Pengertian Kerja Keras dan Bakat
Kerja keras adalah tindakan atau usaha yang dilakukan secara bersungguh-sungguh untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang sudah ditetapkan di awal. Sedangkan, bakat adalah kemampuan atau kapasitas yang sudah dimiliki oleh seseorang sejak lahir atau kapasitas tersebut telah dipelajarinya dari serangkaian latihan yang sudah dilakukan sebelumnya.
Seringkali orang-orang berkata bahwa kesuksesan hanya bisa dimiliki oleh mereka yang mau bekerja keras. Sedangkan, sebagian orang berpendapat bahwa kesuksesan hanya bisa didapatkan oleh mereka yang sudah memiliki bakat hebat untuk menjadi orang sukses.
“Hebat ya dia, masih muda, berbakat lagi!” yap, kata “berbakat” memang sering sekali digadang-gadangkan di dalam kehidupan sosial-masyarakat kita. Bahkan, tidak sedikit orang tua yang mengomeli anak-anaknya agar bisa berbakat seperti anak-anak berprestasi lainnya. Seakan-akan, semua orang sangat terobsesi dengan prestasi untuk mencapai sesuatu yang patut dicatat dan diketahui oleh banyak orang.
Mirisnya lagi, keadaan sosial masyarakat kita tidak henti-hentinya melabelkan seseorang yang berprestasi dengan label bahwa mereka memiliki “bakat alami” atau gifted, yang mana mereka adalah orang-orang pilihan Tuhan yang berhak mendapatkan “bakat alami” tersebut, dan “bakat alami” dinilai sebagai suatu hal yang sangat berharga.
Sebagai contoh, begitu banyak perusahaan yang menerapkan tes IQ demi mendapatkan kandidat-kandidat yang brilian, yang mungkin dapat bersaing dengan rekan-rekan kerja mereka di kantor. Perusahaan dan bisnis terobsesi dengan menemukan dan melatih mereka yang memang teruji sebagai “yang paling terbaik”. Dan dalam banyak kasus, “yang paling terbaik” ini disamaratakan dengan orang-orang yang dilahirkan dengan memiliki “bakat alami” tersebut.
Pertanyaannya, apakah bakat itu layak dimiliki oleh orang-orang yang terpilih saja, atau semua orang memiliki bakat yang luar biasa? Tanpa kita sadari, ada suatu proses yang sangat berat dan tidak memiliki jalan yang mulus. Proses yang berat ini akan mengeliminasi orang-orang yang berhak mendapatkan label “berbakat”. Mengapa begitu? Karena tidak semua orang bisa melalui proses berat ini dengan mudah dan lancar.
Mereka yang melaluinya harus memiliki fisik dan mental yang kuat sehingga bisa terus melangkah maju dan sampai pada tujuan yang diharapkan. Jadi, apakah nama proses berat tersebut? Itu terdiri dari dua suku kata yaitu,
“kerja keras”.
Sayangnya, kebanyakan orang hanya berfokus melihat hasil yang diraih oleh orang lain saja, tanpa mau melihat ke belakang. Sudah berapa banyak pengorbanan yang diberikan, bagaimana penderitaan yang dirasakan saat menghadapi kegagalan, sudah berapa kali mencoba bangkit dari kegagalan, bagaimana menyikapi perasaan yang rapuh saat menerima penolakan, dan masih banyak bentuk kerja keras lainnya yang mungkin tidak tersorot oleh pandangan orang lain atau media tv.
Fakta tentang Kerja Keras
Sekarang kita sudah tahu bahwa media dan orang-orang lain sering mengabaikan pentingnya kerja keras lebih dari bakat yang dimiliki oleh setiap orang. Ketika kita mendengar berita tentang pencapaian seseorang, secara otomatis kita cenderung berpikir bahwa “bakat alami” yang mereka miliki adalah hadiah yang luar biasa. Pada kenyataannya, ada banyak contoh orang-orang hebat dan terkenal di luar sana yang mengandalkan kerja keras. Meskipun mereka memiliki kekurangan di dalam diri mereka, namun kekurangan itu tidak menjadi penghalang untuk terus maju mengejar mimpi.
Sebagai contoh, pemain basket legendaris Michael Jordan pernah dikeluarkan dari tim bola basket sekolah menengahnya, tapi nyatanya sekarang? Jordan menjadi atlet bola basket terhebat sepanjang masa. Seorang Oprah Winfrey yang sangat hebat berbicara di depan kamera, pernah dilabelkan sebagai orang yang “tidak cocok untuk televisi”. Namun, mari kita lihat karier Oprah saat ini. Luar biasa, bukan?
Mereka adalah contoh orang-orang yang dianggap ‘tidak berbakat’. Boro-boro dilabelkan memiliki ‘bakat alami’, memiliki kemauan saja bisa diremehkan dan dianggap tidak berbakat. Yap, begitulah. Selalu ada cerita sedih di balik perjuangan orang-orang sukses. Dan, itu semua diraih dengan usaha dan kerja keras. Bukan “bakat alami” semata.
