Teamwork & Collaboration
Kerjasama Tim
by
STUDiLMU Editor
Posted on
Feb 15, 2019
Kita pernah mendapat pembelajaran tentang sejarah kemerdekaan Indonesia. Bagaimana sulitnya selama ratusan tahun meyakinkan banyak orang, yang terpisah di banyak pulau dan daerah, dengan beragam bahasa dan pandangan, untuk memutuskan bersatu dan meyakini satu harapan; kemerdekaan. Banyak film bertema perjuangan kemerdekaan memiliki alur cerita serupa. Meyakini dan memimpikan kemerdekaan, membagikan dan menularkan keyakinan tersebut, mengumpulkan orang-orang, kemudian bekerja bersama mewujudkan. Termasuk film yang mengangkat biografi presiden pertama RI, Ir. Soekarno.
Dalam film dengan judul serupa, Soekarno, digambarkan betapa sulitnya Soekarno meyakinkan banyak pihak untuk bergabung dalam cita-cita yang sama, betapa sukarnya
membangun kerjasama tim. Meyakinkan bahwa harga diri bangsa adalah harga diri mereka, dan kemerdekaan Indonesia adalah jalan terbaik yang bukan mimpi mustahil. Ada yang bergabung dengan misi personal tersembunyi. Ada yang bergabung karena memiliki kesamaan visi. Ada yang bergabung karena dendam berapi-api. Ada pula yang bergabung untuk alasan religi. Namun di saat banyak yang akhirnya memantapkan diri, muncul mereka yang memaksakan pendapat pribadi. Dengan tujuan yang sama, ada yang ngotot mengusulkan jalan berbeda. Susah payah tokoh-tokoh sentral dalam kisah ini menyelaraskan gerik, hingga akhirnya satu target permulaan tercapai, proklamasi kemerdekaan.
Saat elemen organisasi akhirnya terkumpul dan memulai satu langkah bersama, perjalanan baru saja dimulai, kerjasama tim baru saja dimulai. Ada banyak hal yang perlu diselaraskan. Langkah yang tidak serentak, arah yang tidak sejalan, pikiran yang tidak sepaham, kepentingan yang tidak seragam. Tidak semua yang terlibat tahu apa visi dan misi organisasi. Tidak semua yang tergabung mengejar tujuan yang sama. Beberapa terkadang hanya penumpang yang tidak mau sendirian, dan memutuskan harus berada di satu gerbong yang terbaik –menurut perhitungannya – untuk bisa meneruskan hidup. Dengan begitu kompleksnya kondisi, di sepanjang jalan akan timbul gesekan dan pertentangan. Ada yang menuntut pembedaan. Ada yang menagih keuntungan. Ada pula yang layak kembali menerima penataran, dan ada yang perlu sekali lagi diyakinkan. Menjaga setiap orang tetap bergandengan, menjadi babak baru tantangan. Yang jika berhasil kita lewati, menjadi pertanda harapan. Pertanda bahwa ada perkembangan terbangunnya kerjasama tim.
Cukupkah sampai di situ? Pastinya tidak. Karena saat kebersamaan terselamatkan pun, babak ujian yang sesungguhnya baru disajikan. Bekerja bersama tim memahat pencapaian yang diinginkan, adalah siklus akhir jangka panjang. Siklus yang di dalamnya ada tahap berulang dari dua langkah terdahulu. Siklus dimana setiap mata rantai perlu saling menguatkan, mendorong kemajuan, sambil sesekali menahan diri. Kesuksesan
organisasi dan kerjasama tim, menjadi proses tanpa henti.
Akan selalu ada fase di mana kita harus mengumpulkan sumber daya untuk melangkah bersama demi tercapainya kerjasama tim. Fase di mana kita dipaksa berjuang sekuat tenaga untuk
tetap meyakini tujuan yang sama. Kesemua fase ini tidak akan ada habisnya, bahkan setelah kita semua bisa bekerjasama. Tapi apapun hasil yang dicapai saat kita berhasil melalui fase-fase ini, tidak pernah ada istilah gagal yang layak disematkan. Karena di setiap melewati fase tersebut, kita sudah mencatat pencapaian tersendiri. Pencapaian yang tidak setiap organisasi sukses dapatkan. Dan semuanya bisa dicapai hanya karena adanya kerjasama tim.
“Coming together is a beginning. Keeping together is progress. Working together is success.”
-Henry Ford-