalaman Disney itu sendiri.
Film tentang Steve Jobs yang dibintangi oleh Michael Fassbender dibentuk menjadi seorang penemu yang sangat visioner. Skrip film ini dibuat selama tiga tahun dan selama tiga tahun tersebut telah diadakan beberapa peluncuran produk baru seperti, Macintosh (1984), NeXT (1988) dan iMaC (1998). Skenario film ini ditulis oleh seorang penulis skenario terkenal yang bernama Oscar Aaron Sorkin. Dia membentuk alur cerita film ini dengan menggambarkan Steve Jobs sebagai seorang penemu yang sangat unggul dan selalu memiliki mimpi besar di dalam hidupnya. Mimpi-mimpi besar yang dimiliki Steve Jobs itu dapat diibaratkan seperti impian-impian yang ingin memindahkan sebuah gunung (sangking besarnya mimpi-mimpi yang Steve Jobs punya).
Steve Jobs adalah seorang yang sangat ahli dalam membangun mimpi besar. Tidak hanya itu, Jobs juga selalu berusaha untuk mendorong orang lain agar merancang mimpi besar dan membuat inovasi-inovasi terbaru sebagaimana yang dia lakukan.
Steve Jobs berpendapat bahwa sebuah mimpi besar dapat dihasilkan melalui inspirasi-inspirasi yang datang ke dalam kehidupan kita. Seringkali sebuah inspirasi dihasilkan dari sebuah pertanyaan yang memaksa otak kita untuk berpikir dan merefleksikan kembali segala usaha dan bisnis yang sudah kita lakukan.
Misalnya, sebuah pertanyaan yang diajukan oleh Steve Jobs kepada John Sculley, seorang presiden Pepsi. Steve Jobs dengan entengnya bertanya kepada Sculley, “Apakah Anda ingin menjual air soda manis (Pepsi) selamanya? Atau Anda tertarik bergabung dengan saya untuk mengubah dunia?” Menerima pertanyaan tersebut, Sculley seperti mendapat pukulan dan hantaman yang keras dari Steve Jobs. Dari pertanyaan yang Jobs ajukan kepada Sculley, kita bisa melihat betapa orang-orang yang sudah sukses pun TETAP harus memiliki mimpi besar.
Suatu saat, Steve Jobs pernah bertanya kepada para karyawannya, “Bagaimana caranya agar kita dapat menemukan kembali esensi yang dimiliki Toko Apple?” Steve Jobs memang tidak seperti kebanyakan para pemimpin, pebisnis atau penemu yang bertanya, “Bagaimana caranya agar Apple dapat menjual lebih banyak produk dan meningkatkan penjualannya dengan menjadi produk yang paling laku di pasaran?” Steve Jobs mau jawaban yang lebih luar biasa dari pemikiran di luar batas yang dimiliki oleh para karyawannya.
Dengan kata lain, dari pertanyaan yang dirinya ajukan ini Steve Jobs tidak mau menerima jawaban bahwa tim Apple harus membuka toko ritel yang lebih banyak. Steve Jobs ingin jawaban yang lebih hebat dari itu, yang mana dari jawaban tersebut mengandung makna mimpi yang sangat besar.
Lalu, apa yang karyawan Apple lakukan untuk menemukan jawabannya? Tim Apple berpikir sangat keras untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh CEO nya itu. Daripada berpikir dengan keras di tempat atau di depan laptop saja, tim Apple memutuskan untuk mengunjungi Hotel The Ritz-Carlton untuk mencari inspirasi dan menemukan jawaban yang cemerlang.
Dari kunjungan yang mereka lakukan ke Hotel ini, mereka berhasil menemukan apa yang dimaksud dengan “esensi sebuah toko” yang mana esensi ini cocok untuk menjawab pertanyaan Steve Jobs tentang, “Bagaimana caranya agar kita dapat menemukan kembali esensi yang dimiliki Toko Apple?”. Para tim masuk ke dalam Hotel dan disambut dengan dibukakan pintu masuk, maka tim mendapatkan jawaban bahwa para pelanggan yang masuk ke dalam Apple Store akan dibukakan pintu masuk atau disambut hangat seperti di hotel.
