Motivation
Cara Memuji
by
STUDiLMU Editor
Posted on
Feb 15, 2019
Ada
seorang tokoh pendidikan anak yang terkenal dengan topi baretnya, dan pujian ramah khas “Bagus... Bagus!” untuk setiap hasil karya anak didiknya. Ya, jika Anda tumbuh di kisaran tiga puluh tahun lalu, Anda pasti mengenal sosok Pak Tino Sidin, seorang pelukis dan guru gambar yang terkenal dengan acaranya di stasiun TV era 80-an, yaitu Gemar Menggambar. Sosok yang waktu itu membuat saya merasa bisa menggambar apa saja, dan hasilnya akan luar biasa.
Belasan tahun kemudian, saat menemukan beberapa gambar saya yang disimpan ibu dengan baik, saya mengangkat alis – kaget dan geli, melihat hasil karya “ajaib” tersebut. Beberapa bentuk yang saya sebut hewan hampir semuanya memiliki bentuk kaki sama, pendek dan gendut. Bentuk lainnya bertema super hero mirip perpaduan kepala hewan dan tubuh manusia, yang kesemuanya berjubah dan memiliki semacam tongkat atau pedang. Hasil karya yang membuat saya terkikik geli, dan heran dengan pujian “Bagus!” yang sangat mungkin dilontarkan almarhum Pak Tino Sidin jika saya tunjukkan. Saat ini, dengan bangga saya harus umumkan bahwa saya bisa menggambar dengan jauh lebih baik.
Merenungi contoh “aneh” yang beliau berikan tentang pujian – aneh, karena menurut saya tidak layak diberikan pada hasil karya tak jelas bentuknya seperti yang saya punya, saya menyadari kearifan yang terkandung di dalamnya. Terlepas dari apapun hasil yang saya berikan dulu, saat saya masih sangat kecil dan tak paham standar gambar yang bisa disebut bagus, saya selalu yakin bahwa gambar tersebut memang bagus. Sejauh apapun tingkat kemiripan dengan obyek yang saya maksud, bagi saya, hasilnya luar biasa. Rupanya luar biasa pula tingkat percaya diri saya kala itu. Di saat itulah saya mengerti, bahwa cara memuji yang beliau berikan bertujuan untuk memotivasi. Membuat anak-anak didiknya
tak putus semangat dan terus berlatih hingga dapat menorehkan hasil terbaik.
Dilansir dari situs smartparenting.com, Carol Dweck, psikolog sosial dari Stanford University, melakukan sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa cara kebanyakan orangtua memuji anak mereka membuat anak memiliki pola pikir yang salah terhadap proses belajar. Dweck dan rekannya, Claudia Mueller, memberi sekelompok siswa kelas lima serangkaian pertanyaan sulit dalam tes IQ. Semua anak dipuji atas penampilan mereka yang bagus secara keseluruhan. Separuh dari mereka dipuji karena kecerdasan mereka, seperti kalimat, "Wow, nilaimu sangat bagus. Kamu pasti anak pintar!" Separuh anak lainnya dipuji karena usahanya, "Wow, nilaimu sangat bagus. Anda pasti rajin belajar.". Anak-anak yang terlalu sering dipuji karena kecerdasan, mengembangkan pola pikir tetap (fix mindset). Ketika
mereka mengalami kegagalan dan menghadapi hal yang benar-benar sulit, mereka bisa kehilangan motivasi dan memilih cara aman dengan tidak mengambil risiko. Sebaliknya, anak-anak yang dipuji karena usaha atau kerja keras mereka, akan mengembangkan pola pikir bertumbuh (growth mindset). Mereka menjadi anak gigih dan tidak takut gagal.
Hal yang sama masih terus berlaku pada orang dewasa, pada mereka yang kini telah ada di usia kerja. Cara memuji yang tepat dapat membuat seseorang lebih termotivasi untuk melakukan dengan lebih baik, terobati kekecewaannya atas kegagalan, dan memberi mereka semangat baru untuk mencoba. Benar bahwa
pujian bisa membuat orang justru merasa jumawa. Tapi itu, jika kita memberi pujian dengan cara tidak benar, di momen yang salah, porsi yang tidak sesuai, dan cara yang tidak tepat. Kritik, teguran, atau
umpan balik negatif juga tak kalah penting, untuk menjaga seseorang berkembang di jalur yang benar – dengan catatan, berupa kritik konstruktif, bukan agresif dan destruktif. Tapi teguran adalah hal yang umum kita temukan, dan paling sering kita lakukan dan atau dapatkan. Namun pujian, adalah hal “kurang umum” yang harus mulai kita jadikan kebiasaan baru. Kurang banyak orang yang mau
mengeluarkan apresiasi yang digumamkan dalam hatinya, menjadi verbal yang disampaikan langsung pada mereka yang layak mendengarnya.
Jika obat bisa menyembuhkan penyakit, maka sedikit vitamin atau suplemen tidak akan menyakiti siapapun. Cara memuji yang tepat merupakan vitamin bagi si penerima pujian.
“Appreciation can make a day, even change a life. Your willingness to put it into words is all that is necessary.”
-Margaret Cousins-