STUDILMU Career Advice - Empati adalah Hal yang Dibutuhkan untuk Mendapatkan Kesuksesan

Empati adalah Hal yang Dibutuhkan untuk Mendapatkan Kesuksesan


by STUDiLMU Editor
Posted on Jun 20, 2019

Empati Menurut KBBI

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati nampaknya hampir tidak diperhitungkan dalam dunia bisnis. Namun kenyataannya, empati adalah hal yang dibutuhkan untuk mendapatkan kesuksesan. Bagaimana bisa? Pertama, jika memiliki empati, kita akan mampu untuk memahami posisi dan perasan yang dialami oleh orang lain. Kita tidak akan bersikap semena-mena dan seenaknya saja. Empati juga membantu kita untuk mengerti apa yang sedang dialami oleh orang lain. Kedua, empati dapat menghubungkan kita dengan orang-orang yang tepat. Otak manusia diprogram untuk dapat melihat dan terhubung dengan pengalaman orang lain. Kita selalu berusaha untuk mencari kesamaan dan melakukan penyelarasan. 
 

Empati Menurut Para Ahli

Menurut Wikipedia, Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti ketertarikan fisik. Hal ini dapat difenisikan sebagai respon afektif dan kognitif yang komplekspada distres emosional orang lain.

Menurut Thomas F. Mader dan Diane C. Mader, Empati merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk berbagi perasaan yang memiliki landasan berupa kepedulian.

Menurut Baron dan Byrne dalam buku Psikologi sosial pengertian empati adalah kemampuan untuk merasakan keadaan emsional orang lain, measakan simpatik dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil prespektif orang lain.

Menurut Hodges, S.D dan Klein, K.J , Empati adalah kemampuan dengan berbagai definisi yang berbeda yang mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang lain yang menciptakan keinginan seseorang untuk menolong sesama, mengalami emosi yang serupa dengan emosi orang lain, mengetahui apa yang orang lain rasakan dan pikirkan, mengaburkan garis antara diri dan orang lain.

Menurut Taylor, Empati merupakan suatu usaha untuk mendalami perasaan yang dimiliki oleh orang lain agar ia dapat merasakan serta menangkap arti dari apa yang dirasakan oleh orang lain tersebut.

 

Empati Menurut Para Ahli Psikologi Lain

Selain definisi di atas, untuk lebih memahami apa dan bagaimana empati sebenarnya, para ahli psikologi kerap memberikan definisi mengenai empati sesuai dengan pemahaman mereka masing – masing. Beberapa Pengertian Empati Menurut Para Ahli Psikologi lain, yaitu:

 

Adler

Menurut Alfred Adler, empati adalah penerimaan terhadap perasaan orang lain dan dapat meletakkan diri kita pada tempat orang tersebut. Empati berarti to feel in, atau proses ketika kita berdiri sejenak pada ‘sepatu orang lain’ agar dapat merasakan bagaimana dalamnya perasaan orang tersebut.

 

Bullmer

Bullmer berpendapat bahwa empati adalah suatu proses yang terjadi ketika seseorang dapat merasakan perasaaan orang lain dan menangkap arti perasaan tersebut, lalu dikomunikasikan dengan kepekaan yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bahwa orang tersebut sungguh – sungguh mengerti perasaan orang lain. Jadi menurut Bullmer, empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain daripada berupa suatu diagnosa atau evaluasi.

 

Goleman

Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence menyatakan bahwa pada dasarnya empati adalah kemampuan untuk mengerti emosi – emosi yang dirasakan orang lain. Goleman juga mencatat bahwa ada tingkatan yang lebih dalam mengenai pengertian, pendefinisian dan reaksi terhadap kepedulian serta kebutuhan yang mendasari reaksi dan respon emosional lainnya.

 

Hurlock

Menurut Hurlock,  empati adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengerti perasaan dan emosi orang lain, dan juga kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain dan menghayati pengalaman orang tersebut. Ia menyatakan bahwa kemampuan empati mulai muncul pada akhir masa kanak – kanak awal atau sekitar enam tahun.

 

Kohler

Pada tahun 1929 ,Kohler, salah satu ahli yang pertama memperdebatkan empati dan hubungannya dengan aspek kognitif. Kohler berpendapat bahwa dari pada empati yang terfokus kepada perasaan yang terdalam, sebenarnya empati lebih menekankan bagaimana pemahaman terhadap perasaan orang lain daripada melakukan sharing dengan mereka. Empati dapat merubah seseorang dengan cara menjadi pribadi yang menyenangkan serta cara menghilangkan sifat egois.

 

Mead

George Herbert Mead dalam Eisenberg (2000) menyatakan bahwa empati adalah suatu bentuk kapasitas mengambil peran orang lain dan mengadopsi perspektif yang dimiliki orang lain lalu menghubungkannya dengan diri sendiri. Mead menambahkan komponen kognitif atau kemampuan untuk memahami dalam definisi empati, dengan penekanan pada kepasitas individu untuk memahami bagaimana seseorang memandang dunia melalui peran orang lain.

 

Nancy Eisenberg

Menurut Nancy Eisenberg, empati adalah sebuah respons afektif yang asalnya dari penangkapan atau pemahaman akan keadaan emosi atau juga akan kondisi lainnya, yang mirip dengan perasaan orang lain. Empati merupakan kemampuan untuk menempatkan diri sendiri dalam posisi orang lain dan mampu merasakan penghayatan terhadap perasaan orang lain, namun tetap dapat mempertahankan jati dirinya sendiri. Emosi yang dirasakan seseorang tidak mengakibatkan seseorang lalu kehilangan identitas dirinya.