Apple Store tidak akan memiliki kasir, namun akan ada petugas yang menjaga di sana. Tidak hanya itu, bahkan para pelanggan akan menemukan sebuah bar di belakang Apple Store yang mana para pelanggan bisa mendapatkan saran dan konsultasi gratis tentang produk-produk yang dijual oleh Apple. Dari kejadian ini, kita bisa melihat bahwa Steve Jobs bukan hanya seorang penemu dan pebisnis ulung, namun Steve Jobs juga seorang pemimpi yang sangat besar.
Baginya, mimpi besar bukan untuk berusaha menjadi “rata-rata” atau memiliki esensi pemikiran yang sama dengan orang lain. Mimpi besar bagi Steve Jobs adalah mencari dasar-dasar pemikiran baru yang sangat berbeda dan unik, tidak seperti yang dipikirkan oleh orang lain. Ini tercerminkan dari pertanyaan unik yang Steve Jobs ajukan kepada para tim Apple yang tidak hanya berfokus untuk meningkatkan penjualan produk saja, namun kita semua perlu berfokus pada esensi penting yang diperlukan oleh toko Apple.
Mimpi besar ala Steve Jobs juga berhasil ditularkannya ke beberapa pebisnis terkenal lainnya. George Blankenship, seorang mantan eksekutif terkenal dari Tesla Motors telah bekerjasama dengan Steve Jobs dalam mendirikan 150 Apple Store pertama. George mengaku bahwa Steve Jobs telah menyuntikkan motivasi yang sangat besar untuk perkembangan Tesla, terutama tentang bagaimana Tesla harus membuat para pelanggannya semakin nyaman.
Dalam hal ini, Steve Jobs telah menginspirasi George Blankenship untuk menciptakan pengalaman pelanggan yang luar biasa. Para staf di showroom Tesla telah dilatih untuk mendidik para pelanggan dengan bersabar dalam memberikan informasi-informasi penting yang pelanggan tanyakan. Para staf Tesla juga wajib untuk memastikan para pelanggannya pergi dengan senyum yang merekah di wajah mereka. Cara-cara
pelayanan pelanggan yang terbaik seperti itu telah terinspirasi dari cara Apple memperlakukan pelanggan mereka.
Tidak hanya George Blankenship yang telah berhasil termotivasi oleh Steve Jobs dan Apple, John Lasseter juga mengalami hal yang sama. John Lasseter adalah seorang Chief Creative Officer di Pixar dan Disney Animation Studios. John Lasseter menceritakan bagaimana Steve Jobs selalu mengatakan kepadanya secara terus-menerus bahwa “John, buat film itu menjadi sangat hebat”.
Steve Jobs meyakinkan John Lasseter bahwa film-film yang dihasilkan oleh Pixar harus berkualitas sangat tinggi dan dibuat sebagus mungkin, karena Jobs percaya bahwa film-film Pixar akan bertahan selamanya. Ini mengisyaratkan bahwa Steve Jobs ingin John Lasseter memiliki mimpi besar bahwa film-film yang dibuatnya akan selalu ditonton oleh banyak orang dan tidak lekang oleh waktu. Kita bisa melihat hasilnya sekarang, Toy Story adalah salah satu film yang dipegang oleh Pixar dan John Lasseter yang sampai sekarang MASIH menjadi film favorit banyak orang, bukan hanya para anak kecil namun juga orang-orang dewasa.
Dari kisah inspirasi ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa cara memiliki mimpi besar ala Steve Jobs adalah dengan mengajukan pertanyaan yang dapat merefleksikan segala usaha yang telah kita lakukan sebelumnya dan terus ajukan pertanyaan yang banyak dan menekan otak kita untuk terus berpikir dan mencari inspirasi-inspirasi baru yang dapat membawa kita dalam pembentukan mimpi besar. Jadi, mulai dari sekarang jangan pernah takut untuk memiliki mimpi besar ya, rekan-rekan Career Advice. Tetap semangat!