Kekuatan Melabelkan “Bakat Alami”
Terlalu sering melabelkan orang-orang pintar dan berprestasi sebagai seorang yang memiliki “bakat alami”, ternyata bahaya juga loh! Ini bukan hanya membangun sikap sombong dan angkuh karena menganggap diri lebih baik dari rekan-rekan yang lainnya, namun ini juga menciptakan sikap yang meremehkan sebuah upaya.
Mari kita lihat skenario berikut ini, seorang karyawan yang sangat hebat dalam pekerjaannya, bisa mengerjakan tugas apapun yang manajernya berikan. Lambat laun, dia akan merasa bahwa pengembangan diri sudah tidak lagi diperlukan. Mengapa? Karena manajernya selalu melabelkan dia sebagai karyawan yang memiliki “bakat alami” sehingga, dia berpikir bahwa pengembangan diri sudah tidak diperlukan lagi.
Kenyataannya, pengembangan diri selalu diperlukan secara berkala, karena perubahan akan selalu terjadi sampai kapanpun, dan kita perlu siap untuk menghadapinya. Apabila sekarang kita dilabelkan sangat hebat dan memiliki “bakat alami”, belum tentu beberapa keterampilan di masa depan dapat kita kuasai.
Hasilnya, terlalu melabelkan seseorang sebagai pemilik bakat dari lahir hanya membuat mereka merasa malas dan mengabaikan hal-hal penting lainnya.
Lalu, apa yang terjadi dengan individu yang dilabelkan “tidak berbakat” atau “tidak memiliki bakat alami”? Seseorang yang secara eksplisit diberitahu bahwa mereka sama sekali tidak berbakat mungkin akan menjadi kecil hati dan berhenti mengejar impian mereka.
Intinya, selalu melabelkan orang lain sebagai seseorang yang "berbakat" atau memiliki “bakat alami” bukanlah pujian yang perlu kita berikan secara berkala.
Cara Menguasai Kekuatan Unik dari dalam Diri
Setelah mengetahui efek dari melabelkan seseorang dengan kata “berbakat”, kita tidak boleh meremehkan kekuatan “kerja keras”. Karena kerja keras terdengar lebih adil dibandingkan dengan bakat alami. Ini mengindikasikan bahwa setiap orang memiliki peluang yang sama untuk bisa meraih kesuksesan. Yang menjadi penentunya hanyalah satu, “orang tersebut mau bekerja keras atau tidak?” namun, jika kita hanya memberikan pujian pada beberapa orang tertentu bahwa mereka memiliki “bakat alami” yang mungkin tidak bisa dimiliki oleh orang lain. Hmm, ini terdengar seperti tidak adil, bukan?
“Mengapa Tuhan hanya memberikan bakat tersebut kepada mereka, namun tidak pada saya?” jadi, akankah lebih baik apabila kita mengubah sedikit kalimat pujian kita menjadi “Wah, kamu hebat sekali dan berbakat, semua ini pasti juga karena kerja kerasmu selama ini. Selamat ya!”
Sertakan perkataan “kerja keras” di setiap kalimat pujian kita, karena pernyataan “kerja keras” jauh lebih adil daripada “bakat alami”. Berikut ini tiga langkah yang dapat kita terapkan untuk mencapai potensi diri secara maksimal.
1. Tanyakan pada Diri Sendiri “Apa yang Paling Menarik Minat Saya?”
Untuk dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat membuat diri kita tertarik, berikut beberapa pertanyaan yang bisa membantu kita menemukan passion abadi di dalam diri:
- Apa yang paling saya pedulikan? Apakah saya sangat memperdulikan pendidikan anak-anak kecil? Lingkungan? Atau peduli dengan kesehatan masyarakat?
- Apa yang ingin saya lakukan di waktu luang? Apa yang membuat saya merasa puas?
Jika kita merasa tidak yakin dengan selera dan keterampilan yang ada sekarang, mungkin kita bisa mencoba beberapa hobi baru atau mempelajari beberapa info dan topik baru yang dapat membuat kita menemukan passion terbaru.
2. Membangun Kekuatan pada Bidang yang Dipilih
Setelah menanyakan beberapa pertanyaan di atas pada diri sendiri, dan berhasil menemukan jawabannya. Ini dia saatnya kita
membangun kepercayaan diri dan
mengasah kekuatan dari bidang yang kita pilih. Jangan menyerah untuk terus berlatih, berlatih dan berlatih, sampai kita meraih kesuksesan pada bidang tersebut.
3. Pastikan untuk Selalu Mendapatkan Umpan Balik dari Berbagai Sumber
Meskipun kita memang sangat hebat pada bidang yang kita pilih, bukan berarti kita memiliki bakat alami, ya. Semuanya bisa berbuah manis karena kita juga membarenginya dengan kerja keras yang tidak mengenal lelah. Ups, jangan lupa untuk mendapatkan umpan balik dari berbagai sumber secara berkala ya. Misalnya, tanyakan umpan balik dari orang tua, keluarga, teman-teman dekat, atau mentor kita.
Percaya diri dan bekerja keras demi mendapatkan kesuksesan adalah hal yang lebih baik, daripada berkata bahwa “orang lain memiliki bakat alami dari Tuhan, sedangkan saya tidak”. Jadi, kami harap semua rekan-rekan Career Advice selalu
bersemangat dalam meraih impian hidup. Maju terus pantang mundur, dan jangan lupa kerja keras, ya.