STUDILMU Career Advice - Perbedaan Empati dan Simpati

Perbedaan Empati dan Simpati


by STUDiLMU Editor
Posted on Mar 15, 2019

 
Seringkali kita tertukar antara empati dan simpati, bahkan kita sering salah dalam mengartikannya. Apakah pembaca Career Advice juga pernah merasa terkecoh dengan dua kata di atas? Jika “ya”, it’s oke kok. Artikel ini akan membantu kita dalam membedakan antara empati dan simpati. Secara definisi, tentunya kedua kata tersebut memiliki perbedaan. Simpati menggambarkan perasaan belas kasih dan belas kasihan yang mungkin kita miliki atas penderitaan atau kesusahan orang lain. Sedangkan empati adalah perasaan yang memungkinkan kita untuk menempatkan diri kita pada posisi mereka yang menderita dan berbagi langsung dalam kesedihan mereka.
 
Nah, persamaannya adalah kedua kata tersebut berhubungan dengan emosi yang sama dan juga berasal dari istilah Yunani, yaitu pathos yang artinya sesuatu yang berhubungan dengan penderitaan dan perasaan. 
 
Sebelum kita membahas lebih dalam tentang perbedaan antara empati dan simpati, ini akan menjadi lebih mudah jika kita membahasnya dalam skenario yang nyata. Mari kita ambil dua kejadian nyata yang terjadi di Indonesia. Apakah rekan-rekan Career Advice masih ingat dengan beberapa kejadian buruk yang terjadi kepada para pendidik di Indonesia yaitu, beberapa guru di sekolah yang dipukul atau dianiaya oleh muridnya sendiri? Dan apakah rekan pembaca masih ingat bagaimana pilunya bencana alam tsunami yang terjadi di Banten? Sebagai sesama warga Negara Indonesia, pastinya kita memiliki rasa kasihan yang sama, bukan? semua orang turut sedih dan berduka cita akan hal ini. 
 
Orang-orang memberikan simpatinya kepada para korban tsunami dan para pendidik yang dianiaya oleh muridnya dengan menulis status di media sosial atau hal-hal lain yang menunjukkan kesedihan mereka. Sedangkan, sebagian lainnya memilih untuk memposisikan diri mereka di dalam ‘sepatu’ para korban. Tidak hanya mengucapkan rasa belasungkawa, mereka juga melakukan sesuatu yang lebih untuk para korban, karena mereka merasa hal tersebut terjadi juga kepada diri mereka. 
 
Misalnya, mereka menjadi relawan dan mencoba untuk mengobati rasa trauma pada para anak kecil yang menjadi korban, atau memberikan semangat yang lebih kepada guru yang dianiaya oleh pelajarnya. Dalam hal ini, mereka benar-benar membenamkan diri mereka kepada apa yang terjadi dan apa yang dirasakan oleh orang lain. 
 
Simpati dan empati memang memiliki perbedaan, namun keduanya sangat penting untuk membentuk kita menjadi seseorang yang berbelas kasih kepada orang lain. Perlu kita ingat bahwa menjadi empati dan simpati adalah sikap yang sama-sama baik dan terpuji karena dengan memiliki pola pikir yang empati dan simpati dapat memungkinkan kita untuk menjadi orang yang memberikan kenyamanan, serta dukungan yang relevan kepada mereka yang membutuhkan.
 
Menjadi orang yang berbelas kasih tidak hanya baik untuk lingkungan di tempat kerja, namun juga menjadi poin yang lebih untuk menjalani kehidupan di lingkungan luar kantor. 
 
Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa menjadi orang yang berbelas kasih? Berikut adalah langkah-langkah yang bisa kita terapkan.
 

1. Menjadi Pendengar yang Baik 

Langkah utama untuk menjadi orang yang penyayang atau berbelas kasih adalah memiliki kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik. Setiap orang pasti mempunyai masalah, baik masalah kecil atau besar. Dan sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa kehadiran manusia lainnya. Mereka akan lebih bahagia jika orang lain bersedia mendengarkan keluh kesah mereka. Menjadi pendengar yang baik sangat penting bagi tindakan simpati dan empati, karena dengan mendengarkan akan memungkinkan kita untuk merespon dengan cara yang paling relevan dan baik. 
 

2. Tidak Cepat Menghakimi

Untuk menjadi orang yang berbelas kasih dan bersikap empati juga simpati, ini hal yang gampang-gampang susah. Saat kita mencoba menjadi pendengar yang baik seperti yang disarankan pada poin sebelumnya, seringkali kita berpikir hal-hal yang negatif terhadap orang-orang tersebut. Sebagai contoh, rekan kerja kita bercerita bahwa dia bercerai dengan suaminya. Tanpa mendengar lebih lanjut, otak kita langsung berpikir “jelas saja dia dan suaminya bercerai. Bagaimana tidak? Dia terlalu cinta dengan pekerjaannya. Mungkin itu alasan suaminya ingin bercerai, karena dia tidak punya waktu lebih untuk pasangannya”. Dalam hal ini, kita tidak boleh cepat menghakimi orang lain dan fokus pada sisi positif yang mereka miliki, sehingga kita dapat lebih mudah untuk bersimpati dan berempati. 
 

3. Bersabar

Saat orang lain merasa nyaman untuk menceritakan masalah dan keluh kesah yang mereka hadapi kepada kita, ini menandakan bahwa mereka dapat terbuka dengan kita. Nah, saat orang-orang ini memiliki masalah, mungkin mereka tidak akan berhenti untuk menceritakan segala hal kepada kita. Mungkin kita bisa mendengarkan cerita mereka sampai tiga jam atau mungkin lebih. Memang ini cukup melelahkan, namun ini adalah sikap yang sangat baik untuk kita terapkan di lingkungan kantor dan luar kantor. Untuk menghadapinya, kita perlu memiliki kesabaran yang tinggi dalam mendengarkan cerita-cerita mereka. 
 
Dan, tentunya ini akan membutuhkan pandangan yang tanpa pamrih, dan perlu menempatkan kebutuhan mereka di atas kebutuhan kita sendiri.
 

4. Tanggapi dengan Perasaan dan Kata-kata yang Positif

Respon. Setelah mereka menceritakan masalah yang dihadapi atau setelah kita tahu bahwa orang lain sedang merasa kesulitan dan kesedihan, penting untuk kita merespon dengan kata-kata yang baik dengan penuh perasaan yang tulus. Kata-kata yang positif saja tidak akan cukup tanpa perasaan tulus yang benar-benar mengartikan bahwa kita peduli dan merasakan kesedihan mereka. 
 
Jika kita berusaha ingin menjadi orang yang penyayang dan berbelas kasih, kira-kira manfaat apa yang akan kita dapatkan? Menjadi seorang yang penyayang dan berbelas kasih memiliki beberapa manfaat ilmiah dan psikologis seperti berikut ini: 
 

1. Dapat Memotivasi Diri dan Orang Lain

Saat kita mencoba mendengarkan keluh kesah yang dihadapi orang lain dan mencoba untuk memberikan solusi kepada mereka, secara tidak langsung kita juga sedang menasihati diri kita sendiri, apabila hal yang sama terjadi pada diri kita di masa depan, maka kita tahu apa solusi yang terbaik. Jadi, ini bukan hanya memotivasi orang lain untuk bangkit dari kesedihan, namun juga memotivasi diri sendiri

2. Dapat Menebarkan Kebaikan 

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sikap empati dan simpati adalah sikap yang terpuji. Ini dapat memberikan kebaikan pada orang lain, bukan hanya motivasi. Namun, orang lain akan terinspirasi dari kita untuk melakukan kebaikan yang sama. 

3. Dapat Membantu Kesulitan Orang Lain

Faktanya, seseorang yang sedang menghadapi keadaan yang menyusahkan akan sulit untuk berpikir dengan jernih. Jadi, dengan memberikan rasa empati atau simpati, kita dapat membantu mereka keluar dari segala kegalauan dan kegundahan, sehingga mereka bisa berpikir dengan lebih baik. 

4. Itu Membuat Kita Lebih Menarik bagi Orang Lain

Tidak dapat disangkal bahwa menjadi seorang yang penyayang dan berbelas kasih dapat membuat diri kita menjadi lebih menarik bagi orang lain. Penelitian tentang bagaimana seseorang mencari pasangan hidup menunjukkan bahwa pria dan wanita menempatkan kebaikan sebagai salah satu kualitas terpenting yang mereka cari dalam diri pasangan. Faktor ‘kebaikan’ menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan karena fitrah manusia yang selalu ingin dicintai dan dijaga setiap saat.
Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini