STUDILMU Career Advice - Pemimpin yang Baik untuk Generasi Milenial

Pemimpin yang Baik untuk Generasi Milenial


by STUDiLMU Editor
Posted on Jul 30, 2019

Definisi Pemimpin yang Baik dan Generasi Milenial 

Pemimpin yang baik adalah orang-orang terpilih yang cerdas, kuat, mampu dan memiliki kapasitas yang bagus untuk bisa membimbing dan mengarahkan anggota kelompoknya untuk meraih tujuan bersama dengan menerapkan cara-cara yang baik dan sehat. Sedangkan, generasi milenial adalah kelompok generasi yang dinilai kehadirannya setelah Generasi X. Untuk menentukan kisaran umur dari generasi milenial itu sendiri, para ahli dan peneliti sering menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran dari generasi milenial dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000an sebagai tahun akhir kelahiran. 
 
Dalam menggambarkan generasi milenial, banyak orang-orang yang memberikan stigma negatif terhadap generasi ini. Ada yang bilang “kaum milenial adalah orang yang egois”, “kaum milenial adalah anak-anak yang tidak mau bersusah payah”, ada juga yang bilang bahwa “anak milenial tidak bisa hidup dalam tekanan”, dan beberapa stigma negatif lainnya. 
 
Stigma-stigma negatif tersebut tidak jarang membuat para pemimpin baru menjadi takut dan kewalahan jika mereka harus mengelola dan memimpin generasi milenial. Akan tetapi sebagai seorang pemimpin, mau tidak mau kita harus menghadapi kenyataan bahwa generasi milenial sudah mulai memasuki dunia kerja dan populasi mereka semakin bertambah dari hari ke hari. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus menyiapkan fisik dan mentalnya dengan sangat baik agar bisa menjadi seorang pemimpin yang baik untuk generasi milenial. 
 

Bagaimana Cara Menjadi Pemimpin yang Baik untuk Generasi Milenial? 

Menurut website entrepreneur, ada 4 langkah utama untuk bisa menjadi pemimpin yang baik bagi generasi milenial. Keempat langkah yang akan kita bahas di dalam artikel ini dinilai menjadi langkah yang objektif untuk bisa membantu generasi milenial dalam mengembangkan diri mereka menjadi lebih baik. Dan untuk mencapai hal itu, diperlukan seorang pemimpin yang baik dan ahli dalam mengelola dan memimpin mereka. Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini. 
 

1. Definisikan Lingkup Tanggung Jawab dan Dorong Mereka untuk Bereksplorasi. 

Hal pertama yang perlu kita lakukan dalam memimpin generasi milenial adalah mendefinisikan ruang lingkup yang menjadi tanggung jawab mereka. Ini bertujuan agar para karyawan milenial dapat memahami dengan baik apa yang menjadi tugas dan kewajibannya, dan apa saja hal-hal yang bisa dikategorikan sebagai fokus kedua, sehingga apa yang mereka kerjakan tidak keluar dari tanggung jawab yang diberikan. 
 
Selain itu, kita juga perlu mendorong semangat para milenial untuk terus bereksplorasi. Misalnya, terus memikirkan ide-ide yang cemerlang, berusaha untuk terus berinovasi, berpikir kritis, dan lain sebagainya. Akan tetapi, tetap tunjukkan kepada mereka bahwa segala bentuk eksplorasi yang dilakukan juga perlu dibarengi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi. 

2. Menjadi Pemimpin yang Ramah, namun Tetap Tegas. 

Sayangnya, kebanyakan pemimpin atau manajer menganggap bahwa mereka tidak perlu bersikap ramah dan manis kepada para karyawan milenial. Alasannya, mereka merasa bahwa keramahan tersebut hanya akan membuat generasi milenial menjadi manja atau meremehkan mereka sebagai pemimpin. 
 
Kenyataannya, kondisi ini malah hanya akan menyiksa para generasi milenial. Mereka akan merasa menjadi orang asing di kantor setiap harinya. Bahkan, yang lebih buruknya mereka merasa tidak dihargai sebagai seorang karyawan oleh pemimpin mereka. Generasi milenial terdiri dari orang-orang yang ingin merasa dihargai dan diakui keberadaannya. Mereka juga sangat suka dengan lingkungan kerja yang penuh dengan kenyamanan dimana mereka bisa merasa have fun namun di saat yang sama mereka juga bisa mengembangkan diri mereka dengan tugas-tugas kerja yang menantang. 
 
