Coaching
Peran Leader dalam Coaching & Counseling
by
STUDiLMU Editor
Posted on
Oct 22, 2018
“Lalu ponakan gue lari ngumpet ke bawah meja, dan gue harus berusaha ikut masuk ke kolong meja!! Kebayang gak lu, badan gue sebesar ini, harus merangkak masuk kolong meja, nyari-nyari anak sekecil itu??! Trus masih harus cebokin dan bersihin celananya pula!!!”. Kisah kocak dari meja sebelah yang didengar salah satu penulis saat nongkrong di warung kopi ber-AC suatu mall, diceritakan dengan volume dan energi yang cukup berapi-api. Penulis nyengir-nyengir sendiri sambil nguping. Rupanya si tante habis dititipi keponakan yang punya hobi ngumpet saat buang air besar, dan itu bukan kali pertama. Lokasi ngumpet nya pun selalu sulit, di pojok-pojok sempit ruangan, pokoknya yang tersembunyi. Haha.. poor aunty. Bisa ditebak, si tante ngomel dan si bocah pastilah next time makin takut bilang kalau sakit perut.
Percaya atau tidak, kadang orang tanpa sengaja menyembunyikan (sumber) masalahnya. Persis seperti si keponakan unik tadi. Kalau mereka khawatir akan mendapat kesulitan jika mengaku, maka mereka akan memilih diam. Jika mereka takut mendapat masalah karena tidak mau atau tidak mampu melakukan apa yang diminta, maka mereka akan mengulur kebenaran untuk menghindari masalah baru. Seperti si keponakan yang agaknya pernah dimarahi oleh seseorang karena buang air di celana (namanya juga balita kan?), akhirnya ia memutuskan untuk sebisa mungkin tidak terlihat saat ia buang air, atau menyembunyikan kebenaran bahwa ia buang air. Karena dia sudah tahu, buntutnya panjang nih. Pasti dimarahin, dan itu bukan hal yang menyenangkan bagi bocah yang masih belum mampu mengurus dirinya sendiri dan menggunakan logic thinking.
Tapi itu kan bocah. Manusia dewasa beda dong bro. Eh, apa iya? Kerry Patterson memberi perumpamaan untuk hal ini dengan cerita seorang dokter jaga yang meminta seorang mahasiswa praktik di rumah sakit untuk menyuntik dada seorang pasien berumur 75 tahun. Mahasiswa tersebut tidak yakin bagaimana melakukannya. Tetapi ketika si dokter mendapat panggilan untuk menolong orang yang terkena serangan jantung, si mahasiswa tidak bisa berkata apa-apa. Akibatnya, dia menyuntik dan melukai kantung di sekitar paru-paru si pasien. Dan si pasien kemudian meninggal seketika oleh karena komplikasi yang terkait. Terjadilah peristiwa seorang pasien meninggal karena si mahasiswa merasa tidak nyaman untuk mengakui bahwa dia tidak mampu melakukan apa yang diminta oleh dokter jaga.
Hal seperti ini sangat mungkin ada di lingkungan kerja kita. Pasti Anda pernah mendapatkan rekan yang tidak bisa bertindak disiplin karena menentang atau tidak mau tunduk pada aturan. Atau mungkin kini memiliki anggota tim yang sedemikian? Jangan langsung menghakimi dulu. Bisa jadi ia menyembunyikan fakta bahwa ia tidak dapat melakukan apa yang diminta. Dan ia lebih suka dikenai hukuman daripada malu di hadapan teman-temannya. Bentuk penyamaran (sumber) masalah yang paling lazim adalah ketika orang menutupi tidak adanya motivasi dengan masalah kemampuan yang dibuat-buat. Hal ini sering terjadi saat seorang karyawan mengira atasannya tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi. Di sinilah peran Anda sebagai atasan yang baik harus ditunjukkan.
Komunikasi intens antara kedua belah pihak menjadi cara
efektif menyelesaikan masalah tersamar ini. Kesediaan untuk mengakui kekurangan diri dan membantu orang lain meningkatkan kemampuan diri mereka akan mengatasi masalah tersamar (maupun terpampang nyata) dalam organisasi. Agar SDM di sebuah organisasi dapat mencapai sasaran kerjanya, leader berkewajiban untuk membantu setiap anggota timnya dengan cara memberikan counseling, coaching dan mentoring. Dan untuk hal bersifat personal, Anda perlu menunjukkan keperdulian lewat
Coaching dan counseling.
Istilah coaching kini merupakan kata populer dan sering disebut dalam suatu percakapan yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Kalau dulu hanya di dunia olah raga seseorang atau tim menggunakan jasa seorang coach untuk meningkatkan kinerjanya, pada tahun 60-an di Amerika orang mulai mengadopsi model coaching dalam dunia kerja. Belakangan dengan adanya kompetisi global, pembelajaran dan pengembangan telah menjadi bagian yang krusial dalam dunia kerja. Namun pelatihan saja kini sudah dianggap sebagai sarana yang masih kurang efektif, karena belum tentu bisa membawa perubahan perilaku yang menetap. Karena itu belakangan dalam dunia kerja coaching telah menjadi marak karena sifat aktifitas coaching yang intensif, sehingga bisa membawa perubahan perilaku tetap yang menguntungkan.
Coaching adalah suatu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kapasitas setiap orang sehingga
berhasil mencapai sasaran kerjanya. Coaching dapat dilakukan kapan saja leader merasa perlu, tidak bergantung pada jadwal tertentu. Sedangkan Counseling adalah proses pemberian dukungan oleh leader untuk membantu seorang karyawan mengatasi masalah pribadi di tempat kerja atau masalah yang muncul akibat perubahan organisasi yang berdampak pada prestasi kerja. Counseling merupakan teknik untuk meningkatkan efektifitas perilaku dan sikap mental agar sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Counseling dilakukan apabila setelah coaching dilakukan tidak terjadi perubahan atau peningkatan kinerja dari bawahannya. Counseling lebih mengarah pada aspek psikologis dari individual, sehingga untuk melaksanakan konseling seorang leader perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan untuk memahami kebutuhan-kebutuhan psikologis tersebut.
Ada sebagian orang yang mungkin akan menyebut keperdulian kita sebagai sesuatu yang berlebihan. Istilah jaman sekarang, Kepo, Lebay, atau Want to know aja. Tetapi ini penting. Karena sebagian lainnya memandang ini sebagai bentuk penerimaan dan pengakuan atas keberadaannya. Bahwa ternyata atasannya memperhatikan, muncul, dan ingin tahu mengapa pekerjaan tidak dilaksanakan, mengapa ia tidak menunjukkan kinerja yang seharusnya dapat ia tunjukkan (yang berarti juga kepercayaan atas kemampuannya). Jadi, sebagai atasan, Anda wajib kepo!
021 29578599 (Hunting)
021 29578602 (Hunting)
0821 1199 7750 (Mobile)
0813 8337 7577 (Mobile)
info@studilmu.com