STUDILMU Career Advice - Kepemimpinan di Masa Krisis (Leadership in Crisis Time)

Kepemimpinan di Masa Krisis (Leadership in Crisis Time)


by STUDiLMU Editor
Posted on Apr 06, 2020

Kedua cerita di atas berakhir pada hari berikutnya, di jembatan Brooklyn, dengan pertanyaan yang menggelitik, “What do we want to do now? What do we do now? I do not know. I guess we just keep going.” Film yang diproduseri oleh Scott McGehee and David Siegel, ingin mengingatkan bahwa sekecil apapun keputusan yang diambil, bisa menimbulkan ketidakpastian. Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, kita akan menjumpai ketidakpastian. Dan, agar kita mampu menghadapi ketidakpastian, kita membutuhkan cara-cara kepemimpinan yang berbeda.

Kisah film di atas, mengingatkan keadaan dunia saat ini yang sedang mengalami uncertainty (ketidakpastian). Dunia dilanda kecemasan karena pandemi Covid-19 (Virus Corona). Dunia mengalami tantangan baru.

Pemimpin organisasi di seluruh dunia saat ini mempunyai tantangan yang sama, yakni bagaimana mereka bisa memimpin dan bertindak secara efektif di tengah pandemi Corona yang penuh ketidakpastian. Kepemimpinan mengalami ujian. Bukan hanya, kepemimpinan di tingkat negara, tapi juga di level perusahaan. Lalu pertanyaannya adalah bagaimana memimpin dengan sukses di masa krisis yang penuh dengan ketidakpastian, disruptive, dan chaos ini?

 

Tiga Keahlian di Masa Krisis

Jim Collins dan Morten T. Hansen, di dalam buku mereka yang berjudul Great by Choice (HarperBusiness, Oktober, 2011), mereka menemukan tiga karakteristik utama kepemimpinan yang diperlukan untuk memimpin di masa krisis dan ketidakpastian: ketakutan produktif (Paranoia productive), kreativitas empiris (Empirical creativity), dan disiplin fanatik (Fanatic discipline). Mereka melakukan penelitian terhadap para pemimpin perusahaan yang berhasil bertumbuh menjadi “Great Company” di tengah kondisi industri yang kacau-balau, dan penuh ketidakpastian. Industri yang diteliti termasuk biotech, semiconductor, personal computer, dan industri penerbangan.

Pertama, ketakutan produktif. Ini adalah kemampuan untuk menjadi sangat waspada tentang peristiwa-peristiwa buruk yang berpotensi menghantam kinerja perusahaan, lalu kemudian dengan pikiran jernih, mengubah ketakutan itu menjadi persiapan dan tindakan antisipatif. Pada era ini, pemimpin tidak hanya duduk diam dalam ketakutan, tetapi ia kudu bertindak. Contohnya, Herb Kelleher (Mantan CEO of Southwest Airlines), yang ngotot mengimplementasikan efisiensi biaya dan menjalankan lean operation, walaupun perusahaan masih dalam masa jayanya, sehingga Southwest Airlines selalu siap menyongsong badai, entah badai itu akan terjadi atau tidak akan terjadi. Bill Gates sangat awas tentang apa yang bisa menghantam, memukul, dan merusak Microsoft. "Ketakutan akan memandu Anda," kata Bill Gates pada tahun 1994.

Kedua, kreativitas empiris. Hanya bertahan hidup tidak akan menghasilkan apa-apa di era ketidakpastian. Sesuatu yang baru harus diciptakan. Pemimpin diwajibkan menjadi sangat kreatif - untuk membuat produk dan pelayanan baru yang diminati pasar. Collins dan Hansen menemukan bahwa prinsip kepemimpinan yang membuat perbedaan adalah adanya pendekatan tertentu dalam hal kreativitas. Mereka menyebutnya kreativitas empiris, yaitu kemampuan untuk secara empiris memvalidasi naluri kreatif. Ini berarti pemimpin menggunakan pengamatan langsung, melakukan eksperimen praktis, dan terlibat langsung di lapangan, daripada hanya mengandalkan opini, pendapat, asumsi, dan analisis di atas kertas belaka.

Featured Career Advices

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Rahasia Sukses Wawancara Kerja: Pertanyaan yang Paling Sering Ditanyakan

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Menggunakan Media Sosial untuk Meningkatkan Brand Awareness

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Cara Mengatasi Overthinking untuk Tetap Produktif

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Mengatasi “Quarter-Life Crisis”: Langkah Menuju Karier Impian

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

Bagaimana ChatGPT dan AI Mengubah Cara Kita Bekerja?

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

5 Langkah Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Tempat Kerja

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Bagaimana Mengatasi Deadline Ketat Tanpa Stres Berlebihan

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini

Kenali Demensia Alzheimer Sejak Dini