STUDILMU Career Advice - Kepemimpinan Efektif

Kepemimpinan Efektif


by Berny Gomulya
Posted on Apr 30, 2018

Perhatikan! Kepemimpinan efektif selalu dimulai dari dalam. Kepemimpinan organisasi dimulai dengan kepemimpinan masing-masing individu dalam organisasi itu. Kepemimpinan organisasi kuat, jika kepemimpinan setiap karyawannya juga kuat. Anda tidak bisa memimpin orang lain, jika Anda tidak bisa memimpin diri Anda sendiri. Anda sulit menjadi orang yang memancarkan energi positif, jika Anda tidak memiliki energi positif itu. Anda tidak bisa menolong orang lain, jika Anda sendiri belum selamat.

Coba perhatikan! Ketika Anda berada di dalam pesawat. Sebelum berangkat pramugari pasti akan memberikan pengumuman yang bunyinya kira-kira seperti ini: ”Jika kabin kehilangan tekanan udara, masker oksigen akan keluar secara otomatis di atas kepala Anda, silakan pakai masker diri Anda sendiri terlebih dahulu, sebelum Anda menolong yang lainnya.” Pahamilah ini! Jika Anda tidak bisa memimpin diri Anda sendiri, maka Anda sulit memimpin orang lain. Jika Anda selalu berpikiran negatif, maka Anda sulit mengajak orang-orang di sekitar Anda untuk berpikiran positif. Anda tidak bisa memberikan apa yang Anda tidak miliki. Anda sulit menolong orang lain, sebelum Anda menolong diri Anda.

”Pemimpin dapat mengeluarkan semua memo dan memberikan semua motivasi yang diketahuinya, tetapi jika semua orang tidak melihat pemimpin itu mengusahakan yang terbaik setiap hari, mereka juga tidak melakukannya.”

~ Colin Powell~

Jika Anda adalah orang tua, barangkali Anda menyadari bahwa anak-anak Anda selalu melihat apa yang Anda lakukan. Anak saya, Marvel juga sama. Ia lebih banyak belajar dari apa yang saya lakukan dari pada apa yang saya ucapkan. Sama seperti anak-anak melihat dan meniru perilaku orang tua, demikian pula para karyawan melihat atasan mereka. Jika Anda datang terlambat, maka orang lain juga merasa bisa melakukan hal yang sama. Orang melakukan apa yang mereka lihat. Colin Powell, mantan Jenderal angkatan bersenjata dan menteri luar negeri Amerika mengamati, ”Pemimpin dapat mengeluarkan semua memo dan memberikan semua motivasi yang diketahuinya, tetapi jika semua orang tidak melihat pemimpin itu mengusahakan yang terbaik setiap hari, mereka juga tidak melakukannya.”

Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa Anda tidak pernah gagal dalam hidup ini. Saya juga tidak bermaksud mengatakan bahwa Anda harus sempurna dulu untuk bisa memimpin orang lain. Tidak ada seorang manusia pun yang sempurna di muka bumi ini. Hidup ini pun tidak sempurna! Tetapi yang saya maksudkan adalah, Anda harus terus menerus belajar untuk nyaman dengan diri Anda sendiri terlebih dahulu, sebelum Anda membantu dan memimpin orang lain. Anda harus berusaha keras untuk menolong diri Anda sendiri terlebih dahulu, sebelum bisa menolong orang lain. Anda harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa memimpin diri Anda terlebih dahulu, sebelum Anda cakap memimpin orang lain. ”Teladan adalah kepemimpinan,” kata Albert Schweitzer, seorang penulis buku asal Perancis. Godaan terbesar kepemimpinan adalah keinginan mengubah orang lain tanpa berusaha keras membuat perubahan pada diri mereka sendiri. Kita butuh kepemimpinan yang kuat. Kita butuh orang dari semua lapisan umur, dan dari semua latar belakang secara bersama-sama mengambil langkah untuk membuat sebuah perbedaan.

Kepemimpinan adalah seni memengaruhi orang lain agar mereka melakukan dengan suka rela apa yang Anda ingin mereka lakukan.”

~Dwight D. Eisenhower~

Kepemimpinan & Pengaruh Muhammad Yunus

Salah satu contoh pemimpin efektif di abad ini yang berhasil menunjukkan kekuatan pengaruh dan pengikut adalah Profesor Muhammad Yunus, seorang ekonom dari Bangladesh yang mendirikan bank untuk  memberikan kredit mikro bagi rakyat miskin. Kekaguman banyak orang kepada Yunus adalah karena kepemimpinan yang ditunjukkannya. ”Jika saja saya dapat bermanfaat bagi orang lain, walau hanya sehari, itu adalah sesuatu yang luar biasa bagi saya. Bahkan lebih luar biasa dari pada semua pemikiran-pemikiran hebat yang saya pelajari di Universitas,” kata Yunus pada suatu kesempatan.

Yunus lahir di Chittagong, Bangladesh, pada tanggal 28 Juni 1940. Ia belajar di Chittagong Collegiate School dan Chittagong College. Kemudian dia mendapat beasiswa Fulbright dan melanjutkan ke jenjang Ph.D. di bidang ekonomi di Universitas Vanderbilt, Nashville, Tennessee, Amerika Serikat pada tahun 1969. Segera setelah menyelesaikan kuliahnya, ia bekerja di Universitas Chittagong sebagai dosen pada bidang ekonomi. Tahun 1972 dia menjabat sebagai Kepala Departemen Ekonomi di universitas tersebut.

Dalam bukunya yang berjudul Banker to The Poor, peraih medali nobel perdamaian tahun 2006 ini mengatakan bahwa ilmu yang didapatkannya dari Universitas tidak bisa langsung berdampak pada pengurangan kemiskinan di negaranya yang makin menghebat. Kemudian ia mulai meneliti sebab-sebab kemiskinan yang dihadapi bangsanya. Ternyata, dari hasil penelitian terungkap bahwa sebagian besar pengusaha di Bangladesh kekurangan dana untuk produksi. Yang mereka butuhkan adalah pinjaman tanpa jaminan dengan bunga dan cicilan yang rendah. Masalah ini bisa terpecahkan jika ada lembaga keuangan yang bisa membantu.Sang Profesor mengatakan bahwa karena kaum miskin itu tidak punya akses ke dunia perbankan, maka mereka menjadi sasaran empuk para tengkulak dan rentenir. Selain mereka harus membayar dengan bunga yang tinggi, mereka juga harus menyerahkan produknya kepada para tengkulak dengan harga murah. Mereka pun terjerat ke dalam lingkaran setan kemiskinan. ”Kemiskinan seperti pohon bonsai. Ia tumbuh kerdil karena akarnya hidup dalam wadah terbatas. Akarnya tak cukup kuat untuk mencari makan kemana-mana karena ia dibatasi,” ujar Yunus.

Saat Bangladesh mengalami bencana kelaparan pada tahun 1974, ia terjun langsung memerangi kemiskinan dengan cara memberikan pinjaman skala kecil kepada mereka yang sangat membutuhkan. Ia yakin pinjaman yang sangat kecil tersebut dapat membuat perubahan yang besar terhadap kemampuan kaum miskin untuk bertahan hidup. Pada tahun 1976, ia mendirikan Grameen Bank (Grameen berarti daerah pedesaan atau kampung) yang memberikan pinjaman kepada rakyat miskin, terutama kepada para perempuan miskin. Untuk menjamin pembayaran hutang, Grameen Bank menggunakan sistem kelompok solidaritas. Kelompok-kelompok ini mengajukan pinjaman bersama-sama dan setiap anggotanya berfungsi sebagai penjamin bagi anggota yang lainnya sehingga mereka dapat berkembang bersama-sama. Prinsipnya adalah kepercayaan dan solidaritas.

