Leadership
Memberi Pujian Atau Uang?
by
STUDiLMU Editor
Posted on
Feb 12, 2019
Receiving a Compliment has Same Positive Effect as Receiving Cash. Begitu judul sebuah artikel yang saya temukan di Forbes, saat mencari hasil penelitian mengenai efek positif pujian terhadap karyawan. Provokatif dan menggembirakan, itu respon pertama saya dalam hati saat membaca judulnya yang lugas ringkas dan jelas. Dan membaca artikel tersebut mengingatkan saya akan keseharian yang terkait.
Jujur saja, kultur lingkungan saya – terkhusus pada era sebelum milenial mengenal cara didik baru yang berkebalikan – tidak mengajarkan pujian sejak saya kecil. Ada satu kalimat keramat tentang “Jangan memuji anak, nanti besar kepala” yang terbawa-bawa sampai dewasa, bekerja, hingga punya anak dan anak buah. Tidak ada kebiasaan memuji di kehidupan pribadi, juga pekerjaan. Segala sesuatu yang dilakukan sesuai harapan, hasil kerja yang mencapai target yang ditentukan, menjadi suatu kewajaran dan tugas tiap orang yang tentunya sudah seharusnya mereka berikan. Lain dari itu, terutama di bawah itu, baru wajib mendapat tanggapan (baca: teguran).
Namun begitu banyak penelitian yang menuliskan arti penting pujian, recognition,
positive feedback, dan istilah lainnya untuk menyebut hal yang sama. Mulai dari pengaruhnya pada
engagement karyawan, hingga dampaknya pada hubungan atasan – bawahan. Dan studi yang dikutip Forbes menambah daftar manfaatnya dengan “peningkatan kinerja”. Menurut Profesor Norihiro Sadato, ketua penelitian dan profesor di Institut Nasional untuk Ilmu Fisiologi di Jepang, "Bagi otak, menerima pujian dengan sebagai penghargaan sosial sama halnya dengan mendapat hadiah uang. Kami telah menemukan bukti ilmiah bahwa seseorang berkinerja lebih baik ketika mereka menerima penghargaan sosial setelah menyelesaikan latihan. Memuji seseorang bisa menjadi strategi yang mudah dan efektif untuk digunakan di kelas dan selama rehabilitasi.".
Mungkin beberapa orang akan tertawa dan tetap berkata “Mendingan dikasih uang dong” daripada cuma dipuji. Namun perhatikan efek jangka panjang pujian yang memang berkorelasi ini. Para peneliti sebelumnya telah menemukan bahwa area otak yang sama yang terpengaruh dalam studi ini, striatum, diaktifkan ketika seseorang diberi penghargaan atau uang tunai. Sepertinya pujian memberikan dorongan memori yang tepat bagi otak untuk secara lebih efisien mengkonsolidasikan pembelajaran. Bagaikan mendapat semangat untuk mempelajari sesuatu agar dapat melakukannya dengan lebih baik, yang berimbas pada peningkatan performa, dan pada akhirnya berdampak pada peningkatan karir. Ini adalah keuntungan jangka panjang yang lebih baik ketimbang hadiah satu kali – walau tentunya bukan berarti hadiah berwujud juga mereka harapkan.
Seperti saat kita merasa bahagia telah melakukan kebaikan dengan niat tanpa pamrih dan mendapat ucapan terima kasih, membuat kita tidak keberatan – bahkan ingin – mengulanginya. Seperti saat rekan kita secara spontan mengucap “Wuih keren!” saat melihat hasil karya kita, membuat kita termotivasi melakukannya dengan lebih baik. Seperti orang tua yang memuji gambar pertama putra/putrinya yang berusia tiga tahun – walau bentuknya sama sekali tidak jelas harus dikategorikan sebagai mahluk apa, pujian membuat seseorang lebih percaya diri untuk mencoba mengembangkan kemampuannya. Besoknya, bisa saja mereka mendadak mencoba menggambar berbagai macam hewan atau sesuatu yang lebih kompleks. Seperti itulah efek pujian yang tepat pada karyawan.
Kalau reward harus selalu dengan uang – walau sebatas hanya beli gorengan untuk dimakan rame-rame, kan lama-lama tekor juga? Apalagi ada banyak hal baik yang bisa diapresiasi. Namun saat banyak dari kita mengasumsikan hal baik, prestasi, dan penghargaan dengan “selebrasi” yang berhubungan dengan uang, kita melewatkan peluang mendorong kemajuan dan peningkatan kemampuan free of charge alias gratis. Akhirnya kita kembali ke kebiasaan awal, anggap sebagai hal yang memang sudah sewajarnya, lalu abaikan. Mana yang lebih rugi?
Tidak selalu tentang hal material, saat kantong kering pun kita tetap dapat memberi penghargaan dan berperan dalam pengembangan seseorang. Jadi mengapa tidak?
Tak ada orang yang terlalu miskin sehingga tidak bisa memberikan pujian.
– Anonim