STUDILMU Career Advice - Pengertian Asumsi

Pengertian Asumsi


by STUDiLMU Editor
Posted on Feb 09, 2019

 
Ketika melihat judul dari artikel ini, apakah rekan pembaca memiliki ide tentang pengertian asumsi? Asumsi adalah dugaan yang diterima sebagai dasar dan sebagai landasan berpikir karena dianggap benar. Asumsi biasanya baru berupa dugaan, perkiraan, prediksi dan ramalan. Dengan kata lain, asumsi adalah sesuatu yang dipikirkan oleh individu dan belum diketahui kebenarannya. Asumsi bisa dibuat oleh siapa saja, dan tentang apa saja. Arti asumsi juga bisa dikatakan sebagai suatu dugaan sementara yang dianggap sebagai kebenaran oleh si pembuat asumsi, dan membutuhkan pembuktian agar dugaan tersebut menjadi kebenaran yang mutlak. Berikut ini adalah contoh kisah asumsi.
 
“Waduh, levelnya sudah tinggi nih audiensnya..” kalimat kekhawatiran yang sering saya dengar dari junior saya kala itu. ‘Terus kenapa kalau levelnya sudah tinggi?’ tanggap saya tersenyum. “Pasti sudah kenyang training, sudah banyak ilmu, jangan-jangan materi ini juga sudah pada tau…” gumamnya lebih pada diri sendiri ketimbang menjawab respon saya. “Bisa mati gaya nih nanti… ga banyak yang mereka bawa pulang..” saya sudah menangkap roman gentar dari wajahnya. Dan saya merasa sedang memandangi diri saya sendiri, tiga belas tahun lalu. Dan, saya rasa ini adalah contoh asumsi yang juga sering dimiliki oleh orang lain. 
 
Di awal karir sebagai trainer, saya mendapat porsi tugas untuk memberi materi pada jajaran frontliner suatu brand otomotif. Pengertian frontliner adalah deretan orang-orang penting yang memiliki jabatan tinggi di suatu perusahaan. Dan sebagai Main Dealer, maka itu berarti semua frontliner yang berada di bawah naungan kami. Mulai dari tenaga penjualan, administrasi yang bertemu langsung dengan konsumen, petugas pengantar unit, bagian reparasi, spare part, bahkan hingga petugas keamanan. Ya, benar, jumlahnya mencapai ribuan, dari berbagai level dan usia. Sebagai pendatang baru (itu yang ada di benak saya kala itu) jujur saya juga merasa minder dan tidak PeDe. Terlalu sering peserta yang hadir di kelas saya adalah mereka yang masa kerjanya sudah lebih dari sepuluh tahun di brand yang sama (walau kadang beda perusahaan).  Bandingkan dengan saya yang kala itu masih kutu loncat dengan masa kerja di satu brand yang tidak pernah lebih dari lima tahun, dan baru bergabung di sana sekitar dua tahun. Bagai junior mengajari senior.
 
Harus saya akui sekarang, terlepas dari pengalaman yang sudah bukan lagi dianggap newbie, pemikiran tentang junior mengajari senior ini sangat salah dan berbahaya. Ini saya buktikan setelah melewati ratusan kelas dengan beragam peserta. Kenyataannya, bahkan seorang sales coordinator dengan masa kerja 12 tahun ternyata bahkan belum pernah mendapat pelatihan kepemimpinan dasar. Seorang petugas Customer Service bekerja selama tiga tahun – yang identik dengan tugas menangani keluhan – tidak tahu bedanya keberatan konsumen dengan keluhan. Seorang Asisten Manager yang bahkan hampir masuk masa pensiun, menyadari betapa kurang asertif dirinya, namun tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Istilah Asertif pun baru diketahuinya setelah ada di kelas kami. Seorang manager berusia pertengahan empat puluhan baru menyadari arti penting penerapan kepemimpinan berdasarkan situasi – bahkan baru tahu konsepnya.
 
