Apa persamaan "asah gergaji" dengan Pilkada? Bagi saya, jawabannya adalah sama-sama pilihan yang mempengaruhi masa depan. Sekian kali masa Pilkada dan Pemilu, saya selalu golput. Sampai akhirnya mendapat pencerahan, bahwa setiap pilihan akan membantu menentukan masa depan sekian tahun ke depan. Jadi jangan golput, pilih! Setidaknya, walau mungkin jagoan saya tidak menang, saya sudah ikut andil dalam usaha menentukan masa depan daerah dan negara.
Persamaan lainnya adalah, sama-sama menjadi sumber dilema, sekaligus alasaafon. Bagi karyawan seperti saya yang daerah coblosannya beda pulau dengan lahan saya mencari nafkah, memutuskan untuk sengaja menyambangi TPU di kota domisili based on KTP itu rasanya mahal sekali. Ada biaya yang harus dikeluarkan – dengan sedikit gerutu dalam hati "Demi apa bela-belain pulang?? Demi nyoblos si anu??" – baik materi maupun waktu. Belum termasuk rasa kurang ikhlas meninggalkan pekerjaan yang sudah seminggu lebih ditunggakkan.
Dilema yang sama ini yang dirasakan karyawan saat ingin “asah gergaji”, mengembangkan diri, menambah kompetensi, atau sekedar melatih kembali, mempertajam pengetahuan dan ketrampilan. Rasa enggan mengikuti pelatihan berdurasi harian, seringkali karena merasa harus meninggalkan (baca: menunggak) pekerjaan, meluangkan waktu, dan mungkin juga biaya (entah tarif kursus per programnya, transportasi, akomodasi). Walau pun banyak dari mereka yang sudah menyadari manfaat dan pentingnya pelatihan bagi diri sendiri, menyadari pentingnya sertifikat yang menunjukkan penambahan pengetahuan, yang tentunya berpengaruh pada peluang meningkatkan karir. Hingga akhirnya muncul lah alasan-alasan untuk tidak mengembangkan diri dan mengasah gergaji. Bahkan hasil survey 2018 Workplace Learning Report – LinkedIn.com mencatat bahwa tantangan terbesar pengembangan karyawan adalah membuat mereka meluangkan waktu untuk pelatihan.
Di masa serba mudah dan cepat, tidak heran jika banyak orang yang akhirnya berandai-andai. Andai nyoblos bisa lebih mudah, cepat, dan murah. Andai nyoblos bisa diwakilkan saja, tapi aman terpercaya dan sesuai pilihan. Atau andai nyoblos bisa online saja, tidak perlu banyak keluar biaya, dan tidak perlu mengorbankan banyak waktu berharga. Andai nyoblos bisa online saja, pasti golput semakin sedikit. Dan artinya, lebih banyak orang yang benar-benar bisa berkontribusi dalam menentukan masa depan pembangunan daerahnya.
Lalu bagaimana dengan “asah gergaji”? Bukan hal yang baru jika mendengar keluhan-keluhan mereka yang tercabik antara ingin menambah knowledge, dengan ingin menyelesaikan tugas kerja. Menyempatkan diri membuka laptop sebelum kelas training dimulai – atau di sela waktu istirahat – demi mencicil progres kerja. Menjawab panggilan telepon atau membalas pesan singkat untuk berkoordinasi dengan tim di kantor. Hingga akhirnya materi yang didapat ibarat numpang lewat, karena raga dan pikiran tidak ada di satu tempat. Jadi seperti film horror, badannya di ruang training, jiwanya gentayangan di kantor. Hiiy.
Kalimat-kalimat seperti, “Bisa ga kita training lain waktu saja?”, “Boleh ga saya ikut kesempatan selanjutnya saja?”, atau “Bagaimana kalau trainingnya di weekend saja?”. Atau, “Mana sempat kursus, lembur sampai malam dan sampai di rumah pun saya masih harus mengurus rumah tangga.” menjadi semacam template yang bisa dijadikan FAQ pegangan penyelenggara pelatihan. Ada juga yang terlena pada rutinitas dan penghasilan tetap, sehingga merasa bahwa tidak ada jalan untuk membuat nilai tambah pada diri sendiri secara sadar dan terencana. Lalu fenomena ini menjadi lingkaran setan: Karir yang mentok alias tidak berkembang.