Banyak sekali orang yang mengatakan bahwa generasi milenial adalah kaum pemalas yang tidak suka bekerja keras. Padahal mereka bukan tidak suka bekerja dengan giat dan berupaya keras, mereka akan memberikan usaha maksimal yang dimilikinya jika suasana dan kondisi yang ada membuat mereka semangat dan tertantang untuk melakukan yang terbaik. 
 
Jika mereka merasa tidak nyaman dengan sikap pemimpin yang dingin dan tidak ramah, lantas bagaimana mereka bisa nyaman bekerja dengan pemimpin seperti ini? Cobalah untuk menjadikan mereka sebagai “teman” namun di saat yang bersamaan juga menjadi pemimpin yang tegas. Sehingga mereka tahu batasan-batasan yang harus dijaga, meskipun pemimpin mereka adalah orang yang sangat ramah. Ketika generasi milenial sudah merasa nyaman dengan sikap pemimpinnya, percayalah bahwa tanpa diminta untuk menjadi karyawan yang produktif, karyawan milenial pasti akan memberikan kinerja terbaik dari diri mereka. 

3. Jangan Memanjakan Karyawan, Tapi Tetaplah Bersikap Konstruktif

Dikarenakan sifat generasi milenial yang mudah tersinggung dan cukup sensitif, sebagian orang berpikir bahwa seorang pemimpin harus bersikap hati-hati ketika berbicara dengan mereka, baik dalam berdiskusi maupun ketika menyampaikan tugas kerja. Jika kita tidak menjaga hati para karyawan milenial dengan baik, dikhawatirkan mereka akan segera resign dari perusahaan dan mencari pekerjaan lain. 
 
Hal ini akan semakin menyulitkan ketika terlalu banyak pergantian karyawan milenial di dalam perusahaan. Bukan hanya membuang-buang waktu untuk proses perekrutan, namun kondisi seperti ini juga akan menghabiskan uang yang cukup banyak karena setiap karyawan yang baru direkrut pasti akan memasuki pelatihan kerja terlebih dahulu. Sedangkan, mereka yang dilatih tidak akan bertahan lama di perusahaan. 
 
Hal yang perlu dilakukan adalah bersikap tidak memanjakan karyawan, namun di sisi lain juga bersikap konstruktif kepada mereka. Apabila ada umpan balik yang harus kita sampaikan kepada para karyawan milenial, maka kita tetap perlu menyampaikannya. Penyampaian umpan balik bertujuan untuk membantu pengembangan mereka dengan baik. Jadi, sampaikanlah umpan balik dengan nada dan pemilihan kata yang konstruktif. Kami yakin mereka akan merasa senang dan sangat memahaminya. 

4. Mendorong Kolaborasi untuk Meningkatkan Motivasi dan Kepuasan. 

Generasi milenial memiliki kemampuan yang sangat baik serta keterampilan yang canggih, terutama dalam menggunakan teknologi. Nilai positif ini perlu digunakan oleh para pemimpin yang baik dalam membimbing karyawan milenial mereka untuk saling berkolaborasi dan membentuk kesatuan anggota tim yang kuat, yang saling memotivasi satu sama lain. Sehingga, generasi milenial dapat mencapai kepuasan kerja mereka masing-masing. Kolaborasi yang kuat akan membantu para generasi milenial untuk mendapatkan self-fulfilment dalam setiap pekerjaan yang mereka berikan. 
 
Yap, itulah kriteria pemimpin yang baik yang sangat diperlukan untuk memimpin para generasi milenial. Dari keempat kriteria kepemimpinan di atas, apakah rekan pembaca sudah merasa menjadi salah satu pemimpin yang baik untuk generasi milenial? Yuk, kita asah kembali leadership skills kita untuk menjadi pemimpin yang baik bagi para generasi milenial. Tetap semangat ya, rekan-rekan Career Advice.
Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini