“Mereka itu orang-orang yang eksklusif, jadi tidak biasa berteman dengan orang lain”, kata eksklusif di sini menggambarkan bahwa seakan-akan orang-orang yang ekslusif tidak pernah sama seperti orang lain. Ada kata lain yang menjadi lawan dari ‘eksklusif’. Apa itu? Kata inklusif menjadi kata yang bertolak belakang dari arti eksklusif. Pengertian inklusif adalah memposisikan dirinya ke dalam posisi yang sama dengan orang lain atau kelompok lain sehingga membuat orang tersebut berusaha untuk memahami perspektif orang lain atau kelompok lain dalam
menyelesaikan sebuah permasalahan. Dengan kata lain, jika kata eksklusif datang untuk membuat sebuah kesenjangan sosial, maka kata inklusif datang untuk menyamaratakan semua orang dan mau berusaha untuk mengerti semua sudut pandang yang dimiliki oleh orang lain.
Kata inklusif telah membuat semua orang terlihat spesial dan istimewa, tanpa terkecuali. Setelah memahami apa itu inklusif, pada artikel kali ini kita juga akan membahas tentang 5 hal yang dilakukan oleh para pemimpin inklusif. Namun, sebelum rekan-rekan Career Advice membaca artikel ini lebih jauh, ada baiknya jika kita membahas secara singkat tentang “apa itu kepemimpinan inklusif?” Sebenarnya tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara kepemimpinan konvensional dengan kepemimpinan inklusif. Kepemimpinan inklusif juga bukan suatu
konsep kepemimpinan yang baru, semuanya hanya tentang perubahan pola pikir semata.
Jadi, untuk beralih dari kepemimpinan konvensional kepada inklusif, tidak diperlukan serangkaian tes atau kompetensi yang berbeda dengan bentuk kepemimpinan lainnya. Secara singkatnya, seorang pemimpin inklusif akan menghormati semua sudut pandang yang diberikan oleh para karyawannya, rekan kerja, klien dan mitra bisnis. Selain itu, pemimpin inklusif juga akan berusaha untuk selalu bertindak adil, tanpa memiliki prasangka yang berlebihan.
Lantas, apa saja sih yang dilakukan oleh para pemimpin inklusif, sehingga membuat mereka begitu berbeda? Yuk, kita simak penjelasannya berikut ini.
1. Pemimpin Inklusif Selalu Berusaha Memahami Alam Bawah Sadarnya.
Seringkali, pikiran bawah sadar kita mendorong kita untuk berpikir ‘lain’ tentang orang lain. Pikiran-pikiran lain atau negatif yang kita rasakan akan membuat kita kepada pemikiran yang bias. Sehingga, kita akan mudah untuk menghakimi seseorang, tanpa mau mencari tahu apa alasan mereka bertindak dan berpikir secara demikian.
Pemikiran yang bias membuat manusia sulit untuk memahami sudut pandang yang dimiliki oleh orang lain.
Memang sih, mustahil bagi kita untuk bisa memahami semua nilai-nilai, kepercayaan, norma-norma, bahkan segala ritual penting yang sangat dipercayai oleh sebagian orang yang mungkin memiliki paham yang berbeda dengan kita.
Nah, disinilah tantangannya! Para pemimpin inklusif selalu melakukan perbincangan dengan hati dan pikiran mereka. Ini berlangsung setiap kali otak mereka mulai berasumsi tentang sesuatu hal terhadap orang-orang yang mereka temui. Dengan kata lain, mereka akan selalu berusaha untuk memahami bias bawah sadar mereka.
Sebagai contoh, setiap rapat berlangsung kita lebih sering meminta seorang karyawan wanita untuk menulis notulensi, daripada karyawan pria. Kenapa begitu ya? Hal ini dikarenakan kita sering berasumsi bahwa tulisan karyawan wanita jauh lebih rapi dibandingkan karyawan pria. Meskipun notulensinya akan diketik di laptop, asumsi kita juga terus berjalan bahwa karyawan wanita lebih rajin menyimak dan detail, sehingga para notulen rapat kebanyakan dari wanita.
2. Pemimpin Inklusif Membuat Aturan Tidak Tertulis dengan Sangat Jelas.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, pemimpin inklusif akan mengubah pola pikir mereka untuk berusaha memahami sudut pandang setiap orang, terutama para karyawannya. Ini memang perlu diterapkan, karena tidak semua orang datang dari latar belakang yang sama, memiliki kepercayaan yang sama, bahkan mereka tumbuh besar dengan budaya yang berbeda-beda.
Izinkan kami memperjelas poin ini dengan satu skenario, Rafael adalah seorang karyawan baru di perusahaan ‘A’ dari Negara lain. Manajernya yang bernama Rio, merasa sangat khawatir dengan kinerja Rafael di kantor, terutama di setiap rapat kerja. Rafael terlihat seperti
seorang yang pendiam dan pemalu. Dia tidak pernah bertanya atau mengemukakan pendapat apapun di dalam rapat.
Rio sebagai pemimpin Rafael berusaha untuk mengetahui hal ini lebih lanjut. Mereka berdiskusi dan ternyata alasan Rafael untuk selalu diam di rapat kerja adalah karena budaya yang diajarkan kepada dirinya dari kecil mengajarkan bahwa setiap kali orang berbicara, dilarang untuk menyanggah. Menyanggah seseorang sama saja seperti bersikap tidak sopan. Inilah mengapa Rafael selalu bersikap pendiam setiap rapat kerja berlangsung.
Dalam hal ini, pemimpin inklusif akan selalu menulis peraturan-peraturan yang tidak tertulis secara jelas. Jadi, setiap karyawan yang datang dari latar belakang berbeda, kinerja mereka tidak akan terhambat hanya karena peraturan tidak tertulis yang tidak jelas.
3. Pemimpin Inklusif Tidak Pernah Mengabaikan Hal-hal “Kecil”.
Hal ketiga yang selalu dilakukan oleh para pemimpin inklusif adalah selalu peduli dengan hal-hal kecil. Mereka tidak pernah meremehkan hal-hal kecil karena bagi mereka hal kecil juga bisa memberikan dampak yang besar.
Mari kami berikan contoh yang nyata dalam hal ini, salah satu karyawan mengalami sebuah kecelakaan kecil. Ketika dia sudah mulai masuk bekerja, sebagai seorang pemimpin inklusif, kita mencoba untuk menanyakan keadaannya dan berdoa untuk kesembuhannya. Mungkin ini terlihat sederhana ya, namun sebenarnya hal kecil seperti ini sangat berdampak besar bagi mereka. Para pemimpin inklusif tidak hanya berusaha untuk
memahami pola pikir atau sudut pandang semua orang, namun mereka juga tidak pernah meremehkan hal-hal kecil.
4. Pemimpin Inklusif Selalu Mencoba Memahami Latar Belakang Setiap Orang.
Dunia dipenuhi dengan orang-orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Keberagaman inilah yang membuat dunia menjadi lebih indah. Kita bisa mengenal, memahami dan mempelajari kepercayaan atau norma-norma orang lain dari latar belakang yang berbeda-beda. Ini dilakukan dalam bentuk saling menghormati satu sama lain.
Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya, memahami semua sudut pandang orang lain, tidaklah mudah. Ras, gender, orientasi seksual, identitas gender, budaya, kemampuan fisik, dan praktik keagamaan setiap orang membuat kita semua berperilaku dan berpikir secara berbeda-beda. Inilah keistimewaan dari pemimpin inklusif. Meskipun ini sulit, namun mereka akan mencoba membuka pikiran dan hati mereka untuk mengerti orang lain yang memiliki latar belakang berbeda dengan dirinya.
5. Pemimpin Inklusif Percaya bahwa Semua Orang Diciptakan Sama, Meskipun Tidak Semua Orang Memiliki Kesamaan.
Para pemimpin inklusif sangat percaya bahwa Tuhan menciptakan semua manusia dengan derajat yang sama. Tidak ada yang lebih di atas, dan tidak ada yang lebih di bawah, semuanya sama dan setara. Di sisi lain, para pemimpin inklusif juga memahami dengan baik bahwa meskipun semua orang memiliki derajat yang sama, namun semua orang tidak memiliki kesamaan.
Setiap individu dilahirkan dan dibesarkan dengan cara yang berbeda-beda, mengemban pendidikan yang berbeda dan diajarkan norma-norma, nilai, dan budaya yang berbeda-beda. Dengan kata lain, derajat setiap individu itu sama, namun isi kepala dan hati mereka belum tentu sama. Dan, keberagaman ini selalu menjadi bahan yang dipahami oleh para inklusif, mereka adalah orang-orang yang sangat menghargai keanekaragaman yang ada pada setiap diri manusia.
Yap! itulah pengertian dari inklusif, pengertian pemimpin inklusif, serta 5 hal yang dilakukan oleh para pemimpin inklusif. Apakah rekan pembaca tertarik untuk menjadi pemimpin inklusif? Jika ya, ini ide yang bagus! Kami sangat mendukung Anda loh. Jika Anda benar-benar berminat menjadi pemimpin inklusif, rekan pembaca bisa mulai menerapkan 5 hal di atas. Selamat mencoba ya, rekan-rekan Career Advice.