Dampak teknologi di era digital memang sangat hebat dan luar biasa. Teknologi bukan hanya menciptakan media sosial dan segala bentuk kemudahan untuk berkomunikasi, namun juga memberikan pengaruh yang besar pada industri real-estat.
Kemajuan teknologi telah membantu banyak orang untuk memiliki kemudahan dalam menyewa, membeli bahkan menjual properti mereka yang sangat berpengaruh dengan industri real-estat Indonesia. Mungkin rekan-rekan pembaca pernah mendengar tentang ruang co-living sebelumnya? Konsep ruang co-living ini sangat unik dan menarik. Masyarakat modern membuat konsep hunian baru dengan berbagi ruang dan fasilitas yang ada, serta orang-orang di dalamnya dapat saling berbagi keterampilan, minat, pengalaman, dan cerita kehidupan menarik dari para anggota yang ada di dalamnya.
Dewasa ini, konsep ruang co-living menjadi semakin populer terutama bagi para milenial. Menurut mereka, ruang co-living membuat pengeluaran dana mereka menjadi lebih terjangkau dan tentunya, mereka bisa membuat komunitas baru yang bermanfaat di dalam hunian.
Menurut data terpercaya, konsep ruang co-living ini diperkirakan 30% akan diadopsi oleh semua ruang hunian pada tahun 2030. Wah, mengapa semua orang sangat tertarik ya? Tentu saja, karena konsep ini membuka jalan bagi kita untuk hidup dengan modal yang efisien. Bahkan, di Eropa dan Amerika Serikat, ruang co-living sudah sangat berkembang menjadi aset berharga dengan
pertumbuhan yang sangat cepat.
Pada artikel kali ini kami akan membahas 7 alasan mengapa ruang co-living menjadi inovasi terbaru di industri real-estat Indonesia.
1. Modal yang Efisien dan Hasil Pendapatan yang Menarik.
Seperti yang kita ketahui, jumlah penduduk di kota semakin padat, dan kesediaan lahan juga semakin menyempit. Ruang co-living memberikan keuntungan yang sangat menarik, baik untuk para pengembang aset maupun bagi para konsumen (pengguna ruang co-living).
Ruang co-living menjadi sarana akomodasi perkotaan modern dengan konsep hunian bersama yang dapat menghasilkan pendapatan dari hasil sewa yang tinggi, sekitar 9-12% untuk para pengembang real-estat. Tidak hanya itu, para penghuni atau pengguna ruang co-living rata-rata dapat menurunkan 15% biaya hidup mereka. Wah, lumayan banget kan?!
Di dalam ruang co-living, para penghuni bisa saling berbagi fasilitas dapur, ruang tv, ruang makan, kamar mandi, laundry dan lain sebagainya. Sehingga, mereka dapat menghemat pengeluaran uang untuk membeli minyak goreng, bahan makanan, dan lain-lain. Eits, ini juga sangat cocok untuk
para karyawan muda yang baru saja terjun ke dunia kerja loh! Jadi, mereka bisa menyisihkan gaji lebih banyak untuk ditabung.
2. Ada Rasa “Kebersamaan”.
Data memberikan hasil yang mengejutkan bahwa 40% para profesional muda menderita kesepian kronis. Mereka mungkin memiliki teman yang banyak di media sosial, namun tidak semua teman-temannya di media sosial dapat diajak berdiskusi bersama. Sehingga, para profesional merasa “kurang ngobrol” dengan orang-orang di sekitarnya.
Media sosial dan gadget telah mencuri perhatian banyak orang untuk selalu menatap ke layar ponsel atau laptop, sehingga tingkat interaksi dengan sesama semakin menurun. Nah bagi para profesional yang tinggal di ruang co-living, mereka bisa mendapatkan “rasa kebersamaan” yang didapatkan dari para penghuni ruang co-living lainnya.
Meskipun mungkin setiap penghuni memiliki latar belakang pekerjaan yang berbeda, namun mereka bisa saling bertukar ide, cerita dan kisah pengalaman, dan interaksi seperti inilah yang sangat diperlukan oleh para profesional muda.
3. Kita dapat Lebih Fokus dengan Hal-hal Penting.
Konsep ruang co-living ini memiliki model plug dan play, maksudnya semua fasilitas di ruang co-living ini akan sangat memudahkan kita untuk bisa berfokus dengan pekerjaan-pekerjaan lain yang lebih penting. Misalnya, untuk urusan cuci baju (laundry), mereka hanya perlu memasukkan baju-baju kotor dan deterjen, nyalakan, dan tinggalkan pekerjaan itu untuk mengerjakan tugas-tugas kantor di ruang tengah.
Semua pekerjaan rumah tangga menjadi lebih mudah untuk dikerjakan. Sewa bulanan pun sudah mencakup semua tagihan seperti tagihan air, listrik, perawatan rumah, Wi-Fi, dan lain sebagainya. Rasanya, tidak ada hal yang lebih mudah dan menyenangkan daripada hal ini!
4. Memberikan Fleksibilitas yang Cocok untuk Para Profesional Muda.
Hebatnya lagi, ruang co-living bukan hanya hemat di kantong, namun ini juga memberikan fleksibilitas yang sangat diimpikan oleh setiap profesional muda maupun senior, terutama bagi mereka yang suka memiliki perjalanan dinas atau perjalanan bisnis ke luar kota dan luar negeri.
Bagi para profesional yang tidak akan tinggal lama di sebuah kota, ruang co-living menjadi solusinya. Mereka tidak perlu menyewa dengan minimal waktu setahun atau bahkan dua tahun, namun mereka bisa menyewa ruang co-living dengan minimal 3 bulan. Singkat kan?!
5. Konsep Hunian yang Aman bagi Para Karyawan Wanita.
Para karyawan wanita yang harus lembur karena pekerjaan yang menumpuk di kantor, pastinya akan pulang kantor larut malam. Realitanya, sudah terlalu banyak bahaya yang menghampiri para karyawan wanita yang pulang malam dari tempat kerjanya. Tidak hanya itu, bahaya juga mengancam mereka ketika sampai di tempat tinggal, seperti kos-kosan atau kontrakan kecil.
Ruang co-living hadir sebagai solusi hunian yang nyaman dan aman bagi para karyawan wanita, karena hunian ini dilengkapi dengan pengawasan CCTV selama 24 jam. Sehingga, mereka bisa tinggal dengan rasa aman dan balik ke hunian tanpa rasa khawatir.
6. Desain yang Elegan.
Banyak yang mengatakan bahwa ruang co-living ini sama saja seperti konsep-konsep hunian sebelumnya yang bisa saling berbagi fasilitas dan dipasang dengan harga yang murah. Eits! nyatanya ini berbeda loh. Ruang co-living menawarkan konsep penataan ruangan yang sangat elegan dan fasilitasnya juga benar-benar ditata sesuai kebutuhan para profesional muda. Jadi, konsep hunian seperti ini sangat cocok bagi mereka yang ingin hidup dengan fasilitas mewah, namun tetap ramah di kantong.
7. Peluang Bisnis yang Besar.
Data mengatakan bahwa para anak muda yang berumur sekitar 20-30 tahun cenderung menyukai tinggal bersama dengan rekan-rekan kerjanya atau kerabat dekatnya. Ini memudahkan mereka untuk bisa membayar sewa dengan harga yang lebih murah dan juga mengizinkan mereka untuk bisa saling bertukar cerita dengan para penghuni lainnya (mencegah rasa kesepian yang kronis).
Para anak muda atau
milenial yang baru terjun ke dunia kerja semakin meningkat jumlahnya, sehingga ruang co-living ini menjadi peluang bisnis yang besar dan sangat menguntungkan bagi para pebisnis, penanam modal atau para pengembang aset.
Setelah membaca artikel di atas, kira-kira rekan pembaca ingin menjadi penghuni ruang co-living atau menjadi salah satu pemilik bisnis ini? Tenang saja, dua-duanya memiliki keuntungannya masing-masing kok. Jadi, tunggu apalagi nih rekan-rekan Career Advice? Yuk, kita maksimalkan inovasi terbaru ini.