Lantas apa yang terjadi pada saat saya berasumsi bahwa audiens saya sudah memiliki pengetahuan-pengetahuan tersebut? Pengetahuan yang menurut saya seharusnya sudah mereka punya. Ini dia letak kesalahan dan bahayanya. Pada saat kita berasumsi bahwa audiens sudah tahu, maka timbul pemikiran untuk apa menyampaikan sesuatu yang mereka sudah tahu? dan kita melewatkan kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan kita sendiri dan menggalang kredibilitas. Kita menggunakan istilah, akronim, hingga kalimat yang akan membuat mereka sulit menangkap keseluruhan konten. Kalimat “Seperti yang kita sudah ketahui…” menjadi penanda asumsi. Dan ini jebakan berbahaya. Akhirnya kita tidak benar-benar menyampaikan dengan jelas. Imbasnya, audiens tidak mendapatkan cukup banyak, atau tidak mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
 
Tapi kan ada sesi tanya jawab. Benar, ada kesempatan dimana audiens bisa meminta konfirmasi kejelasan atas apa yang kita sampaikan. Tapi bagaimana jika audiens kita bukanlah mereka yang aktif bertanya? Tidak semua orang mau memanfaatkan kesempatan itu. Masih ingat saat kita memutuskan untuk tidak bertanya pada guru yang penjelasannya membingungkan? Karena merasa tidak akan ada gunanya, dan jika bertanya bisa-bisa malah dianggap kurang pandai. Waktu itu kita sudah kehilangan minat menjadi pendengar, dan terus berlanjut untuk mata pelajaran yang sama, sepanjang tahun ajaran. Hal yang sama bisa terjadi pada audiens kita. Mereka bisa kehilangan minat untuk terlibat dan melibatkan diri, karena kita berbicara dengan batasan asumsi. 
 
Untuk itu, mari saling mengingatkan – rekan kita yang akan berbicara di depan publik juga diri kita sendiri, bahwa mengasumsikan pengetahuan audiens hanya akan membuat kita tampil di bawah ekspektasi mereka. Jadi berhati-hatilah dengan asumsi-asumsi yang kita miliki, terutama jika pikiran kita sudah mulai merendahkan sesuatu atau berpikir negatif akan suatu hal. Mengapa? Karena pikiran yang negatif atau merendahkan sesuatu dapat menjadi contoh kalimat asumsi yang masuk ke dalam otak kita.
 
“Don’t lose your audience by assuming knowledge the don’t have.”
- Lauren Hug, The Manager’s Guide To Presentations -
Featured Career Advices

Pelatihan Berkualitas, Beragam, dan Mudah dipelajari Bersama STUDiLMU

Intip STUDiLMU sebagai Lembaga Pelatihan di Prakerja, Yuk!

Apa Kata Mereka tentang Pelatihan Prakerja di STUDiLMU

Penyebab Gagalnya Onboarding Karyawan

Penyebab Gagalnya Onboarding Karyawan

Penyebab Gagalnya Onboarding Karyawan

Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah

Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah

Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah

Perubahan dan Strategi untuk Agile Leadership di Era yang Terus Berubah

Prinsip-Prinsip Agile Leadership

Prinsip-Prinsip Agile Leadership

Microsoft Teams untuk Berkolaborasi Digital

Microsoft Teams untuk Berkolaborasi Digital

Melakukan Rapat Virtual dengan Microsoft Teams

Melakukan Rapat Virtual dengan Microsoft Teams

Tips menjalin relasi dengan banyak orang di LinkedIn Group

Tips menjalin relasi dengan banyak orang di LinkedIn Group

Ide Konten yang Menginspirasi untuk Halaman LinkedIn Anda

Ide Konten yang Menginspirasi untuk Halaman LinkedIn Anda

Tips Membuat Artikel di LinkedIn

Tips Membuat Artikel di LinkedIn

Optimalisasi Kinerja Komputer/Laptop dengan Defragment dan Clear Temp Folders

Strategi yang Tepat untuk Pengambilan Barang (Picking) di Warehouse

Proses-Proses dalam Warehouse Management

Mengoptimalkan Fungsi Warehouse

Mengoptimalkan Fungsi Warehouse

Mengenal Warehouse Management System

Jenis-Jenis Warehouse

Jenis-Jenis Warehouse