Menurut data resmi dari situs Grameen Bank (http://www.grameen-info.org), sampai dengan Oktober 2011, Grameen Bank telah memiliki 2.565 cabang yang melayani 8,35 juta peminjam di 81.379 desa atau lebih dari 97% dari total desa di Bangladesh. Grameen Bank menyalurkan pinjaman 7.59 miliar dollar Amerika dengan tingkat pengembalian pinjaman lebih dari 97%. Ini merupakan tingkat pengembalian tertinggi dibanding sistem perbankan manapun. (Pada saat buku ini ditulis data jumlah karyawan sampai dengan Desember 2011 belum tersedia)

Sebagai seorang pemimpin, Yunus memiliki impian. Ia berkata, ”Kita mampu mewujudkan apa yang ingin kita wujudkan. Bila kita gagal mencapai sesuatu, kecurigaan saya yang pertama adalah keseriusan dan intensitas kita dalam mewujudkan keinginan tersebut. Saya sangat percaya bahwa kita mampu menciptakan sebuah dunia yang bebas dari kemiskinan, kalau kita mau. Dalam dunia semacam itu, satu-satunya tempat dimana kita akan dapat menyaksikan kemiskinan adalah di museum. Pada suatu hari nanti, ketika anak-anak sekolah berkunjung ke musium kemiskinan, mereka akan terkejut menyaksikan kesengsaraan dan penderitaan umat manusia pada masa lalu.”

Kini, berkat terobosan Yunus, kredit mikro telah diterima di seluruh dunia. Sekarang telah ada lebih dari 100 negara yang mengadopsi sistem Grameen Bank. Mereka semua datang ke Bangladesh untuk belajar cara memberdayakan rakyat miskin. Para pemimpin dunia begitu menghormatinya. Hillary Clinton pernah berkata, “I only wish every nation shared Dr Yunus’ and the Grameen Bank’s appreciation of the vital role that girls and women play in the economic, social and political life of our societies. Bahkan mantan Presiden Amerika, Jimmy Carter pernah berujar, “By giving poor people the power to help themselves, Dr Yunus has offered them something far more valuable than a plate of food. He has offered them security in its most fundamental form.”

Profesor Muhammad Yunus telah memperlihatkan pelajaran berharga tentang apa arti kepemimpinan. Alih-alih mengeluh dengan keadaan di sekelilingnya, Yunus berinisiatif memberikan pinjaman kepada kaum miskin. Dalam wawancara khusus dengan Stephen Covey dalam buku The 8th Habit, Yunus berkata, “Saya meninggalkan pola pikir seekor burung, yang memungkinkan kita melihat segala-galanya jauh dari atas, dari langit. Saya mulai melakukan pandangan seekor cacing, yang berusaha mengetahui apa saja yang terpapar persis di depan mata saya – mencium baunya, menyentuhnya, dan melihat apakah ada sesuatu yang bisa saya lakukan.”

Kalimat luar biasa!!!

Sesungguhnya, kepemimpinan adalah soal pengaruh, yaitu kemampuan untuk mendapatkan pengikut. Hal ini yang telah ditunjukkan oleh Muhammad Yunus dengan membentuk Grameen Bank, Bank untuk para kaum miskin. Yunus berhasil memimpin Grameen Bank menjadi sebuah bank yang besar dan disegani. Jika ada orang yang memimpin tetapi tidak ada satu orangpun yang mengikutinya, maka ia bukanlah seorang pemimpin. Bukti kepemimpinan terlihat dari para pengikutnya. Jika Anda tidak mempunyai pengaruh, Anda tidak akan pernah sanggup memimpin orang lain. ”Kepemimpinan adalah seni memengaruhi orang lain agar mereka melakukan dengan suka rela apa yang Anda ingin mereka lakukan,” ucap Dwight D. Eisenhower, mantan Presiden Amerika.

Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini