STUDILMU Career Advice - Jual Diri?

Jual Diri?


by STUDiLMU Editor
Posted on Apr 11, 2018

Istilah “jual diri” atau “marketing yourself” mungkin sudah tidak asing di telinga kita. Sudah tidak lagi bahasa tabu atau tidak seronok yang berkonotasi negatif. Istilah ini sering kita dengar atau baca di kalangan professional, dengan pengertian bagaimana kita membuat diri kita lebih berarti bagi diri kita sendiri, pun bagi orang lain di sekitar kita.

Mengapa kita perlu menjual diri?

Bukankah emas akan tetap emas meskipun dia ada di dalam kali Ciliwung yang hitam pekat itu? Bukankah kalau kita berprestasi, kinerja tinggi, pekerjaan selalu beres suatu saat akan ada hasilnya juga, pasti akan dilihat juga? Mengapa harus memperlihatkan prestasi, nanti dikira sombong. Mengapa harus update keberhasilan kita ke atasan, ini hanya keberhasilan kecil yang sudah biasa saja dilakukan. Saya tidak mau pamer, saya tidak mau dikira perhitungan. Dan banyak alasan-alasan lain yang menghentikan aktifitas “jual diri” kita. Akibatnya banyak karyawan, leader, atau manager berprestasi yang kilaunya tidak seindah aslinya, hanya karena tidak menjual dirinya.

Jual diri, sebenarnya bukan hanya aktifitas yang ujungnya untuk kepentingan diri sendiri saja. Jual diri, dalam pengertian lebih luas, justru akan membantu kemajuan team, memberikan kontribusi lebih ke perusahaan, dan bisa jadi menginspirasi banyak orang untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Dengan menunjukkan sisi terbaik kita, bukan hanya berimbas ke diri kita saja -anggap saja itu hanya bonus- tetapi ada baiknya kita mengubah sedikit pola pikir kita bahwa jual diri itu kita lakukan untuk orang lain, untuk team, dan untuk perusahaan.

Orang melihat apa yang kita lakukan, karena manusia pada dasarnya mempunyai rasa ingin tahu yang lebih besar daripada kekuatan menahan diri dari rasa penasaran. Team kita memperhatikan bagaimana cara kerja kita. Atasan pun perlu tahu apa dan bagaimana kita mengerjakan pekerjaan kita. Rekan kerja kita mencari inspirasi dari inovasi yang dilakukan orang lain. Disitulah tempat paling tepat untuk menjual diri kita. Mereka butuh kita dengan sisi terbaik kita. Bukan kita yang diam-diam sukses dan tidak mau dipublikasikan.

Menjual diri dalam arti luas adalah bagaimana kita memberikan produk terbaik bagi setiap konsumen kita. Konsumen kita bukan hanya atasan kita (supaya mendapatkan promosi, penilaian baik, atau bahkan bonus). Konsumen kita adalah orang-orang yang berinteraksi dengan kita setiap harinya. Mereka yang melihat bagaimana kita kerja, bagaimana kita memutuskan, bagaimana kita berindak.

Jadi.. menjual diri bukan sekedar menjadi terlihat di pandangan orang yang akan memberikan keuntungan bagi kita. Bukan sedangkal itu. Menjual diri akan memberikan manfaat yang jauh lebih luas dan lebih indah dibandingkan sebatas keegoisan semata.

Emas memang akan tetap menjadi emas meskipun berendam di pekatnya Kali Ciliwung, tapi tidak akan ada ada yang menikmati keindahannya jika tidak ada orang yang melihat, mengambil dan mengubahnya menjadi perhiasan di tangan, leher atau telinga perempuan. Tidak juga akan menjadi berharga ketika terus tenggelam dan tidak dipungut oleh seorang investor emas, bagaimana bisa dipungut jika terlihat saja tidak.

Dengan pemahaman jual diri yang lebih luas, keraguan untuk jual diri bukan lagi penghalang. Jadi, Anda berminat menjual diri? Inilah beberapa hal yang perlu kita perhatikan supaya sukses menjual diri kita.

1. Pasar

Pasar adalah tempat kegiatan jual beli berlangsung. Pasar menentukan jenis jualan kita. Tidak mungkin kita menjual sayur organik impor yang harganya sudah senilai Flasdisk 16 GB di pasar tradisional di desa yang penduduknya petani. Mereka bisa menanam sendiri sayur tersebut di kebun atau ladangnya. Atau, mustahil juga kita menjual 3 ikat kangkung seharga seribu rupiah di supermarket, sederet dengan kiwi dan lemon super, jangan-jangan orang akan berprasangka kangkung itu adalah sayur tidak laku.

Dimana pasar kita? Dimana kita mau “menjual diri” kita? Di lingkungan kerja, di rumah, atau di komunitas? Setelah menentukan pasar, kita akan mampu membayangkan, produk seperti apa yang akan kita jual. Di kantor misalnya, keunggulan apa dalam diri kita yang pantas dan layak dijual di kantor. Tentunya bukan kelebihan memasak kita yang akhirnya kita pakai untuk menyuap atasan dengan menu favorit mereka, jika kita adalah seorang akuntan. Bukan juga kemampuan memadupadankan kemeja dan jas yang serasi ala fashionista jika profesi kita adalah seorang manajer produksi.

Kemampuan di luar bidang kerja kita memang bisa kita manfaatkan sebagai pelengkap. Tetapi tak ada hidangan yang hanya tersaji sebagai hidangan pelengkap tanpa adanya menu utama, bukan?

Kenali dan kembangkan produk diri Anda sesuai pasarnya,kenali dan kembangkan keunggulan, pengetahuan, keterampilan yang dibutuhkan dan berkontribusilah bagi perusahaan Anda.

2. Penjual

Dalam hal ini tentunya kita, yang akan “menjual diri”. Apa yang dilakukan seorang penjual supaya mendapatkan kesuksesan? Kesuksesan seorang penjual sejati bukan sekedar mendapatkan keuntungan dari pembeli (laba), namun juga kepuasan pelanggan. Dan itu didapat ketika penjual cerdas dalam menjual produknya.

Kita harus menjual diri dengan cara yang cerdas. Mencari WII FM (What’s In It For Me) bagi konsumennya tanpa harus merendahkan diri dengan upaya-upaya tidak elegan dan tidak professional. Kreatif dan terus berinovasi, tidak berhenti dengan hanya satu atau dua produk yang dikuasai. Dan semakin memperluas market dengan networking, sehingga lebih banyak orang mendapatkan manfaat atas jual diri yang kita lakukan.

3. Pembeli

Siapa pembeli kita? Seperti yang sempat disinggung sebelumnya bahwa pembeli dan konsumen kita adalah setiap orang yang berinteraksi dengan kita. Jadi, mari kita petakan, siapa saja yang berinteraksi dengan kita. Jika pasar kita adalah kantor, maka konsumen kita bisa jadi anak buah kita, atasan kita, rekan sekerja, rekan departemen lain, office boy, cleaning service, dst.

Supaya aktifitas jual diri kita efektif, kita bisa memulai dengan lingkaran terdekat orang di sekitar kita. Misalnya, atasan, bawahan dan rekan sekerja. Jual diri kita sesuai peran kita di mata mereka, dan sesuaikan juga dengan kebutuhan mereka. Sebagai team leader, kita bisa menjual diri dengan memberi panutan untuk team member kita, berbagi ilmu untuk mendevelop mereka, menjadi coach, menginspirasi dengan integritas, dsb. Begitu juga ketika berhadapan dengan atasan, kita memposisikan diri sebagai penjual diri dengan selalu update perkembangan project kita, submit permasalahan namun disertai dengan alternatif solusinya, menunjukkan strive for excellence dalam project-project yang diberikan, dsb.

Setelah lingkaran terdekat kita, tak ada salahnya kita memperluas market dengan jual diri ke office boy ketika dia minta tolong untuk install salah satu aplikasi di gadget terbaru mereka, jual diri ketika memberikan ucapan terima kasih disertai senyum tulus dan tepukan bahu atas bantuan yang mereka berikan, dan masih banyak contoh jual diri yang tidak perlu modal besar.

Percayalah, sedikit dan sekecil apapun jual diri kita, kita tidak pernah menjual rugi. Mungkin bukan imbalan pembayaran langsung yang kita dapatkan, bukan promosi jabatan, atau tambahan sallary. Bisa jadi kita hanya mendapatkan deposit kebaikan yang suatu saat bisa kita tarik ketika kita membutuhkannya.

4. Produk

Setiap transaksi jual beli pasti ada produknya. Dan setiap jenis produk pasti ada kompetitornya, entah sekarang atau nanti. Bagaimana bisa bersaing mendapatkan hati pelanggan kalau produk kita tidak lebih menarik?

Jual diri sukses ketika kita mempunyai keunikan, keunggulan tampilan, dan kualitas prima. Teruslah berinovasi mencari ”what’s next” produk yang akan kita jual. Jangan biarkan kepuasan menghentikan Anda berkreasi. Teruslah memoles dan meningkatkan performa diri Anda, dalam prestasi kerja secara teknis, ide, maupun interpersonal skill.

Selamat menjual diri..!!!

Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini