Self Improvement
Perfeksionis Adalah Sifat yang Perlu Dihindari
by
STUDiLMU Editor
Posted on
Jun 25, 2019
Perfeksionis adalah sebuah sifat yang selalu menuntut diri menjadi seorang yang sempurna. Kita merasa bahwa perfeksionis dapat membuat kita menjadi seseorang yang lebih baik. Namun, kenyataannya, perfeksionis hanya mendatangkan bahaya. Semakin mencoba untuk menjadi seorang yang sempurna, semakin kita merasa buruk.
Perfeksionis tidak akan membuat kita menjadi seorang yang sempurna. Berdasarkan ilmu psikologi, perfeksionisme memiliki dua efek yaitu efek positif dan efek negative. Sikap perfeksionis menuntut untuk menghasilkan kinerja yang sempurna tanpa ada kekurangan dan membuat kita tidak pernah merasa puas sehingga selalu ingin mencapai hasil yang tertinggi. Pada akhirnya, jika tidak dapat mewujudkan hal tersebut, kita mengalami frustasi.
Seorang psikolog ternama mengatakan, “Jika kita lebih fokus dengan cara mengerjakan sesuatu dibandingkan pekerjaan itu sendiri, maka kita akan menghadapi masalah”. Perfeksionis menjadikan seseorang memiliki standar tinggi, sehingga membuat kita takut
berhadapan dengan kegagalan. Kita selalu berusaha untuk melarikan diri dari kegagalan, padahal kegagalan adalah peluang untuk terus memperbaiki diri.
Menurut WHA (World Health Association), ada banyak orang yang menderita depresi berat dan
mengalami gangguan kecemasan. Ini dikarenakan mereka tidak dapat memenuhi standar tinggi yang dibuat. Tentu saja, saya yakin bahwa rekan pembaca tidak ingin mengalami hal ini. Jika stres, kita tidak akan pernah bisa mencapai tujuan yang dimiliki, bukan?
Apakah perfeksionis menghasilkan kinerja yang bagus?
Seringkali merasa bangga ketika kita menjadi seorang yang perfeksionis, padahal tidak ada hal yang patut dibanggakan. “Apa yang menjadi kekurangan Anda?” adalah sebuah pertanyaan yang seringkali dijumpai di wawancara kerja. Lalu, kita akan menjawab, “Saya adalah orang yang perfeksionis.” Kita berusaha menunjukkan bahwa kelemahan yang dimiliki merupakan hal yang sangat baik.
Budaya sekitar menerima sikap perfeksionis sebagai hal yang positif, tetapi apakah sifat ini dapat
menghasilkan kinerja yang bagus? Tidak selalu. Sifat perfeksionis hanya membuat kita berada pada standar yang tidak realistis dan hanya diperhadapkan dengan pilihan ‘hitam atau putih.’ Nyatanya, dunia ini memiliki banyak warna.
Berhenti menjadi seorang yang perfeksionis.
Memberikan usaha terbaik secara maksimal merupakan hal yang berbeda dengan sifat perfeksionis. Apakah kita selalu mengoreksi perkataan orang lain? Apakah kita suka mencari kesalahan orang lain? Ini adalah ciri bahwa kita memiliki sifat perfeksionis.
Perfeksionis dapat menjadi perilaku beracun. Jika mengukur segala sesuatunya dengan sebuah kesempurnaan, kita akan mengalami frustasi, keraguan diri dan kelelahan. Kita juga akan menghasilkan hal yang sia-sia. Perfeksionis bukanlah memberikan usaha terbaik secara maksimal. Perfeksionis hanya menempatkan kita dalam permasalahan karena tidak ada hal yang dapat membuat kita merasa puas. Kita selalu ingin menghasilkan kesempurnaan dalam segala hal. Kita menuntut diri untuk terus tampil sempurna dan mengabaikan kelemahan yang dimiliki.
Perfeksionis adalah sebuah ilusi. Kita ingin segalanya menjadi sempurna. Perfeksionis hanya akan merusak kebahagiaan, hubungan dan kesejahteraan yang kita miliki. Mengapa? Ketika kita fokus untuk menjadi orang yang sempurna, kita mengabaikan kebutuhan-kebutuhan dasar dalam hidup, seperti makan dan tidur. Kita hanya ingin bekerja dan bekerja terus-menerus. Perfeksionis juga membuat orang lain menghadirkan tuntutan atas diri kita. Setiap orang menununtut kita menjadi orang yang sempurna, sehingga harga diri ditentukan oleh pencapaian-pencapaian yang dimiliki. Ketika tidak melakukan pencapaian, kita merasa bahwa diri menjadi tidak berharga. Wah, tentu saja ini adalah hal yang justru dapat menghalangi kita. Jika merasa bahwa diri menjadi tidak berharga, bagaimana kita dapat memiliki keyakinan dan kekuatan untuk mencapai setiap impian dalam hidup?
Lalu apa yang harus dilakukan?
- Meningkatkan kesadaran diri. Kita harus mengakui bahwa sifat perfeksionis memiliki keuntungan positif dan keuntungan negatif.
- Merangkul kesalahan. Kita harus menerima bahwa tidak dapat menjadi seseorang yang sempurna. Menjadi diri sendiri adalah hal jauh lebih baik. Kehidupan adalah tentang bagaimana membuat kemajuan. So, rangkul setiap kesalahan yang kita buat.
- Berusaha untuk menghentikan sifat perfeksionis yang dimiliki. Kita harus mengubah sifat perfeksionis. Berhenti menganalisis terlalu banyak hal.
- Berfokus pada kesejahteraan diri. Obsesi untuk menghasilkan kesempurnaan hanya akan membuat kita tertekan, bukan bahagia. Berfokuslah pada kesejahteraan diri.
- Menerima ketidaksempurnaan. Cobalah untuk melakukan kesalahan dan tidak perlu memperbaikinya. Ini merupakan terapi yang dapat membuat kita menerima ketidaksempurnaan.
- Berhenti membandingkan diri. Kita harus menjadi diri sendiri dan tidak membandingkan diri dengan orang lain. Membandingkan diri hanya membuat kita melihat kelebihan orang lain dan kekurangan yang ada di dalam diri.
- Miliki
rasa ingin tahu. Ketika melakukan kesalahan, kita harus berusaha untuk tidak menyerang diri sendiri. Ada baiknya jika kita mencari tahu pelajaran berharga yang didapat dari kesalahan tersebut.
- Bersikap fleksibel. Kita harus bisa memahami hal yang realistis dan mudah dicapai dengan yang tidak. Bersikap fleksibel memungkinkan kita untuk melakukan perbaikan.
- Tentukan waktu yang dibutuhkan. Tentukan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan.
- Berjuang untuk memberikan yang terbaik, bukan yang sempurna. Merayakan pencapaian-pencapaian kecil yang berhasil dibuat merupakan cara untuk mengapresiasi kemajuan yang dibuat. Ini menandakan bahwa kita menghargai usaha terbaik yang diberikan.
Berusaha menjadi orang yang sempurna merupakan suatu hal yang melelahkan. Ingatlah, kehidupan kita adalah tentang membuat kemajuan. Jadi, nikmati setiap kesalahan yang dibuat dan rayakan setiap pencapaian yang berhasil dilakukan. Kita harus fokus untuk membuat kemajuan, bukan menghasilkan kesempurnaan. Dengan begitu, kita dapat selalu menikmati proses yang dilalui, selalu terbuka terhadap perbaikan dan peningkatan diri. Tentu saja ini merupakan hal yang dapat meningkatkan kualitas diri kita. Oleh karena itu, berhenti menjadi orang yang perfeksionis dan mulailah menikmati setiap pencapaian yang berhasil dilakukan ya, rekan pembaca.