Secara demografis, ada empat generasi yang mewakili mayoritas tempat kerja saat ini, yaitu Generasi Baby Boomers, Generasi X (yang kebanyakan berada pada posisi kepemimpinan senior), Generasi Y atau Millennial (yang generasi termudanya akan menjadi generasi manajer berikutnya), dan Generasi Z (yang generasi tertuanya baru saja mulai memasuki dunia kerja).
Merujuk pada hal di atas, Generasi X dan generasi Millennial menjadi dua generasi yang paling berpengaruh di tempat kerja sekarang. Apa yang bisa mereka ajarkan satu sama lain agar dapat memanfaatkan kekuatan kolektif masing-masing?
Kesalahpahaman yang umum terjadi adalah bahwa generasi Millennial menginginkan semuanya; power, jabatan, gaji tinggi – dan mereka menginginkannya SEKARANG JUGA. Orang-orang dalam generasi ini kerap mengambil peluang demi peluang, dan berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain, berharap dapat memintas proses kenaikan karier.
Barangkali kesalahpahaman ini berasal dari fakta bahwa generasi Millennial cenderung khawatir tentang masa depan, sebab mereka memiliki biaya hidup yang lebih tinggi dan lebih banyak utang daripada orang tua mereka di usia sama. Para Millennial juga cenderung mencari posisi yang lebih memuaskan. Prinsipnya, tak apa dibayar kecil, asalkan bahagia dalam pekerjaan itu.
Berpindah-pindah pekerjaan bisa jadi membawa hasil yang lebih tinggi dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang tidak memberikan kredibilitas. Padahal kredibilitas sendiri berasal dari dua hal:
-
Menjalankan tugas atau proyek yang semakin sulit setiap kali, dan menciptakan rekam jejak kesuksesan dari waktu ke waktu
-
Menggunakan kecerdasan emosional ketika berhadapan dengan orang lain.
Jika demikian, benarkah hanya Generasi X yang saat ini berada dalam posisi unik untuk membantu membimbing generasi muda Milenium dalam mendapatkan kredibilitas?
Generasi Boomer sebetulnya juga bisa, terutama bagi mereka yang masih dalam angkatan kerja. Hanya saja, mereka jauh lebih baik untuk posisi mentor. Selain itu generation-gap dan rentang usia yang terlalu jauh membuat generasi Milenium umumnya kesulitan memahami perspektif generasi Boomer.
Hal lain yang mungkin menyulitkan adalah bahwa kebanyakan generasi Boomer tidak menggunakan komputer dalam sebagian besar kehidupan kerjanya. Mereka tidak berkomunikasi atau membuat keputusan secepat generasi sesudahnya. Orang-orang generasi Boomer umumnya mendaki tangga karier satu per satu sebelum kemudian mencapai puncak, dan juga cenderung bekerja pada sebuah perusahaan dalam waktu lama.
Inilah yang tidak terjadi pada generasi Millenial. Mereka berkomunikasi hampir tanpa kesulitan dengan banyak orang dengan menggunakan banyak media. Generasi millenial juga biasanya belum menemukan tangga karier apapun untuk dipanjat, dan toleransinya terhadap risiko jauh lebih tinggi daripada Gen Boomer. Millenial cenderung jauh lebih setia pada perusahaan yang bersedia memperhatikan pertumbuhan dan kemajuan karier mereka daripada yang hanya menawarkan pekerjaan. Jadi, benar bahwa generasi Boomers bisa menjadi sumber daya yang bagus bagi Millenial, namun jurang antar generasi jauh lebih sulit untuk dilewati oleh keduanya.
Sebaliknya, Gen X sudah masuk ke dunia kerja saat komputer desktop mulai berkembang. Generasi ini menemukan sebuah anak tangga yang hilang, harus terus beradaptasi selama 20 tahun terakhir, serta berulang kali bergerak secara lateral untuk menemukan pekerjaan yang lebih bermakna. Mereka menghargai komunikasi dan bahkan menggunakan media sosial yang hampir sama seperti Millennial.
Selain itu, Gen X juga sangat menghargai pencapaian individu dan dapat memahami keinginan Millennial untuk bertumbuh secara pribadi dan profesional. Orang-orang dari generasi X senang menjadi mentor, berada pada usia yang tepat dan memiliki pengalaman cukup untuk berperan sebagai ‘jembatan’ antar generasinya dan generasi Millenial.
Apa yang Bisa Diajarkan oleh Gen X?
Gen X membawa budaya kualitas, etos kerja, dan hubungan timbal balik yang dibutuhkan sebuah perusahaan dan karyawan untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama. Melalui pendampingan, Gen X dapat membantu Milenial mempelajari keterampilan penting (seperti empati, kemampuan beradaptasi, dinamika kelompok, motivasi karyawan, gaya komunikasi, dan membangun hubungan) serta gaya manajemen dan kepemimpinan. Oleh karena itu, mereka dapat meningkatkan peluang Milennial muda untuk sukses dalam peran manajemen atau kepemimpinan masa depan.
Gen X juga dapat berbagi pemikiran mengenai sistem. Perusahaan adalah sebuah sistem yang saling berhubungan, penuh dengan tujuan dan target yang kadang-kadang berkonflik. Setiap keputusan yang dibuat oleh satu departemen pada umumnya akan memiliki konsekuensi bagi departemen-departemen lain, sehingga harus diperhitungkan sebelum melakukan perubahan sepihak.
Gen X dapat menunjukkan kepada para calon manajer Millennial bahwa tujuan perusahaan tidak akan mudah dipecahkan dengan mengejar motivasi yang kontributor individual mereka. Sebagai seorang pemimpin, seorang manajer harus mempertimbangkan apa yang terbaik untuk tim.
Ini tidak berarti bahwa Millenial tidak kolaboratif — justru sebaliknya. Mereka terbiasa bekerja dalam tim dan umumnya mampu menghasilkan gagasan inovatif. Namun, ketika seorang manajer Millenial dihadapkan pada tujuan departemen yang harus selaras dengan tujuan organisasi, mudah bagi mereka untuk lupa bahwa keputusan mereka akan mempengaruhi departemen lain. Padahal ini merupakan aspek manajemen yang membutuhkan pengaruh, hubungan, dan kecerdasan emosional untuk bernavigasi.
Apa yang Bisa Diajarkan oleh Generasi Millenium?
Generasi Millenial adalah digital-native dengan hasrat untuk belajar yang kuat. Orang-orang generasi ini memiliki ide-ide segar dan otentik – dua hal yang menghasilkan kepercayaan. Mereka juga peduli dengan lingkungan dan orang lain – ini adalah dua faktor yang menjadi cara terbaik membangun bisnis yang sukses.
Digabungkan dengan toleransi yang lebih tinggi dalam mengambil risiko, memungkinkan orang-orang generasi Millenial mencoba banyak hal baru tanpa rasa khawatir. Selain itu, mereka umumnya tidak takut gagal, dan pada kenyataannya, generasi ini memahami bahwa kegagalan adalah prasyarat untuk sukses. Mereka akan memberikan segala upaya, dan jika mereka tidak berhasil, mereka akan terus mencoba sampai mereka melakukannya dengan benar.
Budaya inilah yang dibutuhkan oleh Generasi X pada tahap karier mereka; semangat baru untuk belajar dan tumbuh, mengambil lebih banyak risiko, berkolaborasi dan menjadi otentik, serta melihat kesuksesan sebagai lebih dari sekadar fenomena pribadi. Gen X harus mencontoh Millennial dan terus mempelajari sesuatu yang baru, mendapatkan sertifikasi, mengambil proyek-proyek baru, dan bahkan mencoba karier, industri, atau perusahaan baru.
Bagaimana Merger Dua Generasi Ini Dilakukan?
Ada banyak kesamaan yang dimiliki Gen X dan Millenium. Misalnya, Gen X suka membuat keputusan yang cepat dan menentukan, sementara Millennials suka ketika manajernya mendorong mereka menjalankan sebuah proyek. Kedua generasi juga mengadopsi teknologi yang sama. Ini memungkinkan kedua generasi untuk berbagi koneksi yang baik dalam mendorong keberhasilan perusahaan. Gen X dan Millenial juga sangat menghargai kontribusi individu kepada perusahaan, ambisius dan adaptif, dan menempatkan prioritas tinggi pada keseimbangan kehidupan kerja.
Salam,
Astrid Savitri. Penulis. Telah menerbitkan 18 buku dari genre non fiksi bertema psiko-pop, kesehatan, parenting dan motivasi, serta beberapa buku fiksi. Salah satu buku yang menjadi best seller adalah “33 Cara Kaya Ala Bob Sadino” dan ’45 Cara Kaya Ala Jack Ma”. Karya-karya lain bisa dilihat di website www.astridsavitri.com.