Karir mentok? Secara logis tidak ada perusahaan yang ingin “menggencet” karir karyawannya. Namun ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang pekerja merasakan keterhambatan karir. Bisa saja kompetensinya bagus di
bidang penjualan, tetapi di bidang penyediaan dan manajerial sedikit susah atau lupa mengembangkan diri. Saat menjadi staff, pencapaiannya bagus. Tapi saat naik jenjang,
leadershipnya serabutan. Padahal, sebagai profesional harusnya berkembang dan siap menanggung beban tantangan terkini. Aplikasi ponsel saja selalu ada update versi terbaru, masa kita kalah dengan aplikasi…?
Tidaklah tepat jika mengharapkan pihak lain atau perusahaan yang bertanggung jawab atas (upaya) pengembangan diri kita. Profesional yang berhasil adalah mereka yang meyakini bahwa tanggung jawab untuk masa depan dan pengembangan karir ada di tangan dirinya sendiri. Kenyataannya, orang yang karirnya menanjak punya kebiasaan luar biasa untuk tidak berhenti berinvestasi untuk dirinya. Beberapa profesional yang sudah mencapai usia lanjut bahkan tetap “laku” dan “terpakai”, padat jadwalnya untuk membagi ilmu ke mana-mana, dimintai pendapat dan pandangannya. Bila dicermati dengan baik, profesional senior ini memang belum berhenti mengisi dirinya. Mungkin baginya investasi pada diri sendiri hukumnya seumur hidup, mirip tag line Business Growth: When you stop learning, you stop growing.
Lalu bagaimana cara mudah berinvestasi pada diri sendiri, tanpa banyak mengorbankan waktu, biaya, dan porsi kerja? Saran termudah kami, lakukan tiga langkah mudah ini:
2. Buat akunnya dengan mengikuti pilihan yang tersedia
3.
Mulai mengembangkan diri dengan mengikuti
kursus online yang telah disediakan
Studilmu menjadi plafon kursus online pertama di Indonesia yang menyediakan pelatihan dan sertifikasi yang dipandu pembicara yang berpengalaman menangani ribuan klien di penjuru nusantara. Studilmu bisa anda akses di mana pun, kapan pun. Studilmu dirancang untuk menjawab kebutuhan professional yang tidak mau berhenti belajar dan bertumbuh.
Tidak perlu lagi biaya sekian juta hanya untuk menghadiri satu pelatihan di ibu kota. Tidak perlu lagi meninggalkan pekerjaan selama sekian hari demi satu sertifikasi. Dengan Studilmu, anda yang memutuskan. Secepat apa penyelesaiannya, apa materi kursusnya, dan kapan waktu pelaksanaannya. Di atas kereta dalam perjalanan pulang kantor, di akhir pekan sambil menemani pasangan berburu diskon di pusat perbelanjaan, atau bahkan saat tengah malam ketika insomnia menyerang. Setiap momen luang bisa dimanfaatkan. Tidak ada lagi keluhan pekerjaan yang tertunda.
Tidak ada lagi waktu terbuang dengan tidak produktif. Asah gergaji dan tambah kompetensi dengan jadwal yang anda atur sendiri sesuai kebutuhan pribadi.
Jadi tidak perlu lagi berandai-andai. Tidak perlu lagi berkali-kali dilanda dilema. Jika sudah menyadari bahwa pengembangan diri adalah investasi terbaik yang bisa anda hadiahkan bagi diri anda, apa lagi alasan yang akan anda kemukakan? Berinvestasilah pada diri kita, maka orang lain tidak akan ragu
berinvestasi pada kita. Kini, semua hanya tentang pilihan: berkembang, atau tertinggal dan tersingkirkan. Kami yakin Anda akan membuat pilihan terbaik!