 

Manfaat Empati

Empati dalam diri memiliki banyak manfaat bagi kesuksesan. Mari kita simak 5 manfaat utama yang dihasilkan jika kita memiliki empati.
 

1. Identitas.

Empati memengaruhi identitas diri. Kita cenderung menilai diri dengan memerhatikan orang-orang yang menghabiskan waktu bersama dengan kita. Nah, saat memiliki empati, kita dapat mengetahui jelas siapa dan seperti apa kita. 

2. Kerjasama. 

Empati bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama tim. Empati juga membantu tim dapat melakukan hal bersama secara efektif. Dalam sebuah penelitian, proses pengambilan keputusan melibatkan empati di dalamnya dapat meningkatkan kerjasama tim dan menumbuhkan empati di dalam diri setiap anggota tim. Ya, saat menunjukkan empati, kita dapat menumbuhkan empati dalam diri orang lain. 
 

3. Inovasi.

Empati dapat memperluas wilayah dan juga pola pikir yang dimiliki seseorang serta mampu untuk menguji ide-ide baru yang belum diketahui sebelumnya. Inilah yang menjadi bagian dalam proses menciptakan inovasi. Tentu saja, membuat inovasi sangatlah penting bagi kemajuan karier. Inovasi membuat kita terus bertumbuh dan mengalami peningkatan. Kita tidak akan pernah mengalami kebuntuan bahkan kemunduran karier. 

4. Memberikan pengaruh.

Selain bermanfaat bagi komunitas, empati juga menghasilkan manfaat bagi individu. Empati dapat meningkatkan kepercayaan diri yang dibutuhkan untuk menunjukkan siapa kita, memberikan pengaruh bagi orang lain dan membuat kita mampu untuk menempatkan diri pada posisi orang lain. Biasanya, kita membutuhkan hal tersebut saat berdiskusi. Dengan empati, kita juga mampu menerima sudut pandang orang lain terlebih dahulu dan membawa orang tersebut masuk ke dalam pandangan kita sendiri. Empati sangat dibutuhkan saat kita tidak setuju dengan pendapat orang lain. Ketika memiliki kesamaan dengan orang lain, kita akan mudah untuk memiliki empati, tetapi ini tidak akan mudah saat kita memiliki pemikiran yang berbeda dengan orang lain. Empati membuat kita mampu untuk memahami perbedaan yang ada dan melihat sesuatu dari sudut pandang lain, bukan hanya sudut pandang kita sendiri. Empati memang tidak dapat mengubah pikiran, tetapi dapat membantu kita untuk lebih menghargai orang lain dan terhubung dengan cara yang tepat.
 

5. Empati dan tindakan.

Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk berempati. Pertama, kita dapat berempati dengan mempertimbangkan pemikiran orang lain. Kita membayangkan bagaimana rasanya menjadi seseorang dan apa yang akan dipikirkan saat kita berada di posisinya. Inilah yang disebut dengan empati kognitif. Kedua, kita dapat berempati dengan memfokuskan diri pada perasaan orang lain. Kita membayangkan seperti apa perasaan yang dimiliki saat berada di posisi orang tersebut. Inilah yang disebut dengan empati emosional. 
 
Empati kognitif dan empati emosional sama-sama memiliki manfaat bagi identitas, kerjasama, memberikan pengaruh dan memperluas pola pikir yang kita miliki. Kita akan lebih mudah untuk mengerti keadaan yang dialami seseorang saat membayangkan diri sendiri dalam situasi tersebut. Tentu saja, ini akan sangat menguntungkan jika kita memiliki kemampuan empati kognitif dan empati emosional. Kita akan mampu untuk mengerti dan menghargai pemikiran serta perasaan yang dimiliki orang lain. Ini memampukan kita untuk tidak menjadi orang yang egois. Yang terpenting adalah tindakan. Jika memiliki kemampuan untuk berempati secara kognitif maupun emosional, itu tidak akan berarti jika kita tidak melakukan tindakan nyata. Semua rasa empati yang kita miliki harus tercermin dalam tindakan nyata yang penuh dengan belas kasih. 
 
Tindakan berempati berarti memahami perjuangan yang dihadapi oleh rekan kerja, bersedia untuk menawarkan bantuan atau menghargai perbedaan pendapat yang dimiliki orang lain. Empati juga dapat tercermin dalam tindakan saat kita mampu berdebat dengan cara yang sehat dan menemukan solusi terbaik. Berempati juga dapat dicerminkan dengan mempertimbangkan pendapat rekan kerja lain dan memberikan saran yang dapat membantu tim mencapai kesuksesan. 
 
Orang lain mungkin tidak akan dapat mengingat tindakan yang kita buat, tetapi mereka akan mengingat bagaimana kita membentuk perasaan mereka. Dengan memiliki empati, kita dapat memastikan bahwa tindakan yang dilakukan dapat menciptakan perasaan positif yang akan diingat dalam jangka panjang. Dengan begitu, kita akan mampu membangun hubungan positif dan menghasilkan hal yang positif juga. Tentu saja, ini akan berdampak baik bagi organisasi dan diri kita sendiri.
 
Jadi, siapapun dan apapun posisi kita cobalah untuk selalu memiliki empati dan menunjukkannya dalam tindakan nyata. Kita harus memiliki empati saat menyampaikan ide yang dimiliki atau saat bekerja sama dengan tim. Dengan begitu, kita akan mampu bekerjasama dengan baik dan mencapai tujuan yang dimiliki. Hasil lainnya? Kita akan dipandang sebagai orang yang memiliki nilai. Kita juga akan memiliki pola pikir yang lebih luas yang dapat membantu mencapai tujuan pribadi. Yuk, mulai sekarang, kita melatih diri untuk berempati dan mewujudkannya dalam tindakan nyata.
Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini