STUDILMU Career Advice - Etika Memuji Rekan Kerja di Lingkungan Kerja

Etika Memuji Rekan Kerja di Lingkungan Kerja


by STUDiLMU Editor
Posted on Jul 15, 2019

Membina hubungan yang baik dengan rekan-rekan di lingkungan kerja adalah hal yang harus dimulai dari hari pertama kita bekerja dan bertemu dengan mereka. Menyayangi rekan kerja bukan hanya tentang memberi umpan balik untuk kebaikan mereka, namun kita juga perlu memberikan pujian untuk rekan-rekan kerja kita. Tujuan dari pujian bisa bermacam-macam, bisa karena kita mengidolakan cara kerja mereka dan bisa juga karena kita ingin mendorong mereka untuk menjadi lebih percaya diri.
 
Apapun tujuan yang kita miliki, memberi pujian kepada rekan-rekan kerja harus dilandasi dengan etika memuji yang baik. Etika sangat diperlukan dalam memuji orang lain, ini diperlukan agar tidak ada kesalahpahaman yang terjadi antara si pemberi pujian dan si penerima pujian. Selain itu, etika memuji juga diperlukan agar pujian yang diberikan benar-benar terdengar tulus dan jujur. 
 
Mengapa etika memuji sangat diperlukan di dalam lingkungan kerja? Karena seringkali ketika kita menerima pujian dari rekan kerja lain. Kita merasa ada kebimbangan di dalam diri yang mengatakan “apa benar apa yang dikatakannya tentang saya?”, “apa pujian tadi hanya untuk membuat saya senang saja ya?” dan beberapa kebimbangan lainnya terhadap pujian tersebut. 
 
Jadi, apakah rekan pembaca sudah siap untuk mencerahkan hari rekan-rekan kerja Anda? Jika ya, berikut ini adalah beberapa etika memuji di dalam lingkungan kerja yang telah kami rangkum dari website ideas ted. Beberapa etika tersebut sangat diperlukan agar pujian yang kita sampaikan tidak terdengar hambar. Baik, langsung saja yuk kita simak penjelasannya berikut ini. 
 

1. Sertakan Nama Mereka di dalam Pujian Kita.

Ketika kita berbicara dengan seseorang dan menyertakan nama mereka, maka pembicaraan kita akan terdengar lebih hangat. Menyertakan nama lawan bicara di dalam kalimat-kalimat yang kita sampaikan juga akan membuat diskusi menjadi lebih akrab dan menyenangkan. Seakan-akan kita tidak sedang berbicara dengan orang asing atau seseorang yang tidak nyaman bersama kita. Coba deh rekan-rekan Career Advice terapkan etika pertama ini dan lihatlah perbedaannya. 
 
Mungkin ini terdengar sederhana, namun menyebut nama lawan bicara akan menegaskan bahwa mereka memiliki arti yang sangat besar dan sangat berarti bagi kita. Sama halnya dengan memuji, ketika kita memuji seseorang dengan menyebut namanya. Mereka akan merasa bahwa pujian tersebut benar-benar tulus dan ikhlas. 
 
Bayangkan ketika rekan pembaca mendapatkan pujian dari seseorang yang tidak menyebut nama Anda, misalnya orang tersebut mengatakan “Presentasi Anda bagus sekali tadi!” Sekarang coba bandingkan jika pujian tersebut menjadi “Anita, presentasi kamu bagus sekali tadi!”.
 
Dari kedua contoh pujian tersebut, mana yang rekan pembaca rasa lebih tulus dan enak didengar? Kami sangat yakin bahwa rekan pembaca akan lebih menyukai contoh yang kedua, karena contoh pujian yang pertama terdengar sangat kaku dan terasa seperti dari orang asing. 
 

2. Berikan Pujian dengan Sangat Spesifik. 

Memuji seseorang juga perlu kejelasan. Jangan sampai hanya karena kita ingin memuji seseorang, kita menggunakan kata-kata yang ambigu atau menggunakan kalimat umum seperti biasanya. Perlu diingat lagi bahwa etika memuji ini tercipta agar pujian yang kita sampaikan kepada rekan-rekan kerja tidak terdengar hambar dan kaku.
 
Lantas, bagaimana contoh pujian yang spesifik? Kebanyakan orang sering memberi pujian dengan kata-kata, “Kerja bagus!” atau “Anda hebat!” Rasanya kedua kalimat tersebut terdengar sangat ambigu. Seseorang yang mendapatkan pujian seperti itu akan berpikir, “bagian pekerjaan mana yang saya hasilkan yang dianggap bagus ya?” atau mungkin kita juga akan berpikir, “memangnya tadi saya melakukan apa ya? sampai-sampai dia harus mengatakan bahwa pekerjaan saya bagus”. Etika memuji menyarankan kita untuk memberikan pujian yang spesifik, sehingga orang yang menerima pujian kita dapat mengerti bahwa tindakan mana yang sedang dipuji oleh orang tersebut.  
 
Daripada hanya mengatakan “kerja bagus!” lebih baik kita mengatakan “kerja bagus! Kamu sudah membuat laporan keuangan yang sangat rinci dan tepat. Pemilihan lokasi meeting yang kamu pilih juga sangat bagus, klien kita sangat menikmati rapat kerja kita hari ini”. Terdengar sangat jelas, bukan?
 
Selain itu, pujian yang spesifik juga membuat kita paham tentang kemajuan atau tindakan positif apa yang sudah kita lakukan. Sehingga, kedepannya kita akan melakukan hal yang sama, bahkan lebih baik lagi. Karena salah satu tujuan memberi pujian juga untuk mendorong seseorang melakukan hal yang baik daripada sebelumnya. 

3. Jangan hanya Sekedar Memuji.

Etika memuji yang baik bukan hanya harus menyertakan nama dan spesifik saja loh. Sebuah pujian akan lebih bagus jika kita menindaklanjutinya. Maksudnya, apabila kita memiliki waktu atau peluang untuk bertemu dan berbicara dengan seseorang yang sudah pernah kita puji sebelumnya, akankah jauh lebih baik jika menindaklanjuti pujian tersebut. 
 
Sebagai contoh, sebelumnya saya memuji rekan kerja saya karena dia telah menampilkan presentasi yang sangat bagus di depan klien. Ketika saya makan di kantin, secara tidak sengaja kita bertemu kembali. Akhirnya saya makan di sampingnya dan berusaha untuk menindaklanjuti pujian saya kemarin. “Rena, saya masih sangat kagum dengan presentasi kamu kemarin. Kira-kira apa tips dan triknya agar kita bisa percaya diri ketika presentasi di depan banyak orang?”. 
 
Dari pertanyaan tersebut, dapat dipastikan bahwa si penerima pujian benar-benar yakin bahwa pujian kita tidak palsu. Buktinya, kita menanyakan tips dan trik dari presentasi hebat yang dibawakan. Ini menandakan bahwa kita benar-benar kagum dengan presentasinya. 
 
Itulah 3 etika memuji yang bisa kita terapkan di lingkungan kerja. Ternyata bukan hanya memberikan umpan balik saja yang perlu menggunakan etika, memberikan pujian kepada orang lain pun perlu menggunakan etika yang baik. Selamat menerapkan 3 etika memuji di atas ya, rekan-rekan Career Advice.
Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini